Iringan 7 : Intensi

574 113 31
                                    

Ayi dan Sita kini tiba di Forlan. Mereka yang baru saja keluar dari mobil lekas berjalan masuk ke dalam bangunan tinggi yang didominasi warna hitam.

"Untung aja DJ-nya belum tampil. Kalau udah tuh pasti rame banget terus jadi susah cari mereka," ucap Sita melirik jam tangannya.

"Kamu hafal banget, Ta?"

Pertanyaan Ayi yang terdengar curiga membuat Sita tertawa sambil menatap laki-laki di sampingnya. "Hahahaha, lucu banget ekspresi kamu."

"Kok malah ketawa sih?" tanya Ayi sambil menatap Sita yang masih asik tertawa.

"Kak Val tuh kalau malem suka jadi DJ, Ayi. Kak Yasa cerita kalau Kak Val itu lumayan sering ngisi di sini."

Setibanya mereka di dalam, alunan musik EDM melantun kencang di telinga. Baik Sita dan Ayi mengedarkan pandangan mencari sosok laki-laki yang mungkin sedang menahan sakit perut.

"Kak Yasa!"

Sita mendekat ke arah laki-laki dengan cardigan krem muda. Mendapati laki-laki itu sedikit meringis, tetapi tetap bisa mengeluarkan cengiran lebar ketika sadar sang adik datang.

"Lagian udah tahu gak bisa minum kenapa malah minum sih?" protes Sita.

"Kelupaan hehehehe." Yasa menunjukkan deretan giginya di depan sang adik.

"Alesan macem apa itu?" protes Sita kesal.

Ayi melihat dua laki-laki lainnya yang berada di samping Yasa. Untungnya kondisi mereka tidak seekstrem yang dibayangkan Ayi. Dalam hati Ayi menebak, mungkin mereka yang dimaksud teman-teman Yasa. Sebab selama ini Ayi tidak tahu-menahu tentang teman-teman Yasa. Selain fakta tentang Yasa memang punya dua teman dekat.

"Eh Sita, dateng sama siapa lo?" Laki-laki berkaos abu-abu yang memiliki beberapa tato di bagian tubuhnya itu menatap Ayi sedikit sinis. Yang ditatap sinis hanya memasang wajah datarnya.

"Sama Ayi. Lagian Kak Val lo tumben amat?" tanya Sita bingung lalu menyuruh laki-laki itu berdiri.

"Nah lo juga mikir gitu kan? Padahal biasanya dia yang selalu ngatain Yasa sama Kendra goblok," sahut Regen yang sama tak percayanya melihat laki-laki berkaos abu-abu itu mabuk.

"Tolong bantu Kak Kendra ya, Ayi."

Ayi mengangguk kemudian membantu laki-laki berkemeja navy yang menggulung lengan kemeja hingga siku untuk berdiri.

Ayi menatap laki-laki yang dipanggil Kendra oleh Sita dalam diam. Tidak ada racauan yang keluar, tetapi pandangan matanya kosong. Ayi dapat melihat laki-laki itu menangis dalam diam sehingga Ayi mendadak kikuk selama beberapa saat.

"Makasih ya, Gen."

Regen, laki-laki yang berdiri di belakang meja mengangguk sambil mengatakan bahwa sang kakak dan teman-temannya datang menggunakan mobil.

"Kayanya yang simpen kuncinya Valen deh," sahut Regen.

Mendengar ucapan bartender itu, Ayi kemudian mencari kunci mobil di saku celana laki-laki berkaos abu-abu.

"Tunggu, Yi, Ta, enek banget. Kamu duluan aja Ta sama Ayi, Kakak pengen ke toilet dulu."

Sita menarik napas panjang, setidaknya ia bersyukur karena Ayi menawarkan diri menemaninya ke sini. Jika saja tadi Sita memutuskan untuk datang sendiri, mungkin Sita sudah menyerah dan meninggalkan sang kakak dan kedua temannya.

"Ayi, aku ke parkiran duluan ya. Nanti kamu aja yang bawa mobilnya bareng Kak Yasa. Aku yang bawa mobil Kak Valen."

"Kamu bisa sendiri?"

Soundtrack: Dusk and DawnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang