Chapter 11- Rencana Dexa

499 68 74
                                    

Chapter 11
Rencana Dexa

"Halo Lucy," sapa Profesor Albus. "Bagaimana keadaanmu."

Lu tidak mengira bahwa pria tua itu akan datang mengunjunginya. Dengan langkah perlahan dia mendekat ke sisi Lu dan menatap prihatin pada kedua telapak tangan Lu yang dibalut perban.

"Apa itu masih terasa sakit, Nak?" tanya Profesor Albus dengan hati-hati.

Lu pun mengangkat kedua tangannya ke udara. Lalu dia gerakan secara perlahan-lahan.

"Sudah jauh lebih baik," seru Lu dengan tersenyum lebar.

Pandangan Profesor Arjan dan Ragil mengarah pada Zuko yang berdiri menjauh pada sofa di sudut ruangan.

"Siapa?" tanya pria dingin itu

"Temannya Arsenal," bohong Zuko

"Bagaimana kau bisa ke sini?"

"Kami sempat bertemu saat berada di kota." Zuko kembali berbohong.

Sudah jelas, dia tidak mungkin mengatakan bahwa ia adalah temannya Naell. Karena semua orang akan tahu bahwa dia juga adalah Servamp.

"Kami sudah bertemu penyembuhmu. Besok pagi kau boleh pulang, Nak."

Lu tersenyum lebar. Walau baru dua hari di tempat itu. Dia sudah tidak sabar untuk kembali ke Diwangka.

Profesor Arjan pun turut mengamati pergelangan tangan keponakannya.

"Apa bocah itu yang melakukannya padamu?"

Netra mata Lu terlihat terkejut. Ketika untuk kedua kalinya. Pertanyaan tentang siapa yang melukai tangannya. Dilayangkan kembali.

"Tidak usah jawab. Karena kami sudah tahu," seru Profesor Arjan. Lu hanya bisa mengigit bibir bawahnya dengan frustasi.

"Jejak mana Dexa terdeteksi di Diwangka," sela Ragil. "Walaupun dia bisa masuk tanpa meninggalkan celah sedikitpun. Pada akhirnya dia lupa membersihkan bekasnya."

Lu merasa bingung. Apakah Ragil sama kecewanya dengan Naell atau tidak. Karena selama ini mereka dilarang untuk membahas nama Dexa untuk disebut.

"Kompetisi sedang berlangsung dan aku tidak bisa berlama-lama di sini." Profesor Albus pun berpamitan keluar pada Lu.

Lu juga merasa sedikit tersanjung. Karena kepala sekolahnya mau menjenguknya di rumah sakit. Ragil pergi mendampingi Profesor Albus.

Sedangkan Profesor Arjan masih berdiri di sisi ranjang.

"Lucy," ujar Profesor Albus. "Profesor Poppy menitip pesan padamu."

Alis Lu bertaut bingung. Sudah sejak lama dia tidak mendengar nama itu disebutkan. Pasalnya, baik dia, Arsenal dan Dexa sangat membenci wanita itu.

"Dia melihat ada badai di masa depan dan untuk itu." Melirik ke arah Naell
"Tetap di sisi Servamp mu. Aku tidak ingin mendengar kau kena masalah dan merepotkan banyak orang lain lagi. Kau mengerti?"

Lu menggangukkan kepala tanda mengerti. Setelah itu dia pun melangkah keluar dari ruang perawatan tempat Lu terbaring.

"Pamanmu itu selalu saja menakutkan," celutuk Mia dengan rasa merinding.

DIWANGKA (SEASON 3 PENYIHIR DIWANGKA) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang