Chapter 2
Para DeglagasiSemakin mendekati turnamen suasana di Diwangka semakin meriah. Panji-panji antar asrama telah terbentang di seluruh koridor.
Di sepanjang koridor bahkan hingga ruangan kelas. Hal yang paling sering dibahas adalah tentang turnamen. Semua orang sangat antusias dengan perlombaan antar sekolah. Apalagi, Noetic Academy, turut hadir di acara tahunan ini.
Bahkan panji dari keempat sekolah yang ikut serta dalam turnamen telah dipasang di dalam aula utama. Semua murid berlatih dengan keras. Tidak ada satu pun yang ingin melewatkan momen tersebut.
Anak-anak kelas satu yang tidak kebagian tempat. Hanya bisa mengeluh kesal. Menjelang jumat sore, sebuah pengumuman telah ditempelkan di papan mading.
Papan itu terletak di koridor utama kastil. Tempat di mana menjadi penghubung segala ruangan yang ada di Diwangka.
"Mereka akan datang," seru Mia ketika mencoba membaca pikiran orang-orang yang berdesakkan di depan papan pengumuman.
"Maksudmu sekolah-sekolah itu?" tanya Lu. Mia pun mengganguk pelan.
"Gue ingin lihat."
Walau sulit untuk mendekat dan membaca pengumuman tersebut. Lu mencoba untuk menjinjitkan kedua kakinya.
Pengumuman
Pada hari sabtu dan minggu besok. Seluruh siswa-siswi dilarang keluar dari Diwangka demi kepentingan apapun.
Besok, pukul 09.00 pagi. Seluruh siswa-siswi di harapkan hadir di halaman utama untuk menyambut para Deglagasi yang akan datang.
Semua angkatan/asrama di harapkan menggunakan pakaian resmi putih-putih.
Tertanda
Ketua Komite"Gue penasaran," ungkap Lu, "mereka akan naik apa ke sini?"
Mia hanya menghendikkan bahu. "Aku tidak tahu. Yang pasti mungkin bukan naik sapu. Karena jaraknya berkilo-kilo meter dari sini."
Para barisan itu pun bubar secara perlahan. Rasa penasaran semua orang tentang para tamu akan terjadi besok hari. Bahkan saat makan malam di aula utama.
Profesor Albus terus mengingatkan agar semua penghuni asrama memberikan sikap penyambutan yang baik pada hari esok.
Pagi menjelang dan tidak seorang pun ingin berlama-lama di dalam asrama. Sarapan hari ini pun terasa sangat berbeda. Tidak ada lagi seragam antar asrama. Semua orang menggunakan seragam kesatuan Diwangka.
Kemeja putih dengan garis hitam di setiap sisi. Lengkap dengan almamater yang senada.
Bahkan sebelum waktu tunggu. Beberapa siswa-siswi sudah lebih dulu pergi halaman depan kastil untuk menunggu. Baskara bersinar cerah, hari yang baik untuk menyambut para Deglagasi.
"Apa mereka semua dari tempat yang jauh?" tanya Lu pada Arsenal. Saat mereka berdiri bersama.
"Noetic iya, Pasific pun sama, begitu pula Tokyuu Express."
Manik mata Lu berbinar besar
"Be- Benarkah? Wuahh." Terpukau, "Apa itu sekolah sihir juga? Maksud gue, apa mereka juga hebar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DIWANGKA (SEASON 3 PENYIHIR DIWANGKA) END
FantasiSeason 3 PENYIHIR DIWANGKA Ini merupakan cerita berseries. Urutan membaca 1. Penyihir Diwangka 2. Ardelra 3. Diwangka Pasca penyerangan klan Kurosaki dan kepergian Dexa. Diwangka mengadakan kompetensi internasional antar sekolah-sekolah sihir di du...