Haii
Terimakasih ya buat yg udh kasih aku nasehat maupun semangat 😭 🙏 dan yg udh kasih dukungan dlm bentuk vote maupun komen, makasih banyakk ♡
Happy reading!!
Hari yang tak begitu dinanti oleh Jaemin tiba, yaitu hari di mana dia akan menginjakkan kakinya lagi di rumah tempat ia tumbuh. Ya akhirnya, setelah tiga tahun lamanya ia pulang.
Jaemin kini sudah berada di pelataran rumahnya, masih belum beranjak dari dalam mobil. Ia masih belum siap. Peluh berkali-kali jatuh turun dari dahinya, sesekali Jaemin menghembuskan napasnya berusaha menenangkan dirinya sendiri. Ia gugup, tiga tahun keluar dari rumahnya sendiri, semua terasa asing meski terlihat dari luar tidak ada yang jauh berbeda dari rumahnya.
Tadi saat sepuluh menit lalu ia tiba, satpam rumahnya menyambut Jaemin dengan ramah. Menyapa dengan senyuman lebar, berkata bahwa semua orang merindukannya. Jaemin tahu itu, ia juga merindukan semua orang yang berada di rumahnya. Mama, Jisung, pekerja rumah tangga, dan tak terkecuali juga.. Papanya. Meskipun terlibat perang dingin dengan sang Papa, Jaemin sendiri berharap agar semuanya berakhir damai dengan membicarakan segalanya dengan kepala dingin. Tapi apa yang diharapkan jika kita berbicara dengan cerminan diri sendiri yang sama-sama memiliki ego yang kuat? Sulit.
Suara ketukan kaca mobil mengintrupsi lamunannya, membuat Jaemin segera menoleh mendapati satpam rumahnya kemudian lelaki berparas tampan itu membuka pintu mobil lalu beranjak keluar.
"Mas Jaemin kenapa ndak masuk-masuk? Sudah ditunggu sama Ibu," kata pak Yusuf— nama dari satpam rumahnya.
Jaemin tersenyum menanggapi pak Yusuf, "iya tadi— ada yang nelfon."
"Monggo, Mas. Biar saya bantu bawa bawaannya."
"Terimakasih, Pak." Setelah Jaemin tersenyum pada pak Yusuf, membiarkan pak Yusuf membuka pintu belakang untuk mengambil barang bawaanya.
Kemudian ia melangkah menuju teras, kembali menarik napasnya dalam-dalam lalu dihembuskannya perlahan. Setelah itu ia membuka pintu besar bercat putih gading di hadapannya ini, memperlihatkan isi rumahnya yang tidak begitu banyak yang berubah, kecuali— foto keluarga yang terpampang besar di ruang tamu, seingatnya dulu tidak ada foto keluarga, dulu yang terpajang di sana hanya gambar-gambar lukisan saja, kemudian Jaemin terkekeh miris melihat di foto itu tidak ada sosok dirinya.
Beberapa detik kemudian, Jaemin menyadari sosok mamanya yang datang menuruni tangga dengan langkah tergesa lalu menubruk tubuh Jaemin kemudian dipeluknya erat-erat sosok anak sulungnya itu seakan tidak ada hari esok. Bisa Jaemin rasakan sekarang, bahu sebelah kanannya basah. Menyadari itu, Jaemin mengusap punggung mamanya dengan lembut. "Jaemin pulang, Jaemin di sini untuk Mama."
Kemudian mama melepas pelukannya namun kedua tangannya masih tidak lepas dari kedua sisi lengan Jaemin. Beliau menatap Jaemin dengan berlinang air mata, "tinggal di sini terus, ya? Jangan pergi lagi, ya?"
Jaemin menggeleng lemah menanggapi mama. "Enggak, aku.. udah gak bisa tinggal di sini lagi."
"Bilang apa kamu? Ini rumah kamu juga! Kamu berhak untuk tinggal di sini."
"Aku gak mau ngerepotin."
"Jaemin.. anakku," kemudian mama membawa jemarinya mengelus pipi putra sulungnya, mengelus dengan lembut seakan-akan Jaemin ini barang yang mudah pecah. Hal ini ia lakukan sama seperti duapuluh tahun lalu, ketika pertama kali mama menggendong tubuh mungil Jaemin yang baru lahir, masih rapuh dan butuh perlindungan. "Enggak ada orangtua yang merasa direpoti dengan kehadiran anaknya sendiri, Nak."
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOTOGRAPH | Jaemin
FanfictionBiasanya sih jatuh cinta dari pertemuan pertama. Tapi dia, Amyrel Jaemin Nadio Fazza, jatuh hati dari sebuah foto candid hasil bidikannya sendiri. START : [03/06/2020] END : [ON GOING]