Saat hati dan pikiran tidak bersahabat, saat itulah kita merasa serba salah, nurutin perasaan kesannya jadi egois, nurutin pikiran tapi jadi nyesek sendiri.
Ada yg pernah juga?~Tulus~
"Lo, mau gak jadi pacar gue?"
Sebuah pertanyaan yang membuat seisi kantin melihat ke sumber suara.
Demi apapun! Caca kaget bukan kepalang, jantungnya berpacu dengan cepat, seketika ia merasa oksigen di sekitarnya makin menipis.
Siapa yang tidak kaget jika selama ini orang yang kamu suka ngomong gitu ke kamu.
Caca masih saja menganga, air liurnya hampir saja menetes, ia membulatkan mata menatap lelaki berambut klimis yang berdiri di sampingnya. Bukan hanya Caca yang begitu, Killa pun mengerjapkan matanya berkali-kali melihat kejadian yang ada di depannya. Apa ini cuma mimpi? Tidak.
"A-apa?" tanya Caca memastikan kalau pendengarannya masih berfungsi dengan baik.
"Lo, Tasya Agatha mau gak jadi pacar gue?" balas lelaki itu penuh penekanan, matanya menatap dalam manik legam Caca dengan bibir yang melengkung indah. Seakan tenggelam dalam tatapan lelaki yang bernama lengkap Raditya Mahardika itu, Caca tanpa sadar mengangguk perlahan.
Brakk
Pukulan meja dari Killa memecahkan suasana, "Heh, lo serius?" sergah Killa kerena lelaki yang berpakaian jauh dari kata rapi itu tampak mencurigakan.
"Hhh, gue serius lah," dengus Radit bergerak duduk di samping Caca, membuat perempuan yang sudah lama mengidam-idamkan dirinya itu meneguk liurnya susah payah.
"Ca, lo serius nerima dia?" tanya Killa.
Caca bingung mau ngomong apa, lidahnya kelu, ia hanya menatap Radit dan Killa bergantian lalu menunduk karena mereka bertiga sedang ditonton seisi kantin, udah kayak live sinetron.
"Radit! Lo, apa-apaan sih?" jerit perempuan yang tiba-tiba datang bersama satu temannya.
"Lo, gak lagi mabok kan?" sambungnya. Perempuan itu bernama Bella.
"Gak, gue sadar kok," sahut Radit santai.
"Gue gak habis pikir ya, Dit. Lo lebih pilih cewek cupu ini dari pada gue?" sindir Bella seraya melirik Caca dari atas sampai bawah. Bukan rahasia umum lagi jika perempuan berlipstik merah itu menyukai Radit, bahkan perempuan itu rela melakukan apa saja untuk menarik perhatian Radit.
"Suka-suka gue lah," balas Radit acuh.
"Dan lo, semudah itu nerima Radit? dasar cewek murahan, gak tau diri. Lo itu gak pantes sama Radit, Lo-"
"Siapa yang lo maksud murahan?" pekik Hana yang baru saja datang dari toilet.
"Temen lo tuh," tukas Bella sinis, telunjuknya tepat mengarah pada Caca yang hanya menggigit bibir bawahnya, perempuan yang dimaksud itu masih dalam mode bingung.
"Heh, mak lampir jaga ya omongan lo!" peringat Hana. Merasa sahabat karibnya diperlakukan seperti itu ia benar-benar tidak terima.
"Lo, bilang apa tadi?" sungut Bella marah.
"Lo, gak denger? Congekan dong," umpat Hana tersenyum mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
TULUS
أدب المراهقينSeseorang yang menginginkan ketulusan dalam hubungannya karena ia tahu diri bahwa dia hanyalah orang biasa. TUKANG PLAGIAT MENJAUHLAH!!!