Langkah

144 22 2
                                    

Hay, karena besok aku bakal sibuk banget. Akhirnya Part 5 aku post Malam ini ya.

Jadi selamat membaca, jangan lupa kasih bintang sama komen yah, love u genks.

- - -

"Boleh gak sih gw jalan aja." Suara Rio memecah keheningan yang ada diantara mereka bertiga.

"Dan boleh kalau gw minta lo mundur 10 langkah?" Imbuh Rio sembari menunjuk Gabriel.

Ify dan Gabriel saling memandang heran, namun Ify memberi anggukan, membantu Rio berdiri dan menyerahkan kursi roda kepada Gabriel.

"Kenapa?"

"Terimakasih udah ngasih payung lo." Ify mengeryitkan dahinya, tanda ia heran dengan ucapan lelaki itu.

"Gw nggak tau lo sadar apa nggak pas malem itu, tapi gw berterimakasih banget sama lo."

"Ohhh, santai aja." Ify melingkarkan tangan Rio di pundaknya.

"Gini lebih enakkan, sorry gw pendek hehe.." Rio tertawa mendengar itu, hanya sepersekian detik sebelum tawanya menghilang.

"Lo siapa? Gw belom tau nama lo."

"Ify Anindira."

"Ify." Ify mengangguk.

"Lo polisi?" Ify menggeleng, ia bukan seorang polisi. Berbeda dengan Septian yang memang bekerjanya di kantor polisi.

"Sampai mana lo nyelidikin kasus gw?"

"Gw belum berani, gw sama yang lain belum ada yang izin sama lo."

"Tapikan lo wali gw." Ify menghentikan langkahnya.

"Iya juga ya." Rio kembali terkekeh.

"Gw bakal pulang paksa kan?" Tanya Rio yakin

"Karena kasus berita itu." Imbuhnya.

"Dokter Reyhan bokap lo?" Ify memandang Rio sesaat, ia tidak yakin untuk mengiyakan, namun kenyataannya seperti itu. Ia terpaksa mengangguk.

"Kalau emang iya, kayanya lo nggak bakal lama jadi wali gw. Lo taukan siapa gw dan status gw sekarang?" Mereka berdua menghentikan langkahnya.

"Gw nggak mau nyakitin orang lain karena status gw, gw nggak bersalah dan gw nggak mau orang lain kena imbas karena status itu. Jadi kalau lo udah tahu kasus ini, lo harus beneran tau siapa yang lo lawan, lo, gw, temen-temen lo bukan orang besar di mata hukum. Lo taukan duit kita semua gak bakal menang di pengadilan. Lo juga tahukan gimana kenyataan di bungkam di negara ini?" Rio tertawa lagi kali ini bukan tawa tulus, tapi tawa meremehkan. Ia tidak menunggu jawaban Ify, kalimat panjangnya terlalu rumit untuk didengarkan sekali ucap.

"Gw udah nggak tau harus ke mana lagi, nyawa gw tinggi banget harganya. Sekali mati tuh yang ngebunuh gw bisa bikin perusahaan omset gede 7 turunan." Ify tidak merespon, ia hanya menyimak apa yang lelaki itu ucapkan.

"Bajingan.." lagi-lagi Rio tertawa, ify sangat memahami berapa banyak emosi yang terkumpul di setiap tawa Rio setelah mengakhiri ceritanya, terluka, sedih dan segala bentuk rasa kecewa. Seolah tergambar di sana.

"Lo tinggal sama gw sama temen-temen gw." Ify menghentikan langkahnya. Ia ingin seperti ini untuk sesaat.

"Gw dan temen-temen gw, ka Septian sama Gabriel bakal jagain lo."

"Lo tau betapa beratnya hal itu?" Skak, Ify tidak bisa menjawab.

"Gw gak bisa bahayain kalian juga. Nyawa kalian berharga fy."

"Nyawa lo juga kak!" Mereka berdua diam.

Gabriel yang melihat mereka ikut tersentak dengan bentakan Ify, lelaki itu memandang sekitar, takut-takut ada yang mengawasi mereka saat ini.

#NEWSTORY : MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang