Jaemin melangkah menyusuri lorong apartment dengan wajah sumringah. Senang kencan pertamanya dengan Naya berjalan lancar, walau hanya mengajak Naya melihat senja bersama dari atas rooftop. Tapi ia senang ketika membuat Naya senang.
"Makasih ya, Jaem. Gue seneng banget hari ini."
Itulah yang diucapkan Naya sebelum perempuan cantik itu masuk ke dalam rumahnya. Ah, mengingat itu membuat senyum Jaemin makin merekah.
Kemudian langkahnya terhenti tepat di depan pintu apartment-nya, menekan tombol sandi apartment dengan satu tangannya yang kosong karena tangan satunya ia gunakan untuk membawa martabak manis pesanan teman-temannya.
Iya Jeno, Haechan, dan Renjun ada di kediamannya sedari pagi hari. Maka dari itu Jaemin bisa pergi dengan Naya menggunakan vespa milik Haechan, karena sang empunya ada di apartment-nya.
Beberapa detik kemudian pintu terbuka, Jaemin melangkah masuk ke dalam. Dan betapa terkejutnya ia, mendapati satu lagi sosok yang tak asing baginya sedang duduk bersama Jeno di atas sofa.
Dia Jisung.
Aldriano Jisung Gaurenza adalah adik kandungnya. Ia berada di sini, kini Jisung menatap Jaemin yang sedang terpatung keheranan untuk apa adiknya ada di sini?
"Jisung? Mau ngapain?"
Mendengar Jaemin angkat suara Jisung lantas berdiri, menghampiri sang kakak yang masih diam di tempat. "Jisung mau ngomong sesuatu sama abang, ini pesan dari papa."
Lalu Jaemin melirik teman-temannya yang terlihat seperti tidak memerdulikan ia dan Jisung, entah benar-benar tidak memerdulikan atau pura-pura tidak peduli.
"Ngomong di kamar abang aja."
Jaemin lalu bergerak meletakan plastik putih berisi martabak manis di meja yang tentunya langsung diserbu oleh ketiga temannya, kemudian ia melangkah masuk menuju kamarnya yang disusul Jisung di belakangnya.
Setelah mereka berdua sudah berada di kamar lantas Jaemin menutup pintu lalu berbalik menghadap Jisung. "Papa ngasih pesan apa? Sibuk banget ya sampe kamu yang harus ngasih pesan dari dia? Kenapa gak dia langsung?"
"Papa sibuk."
"Tepat. Dia selalu sibuk, untuk gue."
Terdengar Jisung menghela nafasnya, ia menatap serius Jaemin yang kini bersedekap tangan. "Papa suruh lo buat pulang ke rumah, bang."
"Untuk apa? Gue kan udah dari lama gak dianggap ada? Untuk apa abang pulang?"
"Gue enggak tahu, tapi Jisung mohon untuk lo pulang ke rumah. Seenggak-nya lo pulang untuk mama, mama kangen sama lo. Jisung mohon, bang."
Jaemin menghela napasnya, mengalihkan pandangannya ke arah lain selain Jisung. Dirinya terdiam, tak terpungkiri ia juga rindu mamanya. Ia rindu Jisung, ia rindu mama-nya, Jaemin juga rindu masa-masa kecilnya yang indah bersama papanya. Jaemin rindu itu semua.
Tapi apa daya, semuanya berubah ketika papanya makin gencar menyetir kehendaknya hingga ia memutuskan hengkang dari rumahnya sendiri, dan sang papa yang ikut-ikutan membuat situasi makin runyam dengan memutus hubungan Jaemin dengan dirinya, mama-nya dan juga Jisung.
Ketika ia mulai ingin menginjak jenjang sekolah menengah, papanya makin memaksa kehendaknya. Sebenarnya dari awal Jaemin berminat untuk sekolah seni, tapi papanya menolak keras permintaan Jaemin saat itu. Jaemin yang baru mulai beranjak dewasa pun belum berani untuk membantah, hal yang dia lakukan hanya menuruti semua apa kata papanya.
Jaemin tertekan. Ia selalu dipaksa untuk menekuni hal-hal yang bahkan tidak ia sukai. Ia dituntut supaya menjadi anak yang sempurna yang bisa melakukan hal apapun, yang kelak ia akan menjadi pewaris hebat dari perusahaan papanya.
Sebenarnya tujuan papa Jaemin baik, ia memikirkan masa depan Jaemin. Tapi mungkin caranya yang salah, mau bagaimanapun menuntut dan menyetir kehendak anak itu bukan cara yang terbaik.
Jaemin menggigit bibir bawahnya, lalu mengusap matanya yang ia rasa mulai berkaca-kaca.
"Pulang bang. Bukan mama aja yang kangen sama abang, Jisung juga."
Jaemin lalu mendongak sambil menghembuskan nafasnya kuat-kuat, berusaha membuang ego-nya sendiri. Benar kata Jisung, setidaknya ia harus pulang untuk menjenguk ibu nya. "Kapan abang harus pulang?"
Jisung yang sedari tadi mimik wajahnya terlihat mendung, akhirnya tersenyum lebar pada Jaemin. "Papa suruh minggu depan abang pulang, bisa kan?"
"Bisa, tapi gak bisa nginep."
Wajah Jisung kembali murung, "nginep dong bang. Dua hari aja gak apa-apa."
Jaemin bersiap untuk menolak tapi Jisung sudah menggenggam pergelangan tangannya lalu digoyang-goyangkan seraya Jisung merengek. "Nginep dong bang jaeeeem!"
Jaemin pun menghela nafasnya, terpaksa mengangguk meng-iyakan permintaan Jisung. "Iya."
"Asiikkk. Nanti tidurnya sama gue ya??"
"Iya-iya! Udah sana keluar, gabung sama temen-temen gue. Gue mau sendirian dulu."
Sepeninggalan Jisung kini Jaemin kembali sendiri, lalu menunduk. Matanya meneteskan air mata yang sedari tadi ia tahan, tapi kemudian dengan cepat ia menghapusnya.
Lalu dirinya melangkah, membawanya duduk di samping ranjang. Lalu mengambil sebuah figura foto yang berada di dalam laci nakas.
Itu foto keluarganya beberapa tahun lalu saat Jisung baru lulus sekolah dasar. Satu-satunya foto keluarga yang ia bawa dari rumahnya sebelum ia memutuskan untuk pergi. Ia mengusap foto itu, di sana dirinya beserta kedua orangtuanya tampak bahagia merayakan kelulusan Jisung. Jaemin rindu masa-masa dimana keluarganya terlihat baik-baik saja.
Salah satu alasan kenapa dirinya cinta fotografi adalah karena hidup tidak akan pernah terasa semenyakitkan ini jika di dalam foto. Semuanya tersenyum, seperti tidak ada luka yang membebani. Semua tampak bahagia.
Tapi ya siapa sangka, dibalik senyum seseorang di dalam foto. Ia menyimpan beribu luka yang pahit untuk dikenang.
"Jaemin kangen keluarga kita yang dulu. Jaemin kangen mama.. maafin Jaemin," katanya sambil terisak.
Entah di sini siapa yang harus disalahkan, papanya yang egois atau Jaemin yang keras kepala.
"We keep this love in a photograph
We made these memories for ourselves
Where our eyes are never closing
Our hearts are never broken
And time's forever frozen, still"Ed Sheeran - Photograph.
Park Jisung as Aldriano Jisung Gaurenza
📷 BY JAEMINTo be continued..
Jadi di story ini aku sedikit terinspirasi dri lagunya Ed Sheeran yg judulnya Photograph, aku suka lagu itu karena menurutku maknanya dalem sampe nge jleb bgt rasanya :")
Sebelumnya terimakasih atas vote dan komennya ya cingtah ( ̄3 ̄)♡
See you next part ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOTOGRAPH | Jaemin
FanfictionBiasanya sih jatuh cinta dari pertemuan pertama. Tapi dia, Amyrel Jaemin Nadio Fazza, jatuh hati dari sebuah foto candid hasil bidikannya sendiri. START : [03/06/2020] END : [ON GOING]