Sakit

35 10 6
                                    

Maaf, Karna aku, kamu jadi sakit.
Maaf, karna ku juga kamu harus menangis.
Dan maaf juga, karena ku kamu harus tau tentang aku. Aku harap kau tak pergi.

__________

"MAKSUD LO APAAN BNGST?!!" dia mengangkat kerah bajuku dengan kasar.

"Apaan?" ucapku sedikit melawan.

"PAKE NANYAK LAGI LO?! LO UDAH NYEBARIN GOSIP-GOSIP GA JELAS ITU KAN?!! LO UDAH NYEBARIN BERITA TENTANG KELUARGA GUE!"

"Bukan aku Kenan" Isak ku.

Entah kenapa aku tidak bisa berucap apapun. Mulutku terkunci rapat. Diam dan menangis adalah andalan ku saat ini.

Bughhhh

Akhhh. Pandanganku kabur saat  Kenan menghempaskan kepalaku ke pohon beringin yang jaraknya tak lumayan jauh. Tampak ada noda merah darah yang membekas sangat jelas.

Kenan menarikku kembali. Mengangkat kerah ku hingga aku berjinjit. Kemudian ia menghempaskan tubuhku lagi. Berulang kali.

"APA KARNA GUE GA ADA PERHATIAN KE LO? JADI LO SEENAKNYA NYEBARIN BERITA-BERITA ITU?!"

Aku hanya sanggup menggeleng. Aku tak sanggup berucap. Bahkan satu kata pun.

"LO--BAJINGAN!!"

Kenan berteriak keras. Mukanya sangat panik saat ini. Aku tak faham Tuhan. Tolong aku.

Sakit.

"AAGHHHHRRRRR"

Kenan menjambak rambutku dengan brutal dan sadis. Menghempaskan tubuhku lagi. Baju seragam putih polos yang ku kenakan, kini terkotori oleh darah merah ku. Bahkan mataku juga perih karena darah itu mengenainya.

"Tolong---" lirihku sangat lirih. Bahkan hanya aku yang mendengarnya.

"BELOM PUAS LO HAA?!!" Kenan sama sekali tak memberiku kesempatan untuk bernafas lega. Ia memotong jarak diantara kami. Sangat dekat.

"GUA CUMA JADIIN LO---" ucapannya berhenti.

"Apa?" aku tak bersuara. Hanya bibirku yang bergerak seolah bertanya.

"Maaf, kita putus aja"

Aku tak merespon apapun. Aku mengusap air mata yang bercampur darah ini mengalir di wajahku.

"AGHHHRRRSSS"

Lagi-lagi Kenan membanting ku sangat keras. Bahkan lebih keras dari sebelumnya. Perlahan pandangan ku makin kabur. Namun aku masih sadar.

Hingga seseorang datang dengan berlari. Perkelahian itu tak terelakkan. Aku memperhatikannya walau aku tergeletak lemas.

"GOBLOK!!"

"LU SIAPA SIH ANJERR!!"

"GA BISA GINI DONG!! DIA CEWEK LO, LO HARUS JAGA DIA, BUKAN MALAH DI ANIAYA KEK GINI TOLOL!!"

"BACOD"

Bughhh

Kenan memukul rahang pria yang tadi ia ajak bicara. Aku tak dapat melihat dengan jelas. Aku saat ini tengah terkapar bersimbah darah dimana-mana.

"Ayok bangun" pria itu membopongku. Dan membawaku pergi dari area ke gilaan Kenan itu.

"Kamu harus selamat. Aku gamau kamu pergi duluan Chess"

"Kamu harus kuat"

"Bentar lagi kita nyampe rumah sakit, kamu kuat ya"

Hanya itu kalimat terakhir yang aku dengar. Aku tak kuat lagi. Walau membuka mataku. Terlalu sakit.

Akan Ku Panggil CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang