Chapter 16- Check Up

483 77 64
                                    

Chapter 16
Check Up


Para delegasi masing-masing sekolah telah kembali ke tempat asal mereka dan Diwangka di hadapkan dengan ujian semester yang berlangsung memeras otak.

Semua tingkatan kelas, belajar ekstrak lebih keras dari biasanya. Pasalnya, pasca acara besar tersebut. Para Profesor membebani mereka dengan setumpuk pekerjaan rumah yang mampu membuat kepala siapapun ingin pecah.

Terlebih lagi para siswa-siswi tingkat tiga yang akan menghadapi ujian akhir tahun ini.

Perpustakaan menjadi lebih ramai dari biasanya. Bahkan mereka harus pandai-pandai mengatur waktu saat ada sebuah tugas untuk menjalankan misi.

Aktifitas Diwangka menjadi lebih padat dari biasanya. Seperti biasanya, Lu mendapatkan jadwal check seminggu sekali untuk mengecek kondisi pergelangan tangannya.

Lenna, yang bertugas sebagai dokter konsultasi memeriksa pergelangan tangan Lu dengan seksama.

Sementara itu, Naell tengah berdiri menunggu di depan pintu bagai seorang penjaga.

"Tanganmu berangsur membaik. Tapi pastikan agar lo tidak memaksakan diri."

Lu tersenyum hambar mendengar hal tersebut.

"Lo dengar gak?" seru Lenna. Saat Lu hanya cengengesan mendengar nasehatnya.

"Dengar Kak Lenna. Lu dengar kok," sahut Lu

"Awas aja," ancam Lenna. "Gue awasin lo."

"Hehe, iya."

"Btw, sebenarnya lo bisa menyembuhkan ini menggunakan Amazora yang lo punya," lirih Lenna dengan sangat hati-hati. "Tapi untuk sekarang. Gue gak yakin lo bisa mengendalikan Amazora yang lo punya."

"Begitu ya?"

"Sebaiknya lo ikut saran Naell ke utara. Gue dengar ada penyembuh berbakat disana."

"Naell juga ngomong kayak gitu. Mungkin kami akan pergi setelah kelulusan," jelas Lu

Lenna mengganguk mengerti. Lalu kembali berkata.

"Jadilah lebih kuat."

"Yeah," balas Lu dengan gerakan tangan mengepal. Tapi sayang, ia merintih kesakitan tidak lama kemudian.

"Udah gue bilang barusan. Lo kudu hati-hati!!" marah Lenna dengan kesal. "Lo kalau di kasih tahu jangan ngeyel."

"Iya. Heheh." Lu terkekeh seraya bangkit dari kursi. "Kak, gue pamit ya. Naell mau pergi jalan-jalan ke kota."

"Ya, hati-hati. Btw, Arsenal mana? Tumben gak ikut?"

"Ah, itu. Dia bilang ada urusan kerajaan yang harus dia urus."

"Ohh, okelah. Hati-hati ya," lambai Lenna.

Lu pun melambai pada Lenna. Lalu melangkah menuju pintu keluar. Namun, sebelum tangannya sempat memegang engsel pintu. Naell udah keburu membukanya dari luar.

"Gimana?" tanyanya seraya berjalan di samping Lu.

"Baik kok," sahut Lu. "Lo mau jalan-jalan kan ke kota?"

DIWANGKA (SEASON 3 PENYIHIR DIWANGKA) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang