Jangan lupa vote dan komen saat membaca. Terimakasih :)
♡
Ketakutan itu akan pergi dari pikiranmu bila kau bisa sedikit saja untuk percaya kepada dirimu sendiri.
HAPPY READING
☀
☀
☀Deru napas kian memburu seiring kedua tungkai milik seorang pemuda terlihat bergerak semakin cepat menyusuri jalan setapak tanpa menghiraukan permukaan tanah yang basah dan licin—yang sewaktu-waktu bisa mencelakai dirinya bila ia tidak berhati-hati. Beberapa ranting kering yang telah berhasil dikumpulkannya segera ia lemparkan sesaat akan menaiki permukaan tanah yang sedikit menanjak.
Pemuda bersurai legam itu terlihat kesulitan saat menaiki permukaan tanah yang sedikit menanjak. Tangannya mencoba meraih akar pohon, terus mencoba meski ia terpeleset dan terjatuh berulang kali, hingga bajunya menjadi kotor berlumpur.
Usaha yang cukup keras walau tidak membuahkan hasil. Ditambah lagi sosok yang sedari tadi mengejarnya kini telah berdiri sepuluh meter di belakangnya. Tiap langkah yang memangkas jarak semakin berhasil memacu degup jantungnya tak karuan. Rasa sakit dan sesak perlahan mendominasi tubuh yang kini berhasil meraih sebuah akar pohon, lantas bergerak naik ke atas hingga berhasil mencecahkan kedua tungkainya pada permukaan tanah yang datar.
Ia menarik napas dalam, lalu mengembuskannya kasar. Sudah berapa banyak energi yang terbuang hanya karena sebuah permukaan tanah yang mempunyai tingkat kemiringan tidak lebih dari perosotan yang sering ia mainkan sewaktu berada di taman kanak-kanak. Ini sangat memalukan!
Pemuda itu tak henti-hentinya merutuki dirinya sembari menoleh ke tempat ia terjebak beberapa menit lalu. Sedetik kemudian, kedua mata monolidnya melebar sempurna. Di bawah sana, sesosok berwajah kaku terlihat bergerak naik ke atas—menuju ke arahnya.
"Oh, shit!" Ia pun bergegas berlari membawa ketakutan yang semakin membesar.
Tak terkira lagi sudah berapa jauh ia berlari di antara pepohonan yang rimbun dan menjulang tinggi. Bahkan saking rimbunnya, sinar mentari tidak mampu menyentuh permukaan tanah yang basah. Suasana hutan yang hening dan temaram meski sang Surya masih bertakhta angkuh di langit biru berhasil membuat bulu kuduknya meremang ketakutan.
"Jika tahu akan seperti ini jadinya, aku tidak akan mau mencari ranting kering seorang diri di hutan terkutuk ini!"
Umpatannya membumbung tinggi. Berbanding terbalik dengan keberanian yang semakin tergerus habis karena merasakan sebuah keanehan. Tangan kanannya terangkat mengusap tengkuk guna menepis firasat buruk setelah melewati dua buah pohon beringin berukuran besar, yang berdiri kokoh di sisi kiri dan kanan jalan setapak, seolah membentuk sebuah gerbang.
"Pohon itu..." Langkahnya pun terhenti, kemudian menoleh ke belakang. "Seingatku, aku tidak pernah melihat kedua pohon itu. Apakah aku tersesat?" katanya kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BLACK MAGIC [END] ✔
FanfictionKarena sebuah buku usang yang mereka temukan di sebuah bangunan tua dalam hutan, ketika sedang berlibur di pulau Jeju, empat belas orang muda-mudi harus terjebak di dalam dimensi lain. Sejak saat itu, mereka mempertaruhkan segalanya demi sebuah hadi...