Sulis berlari kecil saat mendengar bel rumah berbunyi. Wajah sumringah terukir saat tau siapa yang datang, tangannya langsung mengambil tangan Jimin lalu mencium punggung tangannya sebagai rasa hormat seorang istri kepada suami. “Assalamu'alaikum.” Hanya itu yang terucap dari bibir Sulis.
“Waalaikumsalam.” Cukup satu kata yang membuat hati Sulis menghangat seperti saat ini.
Sulis menarik Jimin masuk kedalam rumah. “Mau mandi atau makan dulu?” Tanya Sulis.
“Kau masak?” Sulis mengangguk. “Enaknya ngapain dulu? Kayaknya makan dulu deh.”
“Yasudah ganti pakaian dulu sana! Biar aku menghangatkan masakannya dulu.” Jimin menurut lalu beranjak ke lantai dua untuk mengganti pakaian.
••°••
Sulis selesai menata masakannya di meja makan dan terdengar lah suara langkah Jimin dari arah tangga. “Nih makan! Aku mau naik dulu yah?” Ucap Sulis saat sudah menyendokkan nasi kepiring Jimin.
Baru dua langkah Sulis meninggalkan tempat tersebut tiba-tiba Jimin menahan pergerakannya dengan meraih lengan Sulis. Sulis menoleh dahinya mengernyit seakan bingung dengan perlakuan Jimin. “Hanja!” Jimin memerintahkan Sulis untuk duduk dan Sulis hanya mengangguk patuh. “Temani suamimu ini makan malam nde?” Sulis hanya mengangguk.
Ntah ini hanya perasaan atau bagaimana tapi saat ini Sulis merasa takut, gelisah, tidak tenang. Ia merasa seakan-akan ada suatu kejadian yang membuat perasaannya tidak enak. Keringat dingin yang keluar tanpa meminta izin kepada Sulis. Jantung yang berdetak sangat kencang dengan kurang ajarnya. Sulis bingung dengan dirinya yang aneh ini.
Setelah menemani Jimin makan malam Sulis membersihkan bekas makan suaminya lalu beranjak ke kamar untuk beristirahat. Saat sesampainya dikamar Sulis mendapatkan Jimin yang sedang bersandar di dashboard dengan pakaian yang sama sepertinya dia belum membersihkan tubuh nya.
“Kau tidak mandi Jim?” Tanya Sulis sembari mengunci pintu kamar. Itu sudah menjadi rutinitas untuk mengunci kamar sebelum tidur.
Jimin diam. Tapi maniknya terus menatap Sulis yang sedang berjalan menuju keranjang mereka.
“Mandi dulu sana!” Sulis mendorong kecil lengan Jimin.
“Salah tidak?” Tanya Jimin tiba-tiba yang membuat Sulis mengernyit heran.
“Salah apanya?”
“Kalau aku minta hakku sebagai suami?” Sungguh tatapan Jimin ntah kenapa malam ini terlihat sayu dan memohon?
“Gak, memangnya kenapa?” jantung Sulis kali ini benar-benar berpacu sangat cepat. Bulu kuduk nya merinding. Dan keringat mulai bermunculan.
“Bolehkah?”
Deg!
Sulis benar-benar terkejut. Ia ingin menolak tapi ia juga tau bahwa itu dosa jika menolak permintaan suami. Meneguk salivanya dengan susah payah.
Sulis mengangguk pelan.
“Hmm.”
Setelah mendapatkan izin Jimin mempersempit jarak diantara mereka, menangkup kedua pipi Sulis dalam hitungan detik satu kecupan berhasil mendarat di kening Sulis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dilangit Namsan {✔}
Random[COMPLETED] Konflik cinta perbedaan agama yang dialami oleh Sulis dan Jimin. "Aku jatuh cinta kepadamu" "Kau tau bukan bahwa aku seorang muslim? Bagaimana caranya kita bisa bersatu?" "Maka dari itu buatlah aku jatuh cinta kepada muslim sama seperti...