Chapter 8
DexaLu bukan lagi dibawa ke ruang pengobatan. Melainkan, langsung dibawa ke rumah sakit di Ibukota. Lampu merah tanda operasi pun dinyalakan. Begitu Lu di bawa masuk.
Naell berdiri dengan cemas menunggu Lu. Sedangkan Arsenal, Mia, Ragil, Profesor Arjan dan Profesor Meena juga sama cemasnya.
Tidak ada yang tahu, bagaimana Lu bisa terluka seperti itu. Pikiran Madam Olive terus terbayang hayang di benak Naell.
... Tulang pergelangan tangannya retak dan saraf-saraf tangannya di putus oleh mana yang membentuk jarum-jarum kecil...
"Brengsek!!!" tanpa sadar Naell memukul dinding rumah sakit dengan kuat.
Naell bersumpah. Akan membuat orang yang melukai Lu akan merasakan hal yang sama. Ah tidak, bakal lebih buruk dari yang ia berikan pada tuan putrinya.
"Apa mungkin klan Kurosaki kembali menyelinap ke dalam Diwangka?" seru Profesor Meena dengan cemas.
"Mustahil," sanggah Ragil, "Kekuatan sihir pelindung berada paling tingkat atas. Seseorang tanpa izin tidak bisa masuk ke Diwangka. Bahkan mendekat pun tidak."
"Dexa." gumam Profesor Arjan.
Semua mata langsung tertuju pada kepala Asrama Lazuardi itu. Masing-masing melayangkan ekspresi wajah yang berbeda-beda.
"Itu tidak mungkin," Arsenal pun turut menyangkalnya, "Dexa tidak mungkin ada di Diwangka."
Profesor Arjan hanya tersenyum tipis menanggapi argumen Arsenal.
"Satu-satunya orang yang bisa masuk tanpa celah ke Diwangka hanya seorang Raikage. Hanya Dexa yang memiliki kekuatan tersebut."
"Tapi, Dexa tidak mungkin melukai Lu," kali ini Profesor Meena turut membuka suara, "Dexa dan Lu sangat dekat."
Naell tidak berkomentar apapun. Tak ada yang tahu apa yang sedang di pikirkannya saat ini. Selain ingin membunuh orang yang melukai Lu.
Lu sendiri cukup lama berada di ruang operasi. Butuh dua jam setelah itu hingga Lu di bawa ke ruang perawatan.
"Biar gue dan Mia yang jaga Lucy," seru Profesor Meena pada Profesor Arjan, "Dia perlu seorang wanita disisinya-"
"Dan seorang pria," potong Naell, "Gue gak akan pernah mau jauh semeter pun darinya."
Profesor Meena pun menatap ke arah Profesor Arjan. Pria dingin itu hanya mengganguk pelan tanda setuju. Lagi pula, dia memang ingin Naell selalu berada di sisi keponakannya.
Ragil pun mengajak Arsenal untuk pulang saat mereka berada di luar ruangan. Tapi sepertinya, dia juga ingin tinggal bersama Naell dan yang lainnya.
"Soal itu, lo perlu bicara sama pamannya. Karena gue masih ada urusan di Diwangka. Walaupun gue juga punya tanggung jawab soal Lu. Namun, Profesor Meena telah mengambil alih."
Ragil pun beranjak pergi terlebih dahulu. Sedangkan Arsenal pergi meminta izin pada Profesor Arjan.
"Apa?" seru Profesor Arjan begitu Arsenal ingin membuka mulut, "Kau juga ingin tinggal?"
"Ya, jika anda mengizinkannya. Lagi pula kami Ardelra." jelas Arsenal
"Terserah kau saja," beralih menatap Profesor Meena, "Hubungi aku jika kau butuh sesuatu."
"Pasti."
Setelah kepergian Profesor Arjan. Mereka berempat duduk melingkar di tepi tempat tidur Lu. Gadis itu terlelap dengan dengkur napas yang terdengar teratur.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIWANGKA (SEASON 3 PENYIHIR DIWANGKA) END
FantasíaSeason 3 PENYIHIR DIWANGKA Ini merupakan cerita berseries. Urutan membaca 1. Penyihir Diwangka 2. Ardelra 3. Diwangka Pasca penyerangan klan Kurosaki dan kepergian Dexa. Diwangka mengadakan kompetensi internasional antar sekolah-sekolah sihir di du...