Hari ini mereka sudah tiba di Korea sejak kemarin dan hari ini adalah jadwal mereka berdua untuk membersihkan rumah sederhana mereka bersama. Rumah yang dibilang cukup untuk keluarga kecilnya kelak dengan bangunan berlantai dua, memiliki empat kamar, dua kamar di lantai atas yang mana kamar tersebut adalah kamar utama. Dan dua kamar lagi dibawah yang mana kamar tersebut adalah kamar tamu dan kamar pembantu.
Cairan bening mengalir di sekujur tubuhnya, rasa lelah yang menguasai nya saat ini. Pasangan tersebut menyandarkan tubuhnya disofa ruang tengah guna menghilangkan rasa lelahnya. Sudah seharian ini mereka merapikan rumah Jimin yang dibelinya secara diam-diam sebelum ia diusir oleh keluarga nya. Jimin bersyukur akhirnya rumah ini terisi juga pasalnya jika Jimin tidak mengisinya ia ingin menjual kembali rumah ini.
“Kau lelah?” Tanya Jimin kepada Sulis yang sedang menyandarkan tubuhnya disofa. Sulis hanya menjawabnya dengan anggukan. “Istirahat sebentar, lalu setelah itu bersihkan tubuhmu. Nanti malam kau tidur duluan saja aku akan ke pusat perbelanjaan di Seoul untuk membeli bahan masakan persediaan beberapa hari kedepan.”
Sulis menoleh, “Sendiri?” Jimin mengangguk. “Aku ingin ikut.” Lanjut Sulis.
“Tapi kau terlihat sangat lelah.”
“Kesananya malam bukan? Jadi sekarang aku bisa istirahat sejenak.” Kukuh Sulis.
Baiklah. Kali ini Jimin mengalah. Inilah resikonya jika mempunyai istri berkepala batu. Mereka berdua saling terdiam tidak ada yang ingin membuka percakapan hingga akhirnya Jimin beranjak dari sofa dan melangkah ke lantai atas lebih tepatnya kekamar mereka. Sulis yang sudah mengetahui Jimin akan melakukan apa hanya memandangnya sejenak lalu pandangannya kembali pada televisi.
Sulis memasuki kamarnya setelah setengah jam Jimin meninggalkan nya. Dapat terdengar percikan air dari kamar mandi sana. Ah, rupanya Jimin belum menyelesaikan acara bersih-bersihnya. Kaki Sulis melangkah ke pintu kamar mandi matanya sejenak melirik jam dinding yang berdetak dengan teratur. “Jimin! Apa kau masih lama? Waktu maghrib akan segera tiba.” Ucap Sulis dari luar sana.
Tak lama setelah Sulis berucap seperti itu akhirnya dirinya keluar dengan rambut basah dan handuk berwarna putih melingkari pinggulnya. “Sana mandi! Setelah sholat kita pergi.” Sulis mengangguk patuh dalam sekejap keberadaan nya menghilang dari mata Jimin.
Setelah lima belas menit berada di tempat lembab tersebut akhirnya Sulis keluar dengan bathrobe berwarna ungu. Kakinya melangkah ke lemari besar mereka, mengambil potongan baju yang akan digunakannya malam ini lalu kembali masuk kedalam kamar mandi. Sebelum menutup rapat pintu kamar mandi tiba-tiba Jimin bertanya. “Kau tidak beribadah? Aku dari tadi menunggumu.” Sulis menyembulkan kepalanya keluar lalu tersenyum. Tidak, tidak, lebih tepatnya dia nyengir.
“Aku lagi ada tamu bulanan kau sholat sendiri saja yah?”
Tamu bulanan? Apakah Sulis menstruasi? Berarti rencana yang sudah dirancang sejak tadi sore saat dirinya mandi gagal dong? So sad boy :( sia-sia rencananya harus menunggu kembali selama seminggu atau bahkan bisa lebih. Helaan napas terdengar samar. Karena Jimin sudah menahan wudhu sejak keluar dari kamar mandi ia langsung menjalankan ibadah nya tapi sebelumnya sudah ada sarung yang melingkar di pinggulnya.
••°••
Saat tiba di pusat perbelanjaan mereka mengelilingi toko persediaan makanan, “Kau ingin belanja apa?” Tanya Sulis yang sedang asik mendorong troli.“Ketempat sayuran dulu yuk? Aku ingin membeli beberapa sayuran.” Sulis hanya mengangguk setuju Jimin yang sedang melihat sayuran dengan telaten membuat Sulis kagum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dilangit Namsan {✔}
Random[COMPLETED] Konflik cinta perbedaan agama yang dialami oleh Sulis dan Jimin. "Aku jatuh cinta kepadamu" "Kau tau bukan bahwa aku seorang muslim? Bagaimana caranya kita bisa bersatu?" "Maka dari itu buatlah aku jatuh cinta kepada muslim sama seperti...