Deg-degan

30 8 3
                                    

Kapan kau akan menyukai ku?

_________

Kenan menaruh harapan pasrah, ketika dirinya di panggil oleh guru BK. Asal kalian tau, Kenan bukanlah Kenan yang dulu. Dia Kenan yang sekarang. Kenan dengan sejuta kelabu. Dengan banyak derai air mata yang tak semua orang tau.

Sementara Chessy, ia belum juga sadar hingga sekarang. Tubuhnya masih terpasangi banyak alat-alat medis yang membantunya untuk bertahan hidup.

Kenan berjalan sendirian. Menatap langkahnya sendiri. Dengan wajah abu khas dirinya. Mengetahui alasan kenapa ia dipanggil ke BK.

"Permisi" Kenan mulai menyapa dan memasuki ruang BK itu.

"Iya, silahkan masuk. Kenan anak 11 IPS 2 ya?" tanya Bu Tiara selaku guru BK kelas 11.

"Iya Bu"

"Duduk Kenan" Bu Tiara mempersilahkan Kenan duduk di bangku tepat dihadapan Bu Tiara.

"Ibu, maafin saya Bu. Saya menyesal" ucap Kenan yang bahkan Bu Tiara belum menanyakan apapun.

"Sekarang jelaskan ke ibu, kronologi kamu menganiaya Chessy!"

Kenan menghela nafas berat. Memejamkan matanya. Kemudian mulai menceritakan apa yang terjadi

"Baik Bu, waktu itu saya makan di kantin. Disitu keadaan rame banget. Tiba-tiba Claudya bilang tentang rumor keluarga saya. Waktu saya tanya dia dapet kabar itu dari mana? Dia jawab bahwa Chessy yang udah nyebarin berita itu. Dari sini saya marah Bu, sangat marah. Saya membawanya ke belakang gedung sekolah dan menganiayanya hingga kritis"

Bu Tiara terlihat mencatat apa yang Kenan katakan. Setelah Kenan selesai, Bu Tiara menarik nafas panjang. Memainkan pulpennya.

"Kamu tau ga ini salah?"

Kenan mengangguk namun tetap dalam posisi menunduk.

"Terus kalo dia mati kek mana?"

Kenan tak menjawabnya. Ia hanya menunduk. Suasana ruangan BK itu sungguh hening sekali.

"Karena ini, ibu akan skors kamu selama dua minggu! Itu belum termasuk jika pihak keluarga Chessy akan melaporkan kamu ke polisi"

Kenan mendongakkan kepalanya.

"Mereka melaporkan saya Bu?"

"Ibu tidak tau, harap lah yang terbaik"

~~~

Perlahan aku membuka mataku. Mataku langsung tertuju pada atap dan ruangan yang serba putih. Badanku terasa sakit sekali. Dengan selang oksigen yang masih betah menempel di hidungku.

Aku mulai menggerak-gerakkan tanganku. Yang aku lihat, disini hanya Kak Darel yang tengah duduk di kursinya dengan kepala tertidur disisi ranjang ku. Aku mengarahkan tangan kecil ini ke kepala Kak Darel. Mengelus dengan gerakan kecil. Tak lama setelah itu, Kak Darel terbangun.

Sangat terlihat bahwa Kak Darel cukup kelelahan. Mukanya kucel, dan pakaiannya yang lecek.

"Dek? Dek kamu udah sadar? Sebentar kakak panggilin dokter yaa" tanya Kak Darel dengan matanya yang berkaca-kaca.

Aku tersenyum kecil. Kemudian menggeleng.

"Ayah mana? Bunda mana?" tanyaku sangat pelan.

Belum sempat Kak Darel jawab, kakak malah sudah nangis duluan. Dasar kakak cengeng!

"Me-mereka--"

"Mana?"

Kak Darel menghembuskan nafas panjang. Kemudian mengelus puncak rambutku.

Akan Ku Panggil CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang