Iky menutup pintu kamarnya, lelaki itu baru saja pulang dari sekolah. Ia menghempaskan tubuhnya di kasur yang sedikit berantakan itu. Lalu menaruh dua tangannya di belakang kepalanya sebagai bantal, lalu terdiam cukup lama sambil menatap langit-langit kamar.Ia tersenyum. Hari ini adalah awal dari segalanya, setelah satu tahun lamanya.
Seseorang lelaki sedang menyeruput es teh yang baru saja ia beli di kantin sambil mengecek sesuatu di layar handphonenya. Sekarang adalah jam istirahat dan seperti biasa, laki-laki itu duduk di bangku koridor bersama teman-temannya.
"Rizky, ya?"
Suara seseorang tiba-tiba memanggil dari samping. Sesaat setelah menoleh, berdiri seorang gadis yang rambutnya dikuncir kuda, tersenyum ke arahnya. Namun matanya seperti bertanya.
"Kenapa?" Laki-laki yang bernama Rizky itu malah menjawab pertanyaan dengan pertanyaan, membuat senyum gadis di hadapannya ini semakin lebar.
"Gue mau ngasih buku biologi lo. Keselip di kumpulan buku biologi kelas gue." Gadis itu menyodorkan buku tulis bersampul cokelat yang sudah agak lusuh. Rizky menerimanya.
"Okey, thanks ya." Jawab rizky. Gadis itu mengangguk, tidak menghilangkan senyumnya. Tanpa berkata apa-apa lagi, gadis itu melangkahkan kakinya menjauhi Rizky.
Dan yang Rizky lakukan adalah menatap setiap langkah yang diambil oleh gadis itu. Sambil tersenyum.
Dari sana, laki-laki yang kini sedang merebahkan dirinya mengerti arti kata mengagumi dari jauh.
***
"Sumpah gue laper banget, se-ngga-boong-itu!" gerutu Kiara. Gadis itu sedang bersusah payah menulis salinan PR Kimia yang akan dikumpul lima belas menit dari sekarang. Sedangkan Mitha, gadis yang berada di sebelah Kiara hanya bisa tertawa melihat kekonyolan dari sahabatnya itu. Waktu pagi tadi, Mitha sempat bertanya kepada Kiara apakah perempuan itu sudah menyelesaikan PR nya, dan dengan santainya Kiara menjawab;
"Belom, nanti aja lah pas istirahat. Masih pagi, waktunya gue melanjutkan mimpi."
Dan akibatnya adalah Kiara harus kelaparan di pagi menuju siang ini. Tapi, lebih tepatnya bukan hanya Kiara. Mitha juga kena imbasnya.
Emang dunia itu suka nggak adil.
"Selamat pagi seisi kelas! Apakah disini ada Nyonya Mithaaaa?" Tiba-tiba seseorang muncul dari ujung pintu dengan mata yang menelusuri seisi kelas yang baru saja ia datangi. Mitha yang merasa dipanggil langsung mengalihkan pandangannya ke asal suara. Sedangkan Kiara, tanpa harus melihat sosok yang datang pun, ia sudah tahu siapa pemilik suara itu.
"Ah, si kampret dateng lagi," gerutu Kiara. Mitha tertawa mendengarnya.
Mitha-pun beranjak dari tempatnya menuju ke arah depan kelas, mendekati Angga yang sedang melihatnya. "Lo nggak ke kantin kan?" tebak Angga. Mitha mengangguk.
"Kenapa?" kini raut wajah Angga berubah. Seperti seseorang yang sangat ingin tahu tentang sebuah jawaban. Mitha menghela nafas, ia menunjuk Kiara dengan dagunya, "Kiara minta temenin ngerjain PR Kimia."
Setelah mendengar ucapan Mitha, Angga mengalihkan pandanganya ke arah Kiara. Namun matanya memandang sinis gadis yang terlihat masih berkutat dengan salinan di depannya.
"Eh, Kampret! Anak orang jadi nggak makan gara-gara lo! Kalo nih bocah sakit siapa yang tanggung jawab?" teriak Angga yang membuat seluruh isi kelas menengok kearahnya.
"Kenapa lo yang sewot, lebah? Cewek lo aja mau gue suruh nunggu." Sebenarnya Kiara ingin sekali melanjutkan adegan perbacotan ini, tapi terlalu membuang-buang tenaga dan juga waktu yang sudah semakin mepet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flicker
Genç Kurgu"Ribet banget sih?! Tinggal jujur doang!" Menurut Mitha, jujur tentang isi perasaannya itu sangat sulit. Lebih sulit dibanding harus menjawab soal dari Bu Rahayu-guru sejarahnya. Saking susah untuk jujur, semakin lama perasaannya dipendam, Mitha jad...