Ingat! Berjuang gak selalu maju
Liat, orang lomba tarik tambang berjuangnya mundur~Tulus~
Apa perbandingan kelas IPA dan IPS selain dari mata pelajarannya menurut kalian?
Sejak dulu kelas IPA dianggap berisi orang-orang yang rajin belajar, suka ngitung, pekerja keras, dan disiplin sedangkan kelas IPS dipandang sebagai kumpulan orang-orang yang pemalas dan tukang main.
Pada realitanya di sekolah SMAN Gapai Cita 2, kelas IPA tidak sesuai dengan anggapan masyarakat. Seperti yang terjadi di kelas 11 IPA 2 ini.
Jika dilihat dari sudut pandang manapun memang semua sibuk dengan urusannya masing-masing, dari para lelaki yang asyik bermain game, juga bermain kartu UNO, hingga tak lepas dari kata-kata kasar. Para gadis yang bergosip ria membicarakan berita-berita hangat sembari mewarnai kukunya dengan kutek dan si tukang molor yang sudah tergeletak di lantai memasuki alam mimpinya, padahal ini masih jam pelajaran pertama.
Hareudang, hareudang, hareudang
Panas, panas, panas...Suara musik yang bersumber dari aplikasi Toktok itu memenuhi seisi kelas, membuat para betina berjoget layaknya cacing yang diberi air garam.
Caca memutar bola matanya malas melihat dua sahabat di depannya ikut memainkan aplikasi yang memang sedang banyak digandrungi semua kalangan usia.
"Ca, lo ikutan joget dong!" ajak Hana, temannya yang bercita-cita ingin jadi artis Toktok itu sangat antusias.
"Lumayan Ca, buat menghempaskan lemak yang ada di perut lo," ledek Kila cewek berkucir satu, memang tidak bisa dipungkiri jika Caca lah yang tubuhnya paling berisi diantara mereka.
"Males ah, gue mau ke perpus aja," sahut Caca menggapai laci untuk mengambil HPnya.
"Sok-sokan lu ke perpus, paling di sana cuma numpang ngadem," ledek Kila.
"Lu, kalo ngomong suka bener ya," sahut Caca nyengir sembari melangkahkan kakinya keluar kelas.
Siapa tau ketemu Radit hehe
Ucapnya dalam hatiBaru sampai di depan pintu kelas ia melihat Pak Tejo, wali kelas yang terkenal killer itu berjalan menuju kelasnya, berdampingan dengan lelaki yang tidak ia kenal, tanpa berpikir panjang Caca kembali masuk ke kelasnya.
"ADA PAK TEJOOO!" teriak Caca kencang
Sontak, seperti ada gempa bumi semua temannya mengambil langkah seribu kembali ke tempat duduknya masing-masing dan hanya hitungan detik semua sudah rapi.
"Assalamu'alaikum," ucap Pak Tejo sembari melangkah masuk diikuti lelaki dengan potongan rambut pendek tipis yang tampak malu-malu.
"Wa'alaikumsalam," sahut semua murid.
"Loh, itukan cowok tadi malam," bisik Caca, namun masih bisa didengar oleh dua sahabat yang duduk di depannya.
"Lo, kenal Ca?" tanya Kila sedikit mencondongkan badannya kebelakang.
"Gak sih," jawab Caca dengan nada penasaran.
"Hari ini kita kedatangan murid baru, pindahan dari SMAN Gemilang, silahkan perkenalkan diri kamu!" perintah Pak Tejo kepada lelaki disampingnya.
"Nama saya Aldo Aristo," ucapnya dengan cepat karena merasa gugup diperhatikan seisi kelas.
Cih, ngomongnya irit bener, batin Caca
"Ada yang ingin dikatakan lagi, Aldo?" tanya Pak Tejo bingung karena lelaki yang badannya lebih tinggi dari beliau itu tidak memberitahukan informasi lengkap mengenai dirinya.
"Cukup, pak," sahut Aldo pelan.
"Baiklah, Bapak harap kalian bisa jadi teman yang baik dan mampu bekerja sama dengan baik," ujar Pak Tejo sambil mengedarkan pandangannya mencari bangku kosong. Caca yang menyadari dirinya hanya duduk sendiri pun menegang, berharap Pak Tejo tidak menunjuk bangku kosong di sebelahnya, karena ia lebih tenang jika duduk sendiri.
"Aldo, silahkan kamu duduk sebangku dengan Wawan ya!" perintah Pak Tejo.
Untung gak sama gue, batin Caca sambil menghembuskan nafas lega.
"Baik, pak. Terima kasih," ucap Aldo sedikit membungkuk lalu berjalan menuju bangkunya. Terlihat Wawan yang sering dipanggil Ucup itu menyambutnya dengan senang hati, berharap Aldo bisa menjadi teman yang baik karena selama ini tidak sedikit yang tidak mau berteman dengannya, mengingat dia hanya anak seorang tukang becak, maklum di zaman sekarang sudah ada istilah 'gak ada uang teman ditendang', dan Ucup merasakan hal itu.
Setelah Pak Tejo keluar kelas, Kila dan Hana langsung berbalik menghadap Caca meminta penjelasan atas apa yang telah ia katakan tadi. Dengan menggunakan kode-kode mata yang hanya dipahami oleh sesama perempuan, Caca mendelik ke Arah Aldo, memastikan bahwa lelaki itulah yang ditemuinya tadi malam, pada saat yang bersamaan Aldo ternyata juga melirik Caca dengan sorot mata yang tajam, langsung saja Caca mengalihkan pandangannya berpura-pura tidak melihat. Merasa bingung melihat Caca dan Aldo, Kila langsung menarik tangan Caca hingga berdiri.
"Ayo ke toilet, jelasin ke kita ada apa lo sama cowok itu!" pinta Hana. Caca hanya bisa pasrah mengikuti karena kedua tangannya sudah dipegangi.
Bersambung
Maaf, jika masih banyak kesalahan atau alur ceritanya membosankan
Aku juga akan terus belajar agar menjadi lebih baik lagi
Terimakasih sudah membaca, jangan lupa tinggalkan jejak biar aku lebih semangat lagi melanjutkan cerita ini😊.
Vote dan komen kalian sangat berarti❤️
Salam dari Banjarmasin😊

KAMU SEDANG MEMBACA
TULUS
Novela JuvenilSeseorang yang menginginkan ketulusan dalam hubungannya karena ia tahu diri bahwa dia hanyalah orang biasa. TUKANG PLAGIAT MENJAUHLAH!!!