4. Menunaikan Kewajiban

148 20 0
                                    

Cinta bukan hanya sekadar siapa yang lebih dulu bertemu. Tapi siapa yang lebih dulu mengikrarkan namamu di depan penghulu.

________________&&&__________________

Sebulan berlalu, hari-hari berat dalam hidup Adiva akhirnya mampu ia lalui meskipun ia sendiri belum yakin telah berdamai dengan hatinya, yang ia tahu sekarang adalah kehadiran Azzam mulai mampu membuatnya mulai merasa nyaman.

Jenuh karena sendirian di rumah akhirnya Adiva membuka sosial medianya yang sejak sebulan yang lalu tidak pernah ia kunjungi, banyak DM masuk ke akun Instagram miliknya dan tentu saja hampir keseluruhan DM tersebut dari kekasihnya, Aldebaran. Dengan tangan bergetar dan degup jantung berkejaran Adiva membuka ratusan pesan itu. Namun ia hanya menyempatkan membaca pesan terakhir dari kekasihnya itu, ia tidak akan sanggup bila harus membaca semua pesan-pesan yang tentu saja akan mengusik hatinya. Ia sedang belajar memantapkan hati untuk melupakan cinta pertamanya dan membuka hati untuk Azzam, laki-laki yang kini lebih berhak memiliki raga dan hatinya seutuhnya.

"Adiva, entah ini pesanku yang keberapa kali, aku tidak pernah menghitungnya, yang kulakukan hanya menghitung hari untuk segera bertemu denganmu, aku yakin kamu baik-baik saja meskipun perasaanku di sini seperti kapal di lautan lepas yang terombang-ambing ombak tanpa tujuan karena tanpa kabar darimu. Maaf, liburan semester 4 bulan depan aku nggak bisa berkunjung ke Jombang, aku mulai membantu di kejaksaan, Papa menawarkan pekerjaan itu agar nanti setelah lulus sarjana hukum aku langsung bisa bekerja, aku janji saat aku datang melamarmu nanti aku sudah menjadi pengacara sukses, tunggu aku ya?. Jaga hatimu untukku. I miss u so much Adiva."

Setelah membaca pesan terakhir Al, tangis Adiva seketika pecah, ia peluk erat ponsel itu ke dadanya berharap mengurangi rasa sesak yang menghimpitnya. Masih dengan tangan bergetar ia mulai menghapus semua pesan itu lalu meng_unfollow instagram Aldebaran. Namun sebelum ia melakukannya, Adiva menuliskan pesan singkat untuk yang terakhir kalinya kepada Al.

"Maaf, maaf, dan maaf aku Al."

Setelah mengirim pesannya Adiva lalu menghapus semua akun sosial media miliknya yang terhubung ke akun sosial media Aldebaran, lalu ia mengganti dengan akunnya yang baru kecuali facebook, Adiva hanya menyisakan akun Facebook lamanya karena di dalamnya berisi semua kenangan semasa SMA bersama teman-temannya.

Setelah perasaannya berangsur tenang Adiva berjalan menuju dapur, sebentar lagi suaminya akan pulang, ia ingin memasak makanan spesial untuk suaminya, dan selama sebulan ini juga Adiva sudah mulai belajar memasak dari tutorial YouTube untuk membunuh waktu saat sendirian di rumah. Adiva bersyukur Azzam selalu memakan masakannya dengan lahap meskipun Adiva tahu masakannya tak seenak masakan ibunya.

Senyuman terkembang di bibir Azzam saat ia mendapati istrinya yang sedang serius berkutat dengan peralatan dapur, ia lepas sepatunya lalu berjalan pelan mendekati Adiva yang belum menyadari kehadirannya.

"Masak apa Sayang?" Bisik Azzam dengan tiba-tiba sembari melingkarkan kedua tangannya ke tubuh Adiva dengan mesra, Adiva membeku sesaat karena merasakan kehangatan tubuh bagian belakangnya, sedetik berikutnya ia segera tersadar dengan perlakuan manis Azzam lalu tersenyum.

"Sudah pulang Mas? Kok aku nggak dengar ya?" Tanya Adiva sambil melanjutkan kegiatannya.

"Kamu serius sekali Dek sampai nggak nyadar aku datang," balas Azzam sambil menyandarkan dagunya di bahu Adiva.

"Ayo makan dulu lalu sholat dzuhur Mas," ajak Adiva sambil melepaskan kedua tangan Azzam yang melingkar di perutnya lalu berbalik badan menghadap Azzam, ia tatap netra hitam milik Azzam dengan lekat, Adiva bisa menemukan cinta yang tulus di sana untuknya.

Azzam membalas tatapan Adiva lalu tersenyum, ia belai rambut Adiva yang tergerai lurus lalu ia elus pipi putih Adiva dengan mesra. Mengagumi kecantikan perempuan yang baru saja dinikahinya sebulan lalu.

Tiga Hati Satu Cinta (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang