30

1.6K 156 12
                                    

Setelah acara selesai disinilah mereka yang berada di kamar Sulis, Sulis yang sibuk menghapus make-up bekas acaranya seharian penuh itu, sedangkan Jimin yang celingak-celinguk bingung mau ngapain.

“Daripada kau celingak-celinguk gak jelas, mending kau mandi biar lebih fresh.” Ucap Sulis matanya melirik Jimin dari pantulan kaca yang memperlihatkan Jimin sedang duduk dipinggir kasur.

“A-ah iyah, aku akan mandi. Tapi--- bagaimana dengan pakaian? Semua pakaianku ada di hotel semua.”

Sulis menghela napas pelan. “Sudah mandi saja. Masalah pakaian aku yang akan mengurus.”

“Kau? Tidak mandi juga?” Jimin hendak beranjak dari duduknya.

“Gampang.” Setelahnya Jimin masuk kekamar mandi Sulis.

Selesai membersihkan make-up Sulis keluar dari kamarnya berniat untuk meminjam pakaian Rio yang barangkali masih ada yang tertinggal disini. Helaan napas lega saat melihat kaos polos berwarna hitam dengan ukuran yang besar dan celana training berwarna hitam di dalam lemari yang dulu menjadi lemari Rio saat tinggal disini. Tanpa pikir panjang Sulis langsung mengambil pakaian tersebut dan kembali beranjak ke kamar.

Sesampainya dikamar Sulis mengetuk pintu kamar mandi yang di dalamnya terdapat Jimin yang bersih-bersih. “Jimin....buka dulu pintunya sebentar ini pakaian untukmu.” Tanpa menunggu lama lagi pintu langsung terbuka dan terlihat tangan yang basah terulur keluar tanpa ragu Sulis memberikan baju tersebut.

Setelahnya Jimin menutup kembali pintunya dan Sulis beranjak menuju lemari bajunya mengambil sepasang piama untuk digunakan nya tidur dan tak lupa hijab langsungan yang tidak pernah absen.

Setelah lumayan lama menunggu perawan mandi akhirnya keluar juga. Iyah Sulis menganggap bahwa Jimin yang notabene nya sudah menjadi suami adalah seorang perawan yang haus akan perawatan. Istri durhaka bukan? Tapi biarlah Jimin tidak mengetahuinya ini. “Sudah selesai? Kau lama sekali, apa didalam sana perawatan dulu?”

“Maaf yah sudah membuatmu menunggu lama, aku tadi berendam dulu supaya pikiranku rileks.” Tanpa menggubris Sulis langsung memasuki kamar mandinya dan tercium lah semerbak aroma sabun yang begitu menusuk hidungnya. Ia cukup heran kenapa seorang lelaki jika sesudah mandi wanginya subhanallah walhamdulillah? Sedangkan wanita hanya wangi sesaat.

Tidak terlalu lama Sulis di dalam sana cukup menghabiskan waktu 15 menit setelahnya ia keluar dari kamar mandi dengan pakaian piama berwarna biru langit dan hijab langsungan berwarna putih. Sulis membaringkan tubuhnya disamping Jimin yang sedang bersandar di dashboard ia menarik selimutnya dengan canggung dan berdoa dalam hati semoga Jimin jangan menuntut haknya malam ini pasalnya Sulis benar-benar belum mempersiapkan diri. Dengan paksa ia memejamkan mata yang sebenarnya tidak merasakan kantuk sama sekali.

"A-nae?" Suara khas Jimin memanggil Sulis. Tapi apa barusan Jimin memanggilnya dengan sebutan 'Istri?' ahk shit! Jantungnya kali ini berdebar begitu cepat. Apa ini yang dirasakan oleh para pengantin baru? Deg-degan setiap saat? Mau tidak mau Sulis membuka kembali mata yang sudah terpejam. "Eum?"

Chup!

Mata Sulis membelalak sempurna saat Jimin mencium singkat bibirnya, lidahnya terasa kelu, tenggorokannya tercekat karena prilaku suaminya itu. "Kau kenap-mmphh." Kali ini bukan hanya kecupan namun lebih dari itu.

Apa ini saatnya?

Apakah aku akan berakhir disini?

Jika memang ini saatnya aku tidak akan menolak. Karena bagaimana pun dia berhak atas haknya.

Hanya itu yang dapat Sulis ucapkan dalam hati. Jantungnya berpacu sangat cepat begitupun dengan Jimin, Sulis dapat merasakannya. Sulis dapat merasakan tangan Jimin yang meraba punggungnya dan tak lama tangannya menelusup masuk kedalam dan,,, Damn! Pengait bra-nya terlepas begitu saja dengan mudahnya. Setelahnya Jimin melepaskan hijab Sulis dan disaat itu juga pagutan mereka terlepas dengan napas yang tersengal.

Cinta Dilangit Namsan {✔}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang