Episode 4

309 48 10
                                    

“Mulai hari senin kita akan berangkat dan pulang bersama.”

“Ehh?”

‘Tunggu… apa?’

Kamu merasa aneh dengan pria yang saat ini duduk di sampingmu. Padahal kamu memasak kare dengan benar dan membawakannya bekal yang baru dibuat. Tapi saat ini suamimu mengatakan hal aneh seolah baru saja salah makan…

‘Apa jangan-jangan… kerasukan hantu?’ Pikirmu lagi.

Lain halnya denganmu, Oda Sakunosuke tampak tenang seraya meminum coklat panasnya sambil melihat layar televisi yang tidak dinyalakan. Tidak ada yang mengetahui apakah dia melihat ekspresi aneh di wajahmu saat ini atau tidak.

“Kau tidak ku izinkan untuk lembur. Aku akan mengatakannya pada Nakahara-san.”

“Apa?” Tanyamu, dengan wajah tidak percaya. Oh, mungkin suamimu saat ini sedang bercanda. Karena semua orang tahu, kamu naik jabatan untuk mengincar jam lembur. Semakin banyak lembur maka semakin banyak uang yang kamu dapat untuk melunasi hutang.

‘Kenapa dia melarangku? Apa dia lupa dengan kesepakatan kita?’ Pikirmu lagi.

“Um… Oda-san, saya lembur kan untuk melunasi hutang keluarga. Lagipula---“

“Biar orang lain saja yang lembur, kau kan wanita.” Jawabnya dengan enteng seolah bosan dengan topik pembicaraan yang sedang kalian lakukan.

Semakin lama mendengar suamimu berbicara, otakmu jadi semakin panas. Lama-kalamaan emosi yang kamu pendam sejak hari pernikahan kembali meluap lagi. Meski kamu berusaha menahannya, tapi sikapnya yang seolah perduli denganmu secara tiba-tiba tentu tidak bisa kamu terima begitu saja. Banyak pertanyaan muncul di benakmu. Seperti, kenapa tiba-tiba dia perduli? Kenapa suamimu ini mengatur hidupmu? Padahal biasanya pria itu sama sekali tidak mau tahu tentang apa yang sedang kamu kerjakan. Ia juga pernah bilang untuk mengurusi urusan masing-masing tanpa menyusahkan satu sama lain. Tapi kenapa sikapnya seperti ini sekarang?

“Hampir semua orang di divisi pemasaran adalah wanita. Lagipula ada yang mengantar kalau saya pulang malam.” Bantahmu.

“Ah… jadi kau lebih suka diantar oleh menejer kesayanganmu daripada mendengarkan suamimu?”

Rasanya sesuatu baru saja meledak dalam dirimu. Kali ini kamu tidak segan mengeluarkan ekspresi marah pada pria di sampingmu itu. Bukan hanya mendapat larangan, memberikan berbagai kesulitan, kali ini suamimu bahkan menuduhmu berselingkuh dengan menejermu sendiri. Bukankah itu aneh?

“…Kalau iya memangnya kenapa?” Tanyamu dengan wajah kesal.

“Apa?”

“Kalau saya senang diantar oleh Nakahara-san memangnya kenapa? Nasib baik ada yang mau mengantar saya pulang dengan selamat.”

Oda terdiam dan menatapmu dengan sorot tidak percaya serta marah di saat yang bersamaan. Sorot matanya seorang mengatakan kalau ia baru saja dikhianati olehmu. Padahal di hari kalian menikah, orang itu bilang untuk tidak ikut campur dalam urusannya. Dia juga selalu bilang tidak pernah menyukaimu dan setuju untuk menikah karena peritah ayah asuhnya itu.

‘Kenapa juga dia menatapku begitu?’

“Baiklah jika itu maumu.” Ujar pria bersurai merah itu seraya menaruh gelasnya dan pergi ke kamar dengan wajah kesal. Tidak lama setelah itu, ia keluar dengan baju rapi dan membawa tas berisi baju. Lalu pergi meninggalkan rumah ini tanpa kata-kata.

“Karena kau tidak bersikap sebagai seorang istri yang baik. Maka aku juga akan begitu.” Katanya sebelum pergi meninggalkanmu.

“Dasar aneh.” Gumammu seraya mendial nomor seseorang. Satu-satunya manusia yang memahami pria gila kerja yang kamu nikahi adalah teman kuliahmu, Kunikida Doppo. Kamu merasa menanyakan hal aneh ini padanya. Siapa tahu itu bisa menjadi petunjuk agar kamu bisa segera berpisah dengan CEO gila kerja itu setelah hutang keluargamu lunas.

A Perfect Wedding [ODASAKU X READER] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang