📖🖊 ♧ 20. Permission ♧

466 56 46
                                    

Happy Reading Gaes (!) 💜

_____________________
_________________________

"Abi, putrimu sudah besar dan punya hak untuk memilih masa depannya sendiri."








*****

Ayla mematung di ambang pintu masuk rumahnya sendiri. Sesosok jasad sedang terbaring tertutup kain putih. Air matanya seketika mengalir tanpa diminta karena melihat ujung atas kain yang terbuka, memperlihatkan siapa wajah jasad itu.

"Romo ...."

Gumannya di antara tetesan air mata yang terus mengalir tanpa henti membasahi kedua pipi. Kehadirannya membuat orang-orang yang ada di sekeliling jasad itu menoleh. Semua anggota keluarga ada, kecuali Kyai Fawaid. Abi dan Umik Ayla kaget melihat kedatangan gadis itu tanpa diberi tahu, karena kematian Romo Kyai Fahruddin yang benar-benar mendadak sampai di antara mereka belum ada yang sempat memberi tahu putri mereka yang jauh di Jakarta.

Dari belakang, Mbak Fatma menepuk pundak Ayla, menyadarkannya dari lamunan dalam isak tangis. Mbak Fatma memeluk erat tubuh Ayla yang masih tidak bisa bergerak dari tempatnya berpijak, kakinya lemas tapi mulutnya ingin sekali berucap kata, menanyakan kenapa Romo bisa meninggal. Ayla menoleh, menatap dalam mata mbak Fatma. Tapi Mbak Fatma hanya bisa diam saja, sama seperti yang dilakukan Kang Hasan yang berdiri di samping mbak Fatma.

Kaki Ayla memaksa bergerak untuk berlari ke arah tempat Umiknya duduk. Kembali dua matanya menangis sejadi-jadinya. Semua yang ada di situ tertunduk, hanyut dalam syahdu alunan bacaan Surah Yasin para santri. Ayla masih mengarahkan seluruh pandangannya ke penjuru ruangan, menatap tiap wajah keluarganya satu-persatu, masih mencoba mencari jawaban. Singgih, Abi Ayla masih memeluk jasad itu tanpa bersuara. Dalam dekapan sangat jelas ada isak tangis yang tidak terbendung, hening. Ozlem dan Ayla berada dalam pelukan Umik mereka. Sementara Ummah Rahayu masuk ke kamar, beliau masih sangat terpukul atas kepergian suaminya.

Saat upacara pemandian jenazah dan pemakaman selesai, semua kondisi jadi lebih baik. Singgih hanya bisa diam dengan mata memerah, menyusul Ummah Rahayu untuk masuk ke kamar. Ayla yang diburu rasa penasaran bertanya pada Umiknya, "Umik ... bagaimana bisa semua ini? Bagaimana Romo bisa ...."

Neshele menghela napas sebentar untuk menjawab pertanyaan putrinya, "Romo kena serangan jantung. Dan kenapa kamu pulang? Padahal Umik dan Abi belum mengabarimu soal ini, Sevgilim (Sayang)?"

"Ayla dapat tawaran beasiswa ke Seoul, tapi jangan bahas itu dulu, Umik. Pertanyaan paling penting yang perlu dijawab sekarang, bagaimana Romo bisa kena serangan jantung?" Ayla bertanya sangat tidak sabaran.

"Kyai Fawaid menjual tanah pondok pesantren ini untuk ditanam sebagai modal saham ke sebuah perusahaan tanpa persetujuan dari Romo Fahruddin, tapi sayangnya beliau kena tipu. Perusahaan itu palsu! Dan surat tanah yang terlanjur dijual ke pihak bank tidak bisa ditebus. Abi dan Umik harus mengeluarkan uang tabungan, karena 350 juta itu nominal yang tidak sedikit." Wanita bermata biru laut itu menundukkan kepalanya. Kain hijab berwarna putih menutupi sebagian wajahnya yang merah di bagian hidung karena lama menangis.

"Apaaa!" Ayla mulai marah, wajahnya ikut memerah.

"Kyai Fawaid juga mengorupsi sebagian besar dana pengelola yayasan untuk kehidupan pribadi selama ini. Romo yang mengetahui itu semua langsung kaget dan terkena serangan jantung, Romo sudah lama menderita penyakit jantung. Harusnya berita buruk tidak disampaikan kepada beliau di tengah kondisi ini. Sayangnya, Romo sudah tahu sendiri. Mungkin Romo juga sangat kecewa atas perbuatan adik kandungnya yang ingin menghancurkan warisan turun temurun keluarga."

𝐇𝐢𝐬 𝐅𝐨𝐫𝐭𝐮𝐧𝐚𝐭𝐞 𝐅𝐚𝐧𝐠𝐢𝐫𝐥 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang