Aku tak pernah berpikir untuk menjelaskan kepada semua orang bahwa apa yang Anko umbar adalah sebuah kebohongan, karena ku pikir pasti mereka tak akan percaya, mereka lebih mempercayai wanita ular itu ketimbang diriku. Aku hanya tak pernah berpikir Anko akan senekat itu dan setidak tahu malu itu, tapi aku sangat malas untuk menjelaskan pada semua yang sebenarnya. Hanya satu orang yang bisa kuceritakan yang sesungguhnya, hanya dia yang mempercayai diriku. Desas-desus hubunganku dengan Anko sudah ku dengar tapi aku terlalu malas untuk menjelaskannya. Tiba-tiba Genma datang di apartemenku dan mengatakan bahwa Anko membuat masalah dibar sambil menyebut-nyebut namaku. Malu. Sungguh membuatku malu. Tapi aku harus segera menyelesaikannya. Aku harus pergi menghampiri Anko, agar dia tidak lagi mebuatku malu. Genma sudah lebihi dahulu pergi dan aku menyusul, merepotkan saja sepeti kata Sikamaru, tiba-tiba ketika aku mau masuk ke bar, aku melihat perempuan bersurai merah muda yang sangat aku kenal. Sakura. Kenapa dia? Marah-marah lagi? Tapi didepan bar? Baru kali ini aku melihatnya di depan bar dengan keadaan yang 'Kacau' apa dia... hentikan pemikiranmu dan hampiri dia Kakashi. Kutepuk bahunya pelan
"Kenapa marah-marah Sakura?" tanyaku yang membuatnya menoleh ke arahku
"Kakashi-sensei, sedang apa disini?" tanyanya yang membuatku heran, bukankah seharusnya aku yang bertanya, sedang apa seorang wanita muda yang beranjak dewasa berada didepan bar dengan keadaan yang sedikit berantakan? Aku tersenyum dan menjawab
"Bukannya aku yang lebih dulu bertanya Sakura, kenapa kau marah-marah di depan bar?" ah dia menunduk malu. Aku hanya mampu menatap pucuk kepalanya dan bukan matanya yang indah
"Tidak sensei, aku tidak sedang marah-marah" jawabnya, aku mengacak rambutnya, aku tau dia berbohong
"Kau tidak pandai berbohong Sakura" ucapku, aku tau dia sedang malu karena ketahuan berbohong
"Aku hanya sedang kesal pada Ino, sensei. Tolong jangan bertanya lagi" dia tau aku mau bertanya lagi, makanya dia langsung memotongnya. Dasar anak ini.
"Sekarang giliranku, kenapa sensei ada disini?" tanya Sakura yang membuatku bingung
"Bukannya hal yang normal bila seorang pria dewasa berada di depan bar Sakura?" karena ku lihat Sakura yang terdiam akhirnya aku menawarkan bantuan untuk mengantarkannya pulang, sepertinya dia akan melakukan sesuatu yang bodoh jika ku biarkan dia pulang sendiri
"Sudahlah. Aku tahu kau mau pulang, ayo kuantar. Aku tau kau sedang dalam mood yang tidak baik sekarang" akhirnya dia mau menatapku dengan wajah bingung
"Tapi, kau kan mau kedalam?" ah aku lupa soal itu, labih baik aku mengantarnya pulang terlebih dahulu sebelum bertemu Anko
"Ke bar bisa kapan-kapan saja kan Sakura, tapi menemani mantan murid yang cantik belum tentu datang kedua kalinya" ku goda dia sedikit, siapa tau dia bisa lebih senang daripada murung terus menerus
"Tapi tak secantik Anko-sensei" kenapa tiba-tiba anak ini menyebut Anko? Apa dia juga mendengar gosipnya dan dia percaya?
"Menurutku kau lebih cantik dari Anko, Sakura. Dan jangan membanding-bandingkan dirimu dengan perempuan lain" jawabku yang membuat dia melongo benarkan, Sakura jauh lebih cantik daripada Anko
"Sensei seharusnya kau harus lebih memuji Anko-sensei, karena dia pacarmu" hah, ternyata benar, dia mendengar gosipnya dan percaya, aku harus menjelaskannya. Aku menatapnya bingung
"Pacar? Sejak kapan aku punya pacar?" tanyaku pada Sakura dan dia menatapku dengan wajah bingungnya. Sangat lucu wajahnya yang bingung membuatku tidak tahan untuk tidak tertawa
"Hahaha, sejak kapan kau jadi penggosip Sakura? Kau pasti mendengar gosip dari Ino hahaha aku tak berpacaran dengan Anko, Sakura" ku lihat dia yang malu dan terdiam, aku juga sudah berhenti tertawa dan tak lagi berbincang sampai ke flat Sakura, kami hanya saling diam, karena aku tau moodnya juga sedang tidak bagus. Aku mencuri-curi pandang pada Sakura, Sudah berapa lama aku melewatkan perkembangannya. Dulu dia terlihat sangat kecil. Sekarang dia begitu menarik. Dia telah tumbuh menjadi wanita yang dikagumi kaum Adam. Aku tahu ini pasti karena bungsu Uciha. Selama ini Sakura tak pernah sekacau ini kalau tidak menyangkut Uciha Sasuke.
"Terima kasih karena sensei mau mengantarkan aku pulang. Dan maaf karena omonganku yang tadi sensei, aku termakan gosip Ino" kenapa juga dia harus minta maaf, dia tidak salah, tapi lagi-lagi aku mengacak rambutnya sambil tersenyum
"Sudahlah Sakura, lain kali bertanyalah padaku kalau kau memang penasaran siapa pacarku" ucapku. Kenapa juga dia ingin tau pacarku. Kulihat dia kaget mendengar ucapanku
"Jadi sensei sudah punya pacar?" tanyanya penasaran
"Belum" kataku tak berdosa
"Ya sudah sensei, aku masuk dulu, Jaa-ne" dia perlahan masuk, dan tiba-tiba terhenti karena omonganku, ah mulut ini tidak bisa ku kendalikan
"Jangan terus-terusan bersedih Sakura, Sasuke pasti kembali, tapi jika hatimu telah lelah untuk menunggu, cobalah membuka hati untuk pria lain. Karena yang menyukaimu diluar sana sangat banyak, tapi kau tidak akan pernah tau, jika kau tidak berusaha membuka hati, sampai jumpa" aku langsung melompati dahan pohon dan terus melompat pergi dari depan flat Sakura. Aku benar-benar tidak tau apa yang terjadi padaku. Ah aku harus tamui Anko, sebelum dia membutku lebih malu lagi.
Aku sampai di bar, ku arahkan pandanganku ke segala penjuru ruangan mencari dimana letak wanita ular itu. Ah akhirnya kutemukan dia, dan dia bersama Ino dan kawan-kawannya pasti dia sudah menyebarkan gosip tak benar lagi. Aku langsung mendekat kearah meja mereka dan langsung menarik Anko
"Ayo pergi Anko, jangan permalukan aku" kataku malas dan tidak mau menatap Anko, yang saat ini tengah mabuk dan dengan pandangannya yang memujaku
"Ah Kakashi-kun yang ku cintai, akhirnya kau datang menjemputku" ucap Anko yang merangkul lenganku, aku risih dan mau melepaskannya, tapi entah mengapa wanita ini kuat sekali menahan lenganku
"Kalian ternyata memang berpacaran sensei, sudah kukatakan pada semuanya bahwa kalian itu memang berpacaran bukan hanya sekedar gosip, dan ternyata memang benar, kau bahkan menjemput kekasihmu, aku sungguh tidak pernah melihat sisi romantismu sensei tapi kali ini aku mengakui bahwa kau romantis" ucap Ino si ratu gosip, aku tidak menggubris mereka, yang harus ku lakukan sekarang adalah membawa Anko segera keluar dari tempat ini. Aku langsung menggendong anko di pundak dengan kepala dibelakang badanku dan kakinya bergantungan di depan badanku, dan langsung keluar dari bar, dan berjalan sedikit cepat agar segera sampai di rumah Anko. Sampai dirumah Anko, aku segera menurunkannya di depan pintu, kubirkan dia mengeluh dan membuka rumahnya.
"Ayo masuk Kaka-kun" ucapnya, tapi aku langsung pergi dan tak lagi membalas perkataanya. Besok harus menghadiri acara amal, lebih baik aku langsung pulang dan beristirahat, wanita ular itu benar-benar menguras energiku
Aku tau hari ini ada acara amal, tapi kenapa kakiku mengarahkanku untuk ke lapangan ini? Terasa begitu indah pagi ini di tempat ini. Disini tempatku dulu mengajar murid-muridku Naruto, Sakura, dan Sasuke. Entah mengapa mereka jadi terpencar, apalagi Sasuke yang memutuskan untuk berkelana dan Naruto yang sibuk mengambil misi-misi besar dan jarang berada di desa. Hanya Sakura yang masih tetap berada di desa karena tugasnya sebagai seorang ninja medis. Aku tak tau sejak kapan mulai kuperhatikan Sakura, dirinya yang tumbuh dewasa menjadi seorang wanita yang menarik perhatian para kaum Adam, aku mengagumi kecantikannya dan kebaikan hatinya yang setia mengobati para ninja yang terluka setelah perang dunia berakhir, tak kenal lelah ia tetap mengobati mereka. Aku mengagumi sosoknya yang kuat dan juga ingin melindunginya sebagai seorang pria. Pikiranku dipenuhi dengan perempuan musim semi hingga kegelapan perlahan mengambil alih penglihatanku
"HATAKE KAKASHI NO BAKA" teriak seseorang sangat kuat yang langsung membangunkanku bahkan membuatku jatuh dari atas pohon yang menjadi tempatku tidur tadi. Aku menoleh ke samping
"Sakura jangan berteriak seperti itu, kau merusak gendang telingaku" aku menatap Sakura dengan pandangan tak berdosa
"Sensei kau melupakan bahwa hari ini ada acara amal? Kau ketua panitianya sensei, dan aku di suru oleh shisou mencarimu, aku capek dari tadi mecarimu berkeliling dan kau hanya tidur disini? Tidak bis.." ah benar aku lupa soal itu
"Baik-baik aku ketiduran, aku capek Sakura, daripada kau mengomeliku, lebih baik kita ke acara amal sekarang, daripada membuang-buang waktu" aku memotong perkataan Sakura dan langsung melompati atap-atap rumah warga meninggalkan Sakura, sebelum aku diamuk olehnya. Itu sangat mengerikan.
"Dari mana saja kau HATAKE?" ah Tsunade-sama, aku pasti dibunuh olehnya karena terlambat
"Maafkan saya Godaime Hokage saya sedang menolong seseorang ketika dalam perjalanan dann...." hanya itu alasan yang bisa ku pikirkan, belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, Godaime langsung melotot dan berujar
"Tidak usah beralasan Hatake, apalagi alasan yang tidak masuk akal. Cepat buka acara amalnya. Ini sudah sangat terlambat dari jadwal yang telah ditetapkan" mati aku. Aku langsung melangkahkan kakiku dengan cepat menuju podium untuk membuka acara amal ini. Stan-stand tempat penjualan dan penyumbangan untuk acara ini telah dibuka. Betapa meriahnya acara ini. Dan betapa sibuknya ternyata menjadi ketua panitia, sampai-sampai aku tak menyadari bahwa sekarang hari sudah semakin sore, dn acaranya telah selesai dengan baik. Aku sudah mengkordinir orang-orang untuk mengangkut segala barang yang di pakai agar balai desa Konoha bisa terlihat rapi kembali.
"Kakashi-sensei" panggil seseorang yang membuatku menoleh.
"Apa sensei melihat Anko-sensei? Kami mau menyerahkan uang hasil amal tadi" aku sama sekali tidak melihat Anko, dimana dia, bukannya dia juga panitianya, dasar tidak bertanggung jawab
"Tidak, aku tidak melihatnya" jawabku pada kedua peremuan muda ini. Sakura dan Ino. Kenapa Ino menatapku begitu pasti sesuatu yang buruk akan terjadi
"Ohh, bukankah kalian pacaran? Kenapa sensei tidak tau keberadaan Anko-sensei?" DAMN!. Gosip itu menyebar terlalu cepat. Aku menoleh ke arah Sakura dan akhirnya tersenyum kepada mereka, malas juga menjelaskannya pada ratu gosip Konoha, biarlah Sakura yang bantu menjelaskannya.
"Siapa bilang itu gosip Forhead, itu fakta. Fakta. Awalnya itu gosip Forhead, tapi waktu dibar kemarin malam, Anko-sensei sendiri yang bilang pada kami bahwa mereka berpacaran, katanya Anko-sensei sedang menunggu Kakashi sensei, tapi seperti biasa Kakashi-sensei selalu terlambat, itu artinya aku tidak bergosip forhead" kata Ino yang membuatku ingin tenggelam kedalam tanah saja, Anko benar-benar membuat reputasiku hancur. Apakah Sakura akan salah paham? Aku menoleh pada Sakura dan Sakura hanya melamun, apa dia termakan gosip Ino? Tidak. Tidak boleh. Tapi semuanya menatapku dengan tatapan yang ingin menggodaku. Aku tidak biasa menjadi pusat perhatian. Aku harus menjelaskannya.
"Hay semua" tiba-tiba ada yang menyapa kami semua yang membuat aku tidak jadi menjelaskan. Ah wanita perusak hidup orang ternyata.
"Akhirnya pacarmu datang juga sensei" ucap Ino dan semuanya menggodaku dan Anko. Aku malu, benar-benar malu.
"Anko-sensei, ini uang hasil amalnya, aku dan Sakura pulang dulu yah" uacap Ino sambil menyerahkan uang hasil amal kepada Anko
"Ah terima kasih Ino-chan, Sakura-chan, kalian sudah bekerja keras" kata Anko sambil terus mendekat kepadaku,
"Iya sensei. Dan semoga langgeng dengan Kakashi-sensei yang kurang peka ini yah" ucap Ino sambil tersenyum menggoda
"Ayo Sakura" ucap Ino, tapi Sakura tak bergeming, apa yang gadis ini pikirkan? Apakah dia berpikir bahwa aku membohonginya? Akhirnya Ino meniriakkan namanya barulaha dia tersadar akan pemikirannyadan terlonjak kaget
"Jangan berteriak pig, kau membuat gendang telingaku rusak" kata Sakura kesal
"Yah kau di panggil tidak nyahut dari tadi" tiba-tiba Sakura mengarahkan pandangannya padaku dan Anko, ah kenapa Anko melingkarkan tangannya padaku? Kucoba melepaskan tangan wanita ular ini
"Aku duluan, permisi sensei, senpai" ucap Sakura berpamitan dengan semuanya dan langsung pergi tanpa menoleh, ah dia salah paham, eh? Kenapa dia harus salah paham?
"Sakura-chan kenapa? Kau tau apa yang terjadi Ino-chan?" tanya Anko akhirnya pada Ino
"Mungkin dia hanya lelah sensei karena sedari tadi kami tidak mempunyai banyak waktu untuk istirahat, apalagi tadi dia dimarahi oleh Tsunade-sama, aku permisi sensei" penejelasan Ino membuatku lega tapi juga kecewa.. kenapa aku harus kecewa? Ah pikiranku benar-benar kacau.
"Kakashi-kun, apa kau tidak capek?" tanya Anko manja, kenapa sih dengan wanita ini, benar-benar membuat jengkel,
"Anko, tolong aku sedang sibuk, jangan ganggu aku" ucapku. Sedari tadi aku terdiam, karena ucapan Ino, aku memang menemui Anko setelah aku mengantarkan Sakura, tapi aku dan Anko tidak berpacaran.
"Anko kita harus bicara" ucapku pada Anko saat balai pertemuan hampir kosong dan menyisakan aku, Yamato, Sikamaru, dan Anko.
"Kau mau berbicara dimana Kakashi-kun? Kita harus mencari tempat yang romantis agarrr" belum selesai Anko berbicara aku langsung memotong,
"Ikuti aku" Anko langsung mengikutiku di belakang, akhirnya kami sampai di depan rumah Anko. Aku memilih tempat ini, agar disaat aku menatakan semua unek-unekku dia langsung mesuk ke dalam rumahnya dan tidak membuat keributan lagi dan tidak akan membuatku malu lagi. Tapi rupanya sih wanita ular ini salah sangka dia malah terlihat begitu senang
"Ayo masuk Kakashi-kun, coba saja kau bilang kalau mau mampir dan berbicara dirumahku, aku pasti akan langsung membeli beberapa cemilan dan makanan, agar bisa kita habiskan berdua" ah benar-benar membuat moodku hancur
"Aku ingin berbicara ditempat ini, karena aku berharap ini adalah terakhir kali aku mengantarmu pulang, dan kau jangan lagi menggunakan namaku untuk membuat keributan dimanapun, aku tidak suka itu. Dan ingat jangan menyebarkan gosip yang tidak-tidak. AKU BUKAN PACARMU" baru kali ini aku berbicara dengan nada yang menyeramkan, aku menekankan kata-kataku bahwa aku bukan pacarnya, ia bahkan tak berani menatapku,
"Tapi Kakashi-kun aku begitu mencintaimu, tolong berikan aku kesempatan untuk menjadi kekasihmu" ia langsung memelukku, suatu serangan yang tak berhasil kuhindari dari wanita ini, dia menyerangku secara tiba-tiba, aku memberontak melepaskan pelukannya, tapi entah kekuatan darimana, ia terus memelukku dan tak mau melepaskan pelukannya, jangan sampai ada yang melihat mereka dengan kondisi seperti ini, bisa terjadi salah paham dan gosip yang baru lagi.
"Hay Kakashi-sensei Anko-sensei, kalau mau bermesraan jangan di jalan seperti ini, kan kami jadi iri, silahkan masuk rumah saja agar tidak ada yang mengganggu" ternyata harapanku tak terkabulkan.
"Ah Ino-chan Sakura-chan kalian melihat kami bermesraan yah, maaf yah, soalnya aku sudah begitu kangen sama Kakashi padahal baru pertemu, begitulah kalau sedang dimabuk cinta" ucap Anko tidak tau malu, seakan-akan aku dan dia memang punya hubungan khusus.
"Melihat sensei yang sepertinya sangat bahagia, kami turut berbahagia sensei, ah sayang sekali kemarin aku tidak sempat menunggu di bar, pasti kalau aku tidak buru-buru pulang, aku pasti berjumpa dengan Anko-sensei" ucap Sakura, dia percaya pada gosip itu dibandingkan aku? Aku teru menatap Sakura, masih tak percaya bahwa dia percaya gosip itu, setelah kujelaskan semuanya padanya
"Iya sayang sekali Sakura-chan, ya sudah lain kali kita pergi bersama saja, bagaimana Kakashi-kun Ino-chan? Kita ajak yang lain juga" ucap Anko bersemangat
"Benar sensei, bagaimana kalau lusa, karena lusakan weekend sekaligus kita rayakan suksesnya acara amal kita tadi, benar kan sensei?" ucap Ino menyetujui sambil menatapku, aku bosan. Benar-benar bosan harus menjelaskan lagi dan akhirnya yang terucap dari mulutku
"Terserah kalian saja" aku masih menatap Sakura, sedangkan Sakura memilih untuk menghindari tatapanku baiklah, sudah diatur dan sensei tidak boleh terlambat. Kalau begitu kami pulang dulu sensei. Jaa-ne" ucap Ino melangkah pergi diikuti Sakura. Setelah mereka berdua tak terlihat lagi aku berucap pada Anko
"Bereskan gosip yang kau buat Anko, karena aku sama sekali tidak menyukaimu dan semua perkataanmu yang menyebabkan gosip tak benar beredar" setelah mengucapkan itu aku segera berbalik dan pergi dari kediaman Mitarasi Anko.
Hari ini begitu cerah dan aku dipanggil kemenara hokage, ah lebih baik aku tidur saja, sampai di ruang Hokage aku mengetuk pinta dan masuk
"Ada apa anda memanggil saya Godaime-sama?" ucapku tanpa basa-basi lagi
"Bagaimana dengan dana yang terkumpul untuk acara amal Kakashi? Apakah sudah kau salurkan?" tanya Godaime Hokage
"Aku akan ke rumah khusus anak yatim untuk menyerahkannya secara langsung kepada mereka setelah bertemu dengan Sizune-san, tapi berhubung kau memanggilku kemari, aku akan sekalian bertemu disini saja dengan Sizune-san" ucapku, karena melihat Sizune, asisten Godaime sedang berdiri disampingnya ah baiklah kalau begitu,
"Kau boleh menyelesaikan urusanmu dengan Sizune" ucap Godaime akhirnya
"Mari Kakashi-san kita bicarakan di ruang rapat para kage"ucap Sizune padaku, pasti dia sudah meminta izin Godaime terlebih dahulu
"Permisi Hokage-sama" aku mengikuti langkah Sizune dan akhirnya kami berhenti di sebuah ruangan dengan pintu yang lumayan besar setelah kami memasuki ruangan, tanpa basa-basi Sizune langsung berujar
"Kakashi-san, aku mau to the point saja, jadi yang akan mengontrol kesehatan Kakashi-san kedepannya adalah Sakura, aku akan membicarakan hal ini dengan Sakura sebentar setelah urusanku di kantor Hokage selesai. Aku menunjuk Sakura bukan tanpa alasan, tapi karena yang ku tahu dia adalah ninja medis yang paling dekat dengan Kakashi-san. Aku sudah tidak bisa lagi secara rutin mengontrol kesehatan para ninja senior karena tugasku yang semakin menumpuk. Hanya itu yang mau kukatakan pada Kakashi-san. Mohon pengertiannya. Permisi" ucap Sizune panjang lebar tanpa mengijinkan aku untuk berbicara, dan setelah selesai berbicara dia langsung keluar. Ini artinya aku tak bisa membantah.
Akhirnya, aku memutuskan untuk segera pergi dari menra hokage dan bergegas menuju rumah khusus anak yatim, aku segera menyerahkan uang hasil amal kepada pengurus rumah khusus anak yatim, begitu senangnya mereka ketika mendapat bantuan ini. Mereka adalah anak-anak yang kehilangan orang tua serta tempat tinggal karena perang dunia, mudah-mudahan mereka bisa berbahagia kembali. Setelah semua urusanku selesai, aku kembali melangkahkan kakiku ke lapangan tempat latihan tim 7 dulu. Lapangan ini terasa kosong karena tidak ada orang yang berlatih di tempat ini. Aku memutuskan untuk berbaring dibawah pohon sambil membuca buku favoritku yang entah mengapa sangat dibenci oleh Sakura, katanya ini buku mesum, padahal ini adalah buku percintaan yang alurnya sungguh luar biasa yang ditulis oleh ninja legenda Jiraya. Tanpa kusadari ternyata kantuk telah menguasaiku dan lagi-lagi aku tertidur ditempat ini. Aku terbangun ketika matahari sudah mulai tenggelam, aku segera bergegas untuk pergi dari tempat ini. Dalam perjalanan pulang, aku tak sengaja melihat perempuan bersurai merah muda yang lagi-lagi melamun, pasti pikirannya dipenuhi dengan Sasuke dan pekerjaanya yang di tugaskan oleh Sizune atau karena masalah kemarin. Apa aku harus menghiburnya?
"Lagi-lagi melamun" aku memutuskan untuk menyapanya, dan yang disapa menoleh kearahku, dan terlonjak kaget
"Ap,,apa yang kau lakukan?" tanya Sakura padaku, aku hanya memebrikan tatapan bingung
"Aku? Aku hanya menyapamu dan tidak melakukan apa-apa Sakura" ucapku polos sambil menunjuk diriku, kuperhatikan wajahnya yang memerah, apa dia sakit?
"Kenapa wajahmu merah Sakura? Apa kau sakit?" tanyaku yang membuat pipinya lebih merah lagi
"Tidak" ucap Sakura singkat dan terdengar ketus. Ada apa dengannya? Cepat sekali moodnya berubah. Dasar gadis remaja labil. Dia sudah bukan gadis remaja lagi Kakashi. Dia sudah 20 tahun itu artinya dia sudah menjadi perempuan dewasa yang begitu memukau. Ada apa denganku? Hilanglah pikiran-pikiran anehku.
"Kau marah padaku?" tanyaku
"Untuk apa, aku marah padamu?" tanya Sakura masih dengan nada yang ketus dan berjalan sambil menatap lurus kedepan, sama sekali tidak mau melihatku, aku harus meminta penjelasan, apakah dia marah karena masalah kemarin? Kutahan lengannya agar tetap disampingku dan menatap padaku
"Karena ucapan Anko berbeda dengan apa yang ku katakan" ucapku menjawab pertanyaanya. Ini benar-benar membuatku frustasi, Sakura berusaha melepaskan tangannya, tapi aku masih tetap kekeh untuk membuat dia menjawab semua pertanyaanku dan kenapa dia marah padaku
"Apa hubungannya denganku" ucap Sakura
"Lepaskan aku sensei, aku tidak mau Anko-sensei salah paham" lanjutnya sambil menatap mataku lurus
"Memangnya apa yang akan Anko lakukan?" tanyaku dengan wajah yang sepolos mungkin, aku ingin memancingnya agar dia jujur padaku, kenapa dia marah padaku
"Dia pasti akan salah paham" Sakura mulai terpancing
"Salah paham kenapa?"tanyaku lagi
"Kau berpacaran dengannya Hatake Kakashi, dan aku tidak maumembuat Anko-sensei salah paham jika melihat kau memegang lengankuseperti ini. Tolong lepaskan" BOOM.. diaakhirnya mengatakan kebenarannya. Aku tau dia marah, dia mengatakannya dengan nada yang begitu dingin dan wajah yang memerah marah,karena baru kali ini dia memanggilku dengan namaku yang lengkap dan tanpa embel-embel sensei, tapi dia salah paham. Kenapa dia lebih percaya gosip yang belum tentu benar daripada perkataanku
"Sudah kukatakan Sakura dia bukan pacarku, dia memang menyukaiku tapi aku tidak, aku sama sekali tidak merasa bahwa aku berpacaran dengannya. Tolong percaya padaku Sakura" ucapku memelas berusaha meyakinkan dirinya bahwa aku dan Anko tidak mempunyai hubungan khusus.
"Haruskah aku percaya sensei? Karena ketika kita berjumpa 2x kau bersama dengan Anko-sensei kau tidak pernah membantah hal tersebut. Kenapa kau hanya menjelaskannya padaku? Kenapa kau tidak menjelaskannya didepan orang lain? Apa kau berpikir hanya aku yang bisa kau bodohi?" ucap Sakura, yang membuatpeganganku pada lengannya mengendur. Dia tidak percaya padaku hanya karena tidak menjelaskan ini di depan orang lain. Itu karena hanya dia yang bisa kupercaya danku anggap bisa mempercayaiku juga. Tapi ternyata salah. Sakura menjauh, tapi sebelum dia benar-benar pergi aku menarik lengannya kembali dengan kuat sehingga membuatnya menabrak dadaku
"Aku tidak pernah menyukai Anko, apalagib berpacaran dengannya. Aku mengatakannya padamu karena kupikir hanya kau yang akan percaya padaku. Semua orang lebih percaya kata Anko daripada kataku, jadi aku sama sekali tidak mau membuang tenagaku untuk menjelaskan itu kepada mereka. Kupikir kau akan percaya padaku Sakura, ternyata kau juga seperti mereka, kau menyudutkanku bahkan menghindariku kau menjauhiku, aku kecewa padamu" setelah mengucapkan kalimat panjang yang jarang didengar banyak orang itu, aku segera pergi meninggalkan Sakura yang terdiam ditempatnya. Aku kecewa padanya yang tak percaya padaku dan malah mempercayai orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Is This Destiny? ✅
RomansaKetika penantian panjang yang tak kunjung membuahkan kepastian, Sakura memilih jalannya sendiri, apakah dia akan memilih untuk bertahan atau merubah jalan? . . . . . . Cerita pertama dengan pair Kakasaku . . . Silahkan dibaca aja . . . . mohon maaf...