Cinta harusnya mendewasakan

28 6 3
                                    

Semudah itu kah meminta maaf darimu? Dan sesulit itukah aku menerimamu?

•Kenan Raefal•

____________

"Beraninya lu kesini?! Mau apa lu ha?! Mau bikin adek gua celaka lagi?" Sergah Kak Darel kasar.

Laki-laki bertubuh lebam itu menjatuhkan tubuhnya dan berlutut dihadapanku dan Kak Darel. Setelan kaos polos putih dan celana jeans-nya yang lecek dan kucel semakin menambahnya terlihat seperti orang gila.

"Maaf," ucapnya pelan, masih dalam kondisi berlutut.

"Ga apa apa Ken, bangun. Aku udah memaafkan mu sejak awal."

Kak Darel aku lihat begitu tersungut emosi. Tangannya terkepal dan nafasnya yang memburu sangat jelas terlihat jika Kak Darel sedang amat sangat marah.

"GUA GA AKAN MAAFIN ELU!! PERGI DARI SINI ATAU GUA HABISIN LU SEKARANG?!!" Kak Darel membentak Kenan yang juga sukses membuatku terkejut.

Kenan terduduk lemas mengharapkan bala maaf dari ku. Jujur, aku sangat tak tega melihat Kenan seperti itu apalagi dengan kondisi tubuhnya yang penuh luka.

"Bangun Kenan," ujarku menyuruh Kenan untuk bangun.

"Sepertinya aku tidak pantas disini," ucap Kenan dengan nada bicaranya yang parau.

"LU EMANG GA PANTES DISINI BNGST!!"

"KAK DAREL BISA GA SIH GAUSAH NGEGAS?!" Ucapan ku mendadak meninggikan suaraku yang tak tahan lagi dengan kata-kata kasar Kak Darel.

"Dia yang bikin kamu kayak gini dek! Segitu enaknya kamu maafin dia?!"

"Karena aku beneran suka dan sayang sama Kenan," ucapku menekan kata.

Ruangan serba putih itu seketika hening, tanpa suara. Hanya derapan suara mesin dan alat-alat kesehatan yang terdengar. Baik aku ataupun Kak Darel dan Kenan semuanya bungkam.

"Apa aku salah mencintai orang yang benar-benar aku cintai?" ucapku memecah keheningan.

Kak Darel menoleh ke arahku dengan tatapan tajam bagai sang polisi mengintrogasi pelaku kejahatan.

"Tau apa kau soal cinta?" sejenak menghentikan bicaranya tanpa mengalihkan pandangannya. "Bukankah kakak pernah bilang untuk jangan lagi bermain dengan yang namanya cinta?" helaan nafas Kak Darel terdengar jelas.

Aku tentu tak mau kalah dengan celaan dari Kak Darel.

"Lalu apakah hubungan Kak Darel dan Kak Cha itu bukan dinamakan cinta?"

Kak Darel mengusap wajahnya pasrah. Mungkin mencoba untuk meyakinkanku dengan perkataannya tadi.

"Cinta itu harusnya mampu mendewasakan, bukan membuatmu kekanak-kanakan lalu jatuh dan hancur," jelas Kak Darel.

Perkataannya sungguh menohok batinku, aku tidak tau apakah selama ini aku kekanak-kanakan atau tidak? Intinya aku mencintai Kenan tulus.

"Jika disini gue tidak diterima, maaf sekali lagi maaf," ucap lelaki yang masih betah berlutut sedari tadi. "Tapi gue mohon jangan laporin gue ke polisi," lanjutnya.

"Hukum tetaplah hukum. Dan lu harus terima!" Emosi Kak Darel kian memuncak sembari menunjuk-nunjuk Kenan kasar.

"Kakak laporin Kenan ke polisi?"

"Iya, gua laporin manusia tak tau diri ini"

"KAKAK INI APA APAAN SIH! AKU UDAH MAAFIN KENAN KAK, LAGIAN AKU JUGA UDAH SEMBUH KAN?!! GAUSAH PAKE ACARA LAPORIN POLISI LAHH," tegasku walau sedikit rasa sakit di kepalaku.

Akan Ku Panggil CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang