Apapun alasannya, kakak akan jaga kamu. Walau nyawa kakak jadi taruhannya. Karena kamu lah kenapa kakak dilahirkan.
- Darel Zachery Parveen.
__________
"Sekarang aja yuk"
Aku dan Kak Dyo menoleh bersamaan ke sumber suara itu yang terlontarkan oleh Kak Aksa yang semula tenang.
"OGAH AH" tegasku.
"Kenapa?" Kak Aksa bertanya.
"Aku masih mau sama Kenan. Aku yakin, Kenan melakukan itu semua pasti ada penyebabnya. Dan aku juga yakin, kalo Kenan itu masih punya hati yang nantinya akan aku buka dan aku isi" jelasku panjang lebar.
"Heh Chess? Lu sehat? Sejak kapan lu jadi bijak kek gini?" tanya Kak Dyo.
Aku tersenyum bangga. Aku sendiri juga tidak tahu sejak kapan aku jadi orang bijak? Sedangkan Kak Aksa, ia hanya diam setelah aku melontarkan kalimat ku tadi. Wajahnya berubah pasrah jika ku lihat. But, aku tidak tau pasti apa yg ada dalam pikiran Kak Aksa.
"Permisi"
Kami bertiga menoleh bersamaan ketika seorang wanita dengan parasnya yang cantik masuk keruangan ku.
"Hei Rani. Akhirnya lu nyampe juga. Ga nyasar kan lu tadi?"
"Kata siapa gue ga nyasar? Hei gue habis dari lantai 21 tau ga? Gue muter muter dari tadi kagak nemu ni kamar" tutur wanita itu menjelaskan kronologi ia tersesat.
"Uuunch pacar gua kok bisa nyasar sih? Yaudah sini-sini sama ayang Dyo" ucap Kak Dyo sembari merentangkan tangannya. Mungkin mengharapkan sebuah pelukan?
Dan parahnya lagi, wanita yang rupanya bernama Kak Rani itu malah membalas permintaan peluk dari Kak Dyo. Kak Rani menenggelamkan wajahnya dalam rengkuhan Kak Dyo. Kak Rani begitu menikmati sekali sebuah pelukan itu. Ahh kenapa semua orang yang datang menjengukku sore ini hanya untuk berpacaran? Kecuali Kak Aksa.
"Eum lo Chessy yaa?" pertanyaan Kak Rani ditujukan untukku. Perlahan ia melepaskan pelukannya.
"Iya kak" ucapku sambil tersenyum kecil.
Kak Rani menghampiriku.
"Gimana kondisi lo sekarang?"
"Udah enakan kok kak"
"Syukurlah. Oh iya kalo lo udah sembuh, lo mau ya jalan bareng gue sama Dyo?"
"Jalan? Kemana kak?"
"Kita jalan ke Singapore"
"What?" ujarku dengan rasa kaget juga. Aku mengerutkan kening. Oh mungkin Kak Rani ini orang kaya, jadi wajarlah jika ia sering keluar negeri hanya untuk jalan-jalan.
"Iya, kalo lo mau ajak Aksa juga ga apa apa Chess"
"Tapi kak"
"Udahh gada tapi-tapian! Lo harus mau! Makanya lo harus cepet sembuh" tegasnya.
Aku tak menjawabnya. Aku hanya diam aja. Mempertimbangkan lagi ajakan Kak Rani.
~~~
Senja kini telah pergi. Menyisakan malam yang gelap dan dingin. Dan sampai saat ini aku masih harus betah berlama-lama di atas bangsal. Entah sampai kapan? Aku harap aku segera pulang. Aroma obat-obatan yang begitu mencekat membuatku semakin ingin pulang kerumah.
"Kak, Kak Darel ngapain sih?"
"Hmm? Lagi ngerjain tugas kuliah dek. Kenapa? Ada yg sakit lagi? Mana?" Kak Darel yang langsung berdiri dari duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akan Ku Panggil Cinta
RomanceMaaf kak, aku terlalu bodoh untuk memahami segala tentang kakak. Aku terlalu memburu dia yang bahkan tak layak untukku. Ini secuil kisah dariku untuk kakak yang ingin sekali ku panggil cinta. Aku rindu.......