Chapter 1

6.3K 267 7
                                    

Sudah lama dia pergi berkelana, dan tak kunjung kembali.  Sudah lama aku menunggu karena dirinya menyuruhku menunggu.  5 tahun sudah cukup untukku menunggu tanpa kepastian.  15 tahun sudah aku mengejar-mengejar dirinya yang tak kunjung menatapku.

"Kau masih menunggunya forhead?" aku menatap ke sampingku ternyata Ino sedari tadi menatapku prihatin
"Kau tahu penantianku selama ini pig" ucapku sedih, tanpa kusadari air mataku mulai jatuh, Ino memelukku, menenangkanku.

"Sudahlah Sakura, cobalah kau buka hati untuk pria lain, jangan hanya menunggu seorang pria yang tak kunjung memberikan kepastian kepadamu" setelah puas menangis, perlahan ku lepaskan pelukan sahabatku ini dan ku tatap dia seakan bertanya 'Apakah aku bisa?' Ino menatapku tersenyum sambil menggenggam tanganku, menarikku pergi dari tempat yang selalu membuatku teringat akan sosok pria yang selalu kupuja 'SASUKE'.
Matahari sudah tenggelam dan digantikan oleh lembutnya sinar rembulan aku masih berjalan dengan Ino tapi ini bukan arah menuju flatku

"Pig kita mau kemana?' tanyaku 

"Ini bukan jalan menuju rumahku" penasaran kemana Ino akan membawahku

"Kau tenang saja forhead, aku akan membawamu ke tempat dimana kau bisa melupakan Sasuke" setelah lama berjalan akhirnya Ino berhenti tepat didepan sebuah bar Konoha tempat berkumpulnya warga sipil maupun para ninja.

"Pig kenapa kita kesini?" tanyaku pada Ino yang mulai melagkah memasuki bar

"Kan sudah kukatakan tadi, kita kesini untuk melupakan Sasuke" aku tak bisa menghindar, tarikan Ino begitu kuat, sedangkan aku? Sudah kehilangan semua kekuatanku karena menangis tadi.

Hingar bingar lampu bar langsung memenuhi indra penglihatanku, di lantai dansa banyak pasangan yang asik berdansa dan ada juga yang sedang bercumbu 'Benar-benar orang tidak tahu malu' wajahku pasti sudah memerah karena menonton adegan yang tak seharusnya ku lihat.

"Hai kawan-kawan" teriakkan Ino membuat aku kembali fokus padanya, didepan kami sudah ada Tenten dan Neji serta Hinata dan Naruto, memang sudah bukan rahasia lagi kalau mereka adalah sepasang kekasih.

"Lihat siapa yang aku ajak?" Ino menatap mereka semua seolah menunjukkan bahwa dia berhasil memenangkan sebuah lomba

"Ah, kau benar-benar bisa membuat Sakura-chan datang ke tempat ini Ino, kau memang hebat" ucap Naruto yang mengungkapkan kebahagiaanya.  Aku hanya menantap mereka malas, selama 20 tahun ini aku tak pernah menginjakkan kakiku ditempat ini

"Dimana Sai?" tanya Ino, yah Sai adalah pacar Ino

"Sedang ke toilet Ino" jawab Tenten, dia sudah memahami bagaimana berlebihannya sikap Ino jika sudah menyangkut Sai, tak lama kemudian Sai datang

"Halo cantik" goda Sai pada Ino dan Ino pastinya kalian tahu bagaimana merahnya wajah Ino sekarang.  Aku disni bagaikan penjaga nyamuk saja, mereka semua dengan pasangan mereka masing-masing, sedangkan aku? Hanya sendiri dan menatap mereka yang bermesra-mesraan.

"Aku mau pulang, jangan ikuti dan tahan aku Pig"
"Dasar, aku diajak kesini ternyata hanya untuk menonton mereka bermesra-mesraan saja, uh tidak ada yang meng.." tepukan dibahuku membuatku menoleh kesamping

"Kenapa marah-marah Sakura?" tanya seorang pria jangkung dengan masker menutupi mulutnya tapi aku tau dia sedang tersenyum dari matanya yang menyipit

"Kakashi-sensei, sedang apa disini?" Kakashi-sensei menatapku masih tersenyum

"Bukannya aku yang lebih dulu bertanya Sakura, kenapa kau marah-marah di depan bar?" aku menatap Kakashi-sensei sebentar terus menunduk. Malu. Masa sih aku harus bilang padanya bahwa aku marah karena melihat mereka bermesraan, atau aku bilang aku menangis karena Sasuke. Tidak.

"Tidak sensei, aku tidak sedang marah-marah" sensei mengacak rambutku

"Kau tidak pandai berbohong Sakura" aku hanya terseyum kikuk, sudah ketahuan, aku paling tidak bisa berbohong didepan pria ini

"Aku hanya sedang kesal pada Ino, sensei. Tolong jangan bertanya lagi" potongku karena melihat gerak-geriknya yang akan melontarkan pertanyaan tambahan

"Sekarang giliranku, kenapa sensei ada disini?" tanyaku, tapi dia hanya menatapku bingung

"Bukannya hal yang normal bila seorang pria dewasa berada di depan bar Sakura?" mati aku.  Kenapa tak terpikir sebelumnya. Dasar Sakura bodoh. Aku terus merutuki diriku.

"Sudahlah. Aku tahu kau mau pulang, ayo kuantar. Aku tau kau sedang dalam mood yang tidak baik sekarang" Aku mengangkat wajahku menatap Kakashi-sensei.  Selalu menjadi pelindungku

"Tapi, kau kan mau kedalam?" tanyaku bingung

"Ke bar bisa kapan-kapan saja kan Sakura, tapi menemani mantan seito yang cantik belum tentu datang kedua kalinya" Dia berusaha menghiburku dengan gombalannya? Terus kenapa aku harus malu? Seharusnya aku biasa saja, kenapa wajahku memanas. Hentikan ini semua Sakura.

"Tapi tak secantik Anko-sensei" jawabku.  Kenapa aku membandingkan dengan Anko-sensei? Karena Anko-sensei itu pacar Kakashi-sensei, setidaknya itulah info yang kudengar di kalangan ninja.

"Menurutku kau lebih cantik dari Anko, Sakura. Dan jangan membanding-bandingkan dirimu dengan perempuan lain" ha? Secara tidak langsung dia lebih memuji diriku daripada pacarnya sendiri?

"Sensei seharusnya kau harus lebih memuji Anko-sensei, karena dia pacarmu" kataku bersemangat sambil menatapnya, tapi sensei hanya menatapku bingung

"Pacar? Sejak kapan aku punya pacar?" sekarang, justru aku yang menjadi bingung. Kemudian kulihat wajahnya berubah dan keluarlah tawa dari mulutnya

"Hahaha, sejak kapan kau jadi penggosip Sakura? Kau pasti mendengar gosip dari Ino hahaha aku tak berpacaran dengan Anko, Sakura" malu. Malu. Malu. 

Aku benar-benar malu, tak seharusnya aku mendengarkan Ino. Akhirnya kami terus berjalan ke Flatku tanpa pembicaraan apapun, karena aku benar-benar malu.

"Terima kasih karena sensei mau mengantarkan aku pulang. Dan maaf karena omonganku yang tadi sensei, aku termakan gosip Ino" kataku malu, dia hanya mengacak rambutku dan tersenyum padaku

"Sudahlah Sakura, lain kali bertanyalah padaku kalau kau memang penasaran siapa pacarku" katanya sambil tersenyum. Aku kaget.

"Jadi sensei sudah punya pacar?" tanyaku penasaran

"Belum" katanya tak berdosa. Hu. Aku pikir dia punya pacar

"Ya sudah sensei, aku masuk dulu, sampai jumpa" aku perlahan masuk, sampai langkahku terhenti mendengar Kakashi-sensei berucap

"Jangan terus-terusan bersedih Sakura, Sasuke pasti kembali, tapi jika hatimu telah lelah untuk menunggu, cobalah membuka hati untuk pria lain.  Karena yang menyukaimu diluar sana sangat banyak, tapi kau tidak akan pernah tau, jika kau tidak berusaha membuka hati, sampai jumpa" belum sempat aku membalas perkataannya dia sudah melompat pergi.

Kata-kata untuk membuka hati bagi pria lain sudah kudengarkan 2 kali hari ini.  Sensei selalu tau apa yang menjadi masalahku sebelum kuceritakan.  Aku melangkah memasuki flatku, entah mengapa perasaan rindu pada sosok Sasuke perlahan-lahan menghilang, aku capek, lebih baik aku beristirahat sekarang.

Is This Destiny? ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang