Episode 2

370 61 17
                                    

Keesokan harinya, kamu terbangun dengan rasa sakit yang menyerang punggungmu karena tidur di tempat sempit. Kamu segera merapikan rumah, bersiap memulai hari dengan mandi dan merias wajah, menghangatkan sepanci kare sisa semalam dan menyantapnya sebelum pergi membeli perlengkapan pribadi yang kemarin belum sempat dibeli.

Sekembalinya dari pusat perbelanjaan, suamimu sudah tidak berada di rumah. Kare yang sengaja dihidangkan di meja makan pun sudah dimakan sampai habis. Setidaknya itu lebih baik dari kejadian semalam. Itu pikirmu sebelum berangkat kerja dan pulang kerumah saat jam menunjukan pukul 6 sore.

Setibanya dirumah, kamu pun membuat katsu dan miso shiru untuk makan malam. Anehnya, Oda Sakunosuke si CEO muda itu pulang lebih awal sore ini. Ia hanya masuk ke dalam kamar, mengabaikan sapaanmu dan tidak keluar lagi dari sana. Kamu berani bertaruh kalau pria itu belum makan malam dan melanjutkan pekerjaannya di dalam kamar jika tidak dihentikan. Karena hal seperti itu tidak bisa dibiarkan, kamu memberanikan diri mengetuk pintu kamar dan mengajaknya makan malam bersama setelah selesai memasak.

“Oda-san, makan malam sudah siap. Apakah saya perlu mengantarnya ke kamar?”

Terdengar helaan napas dari dalam sana sebelum si surai merah keluar dari ruangan itu dan menatapmu dengan sorot yang sulit diartikan. Tatapannya seperti masuk dan menusuk ke dalam dirimu, membuat jantungmu berdegup lebih kencang tanpa permisi. Entah mengapa rasa panas di wajahmu semakin terasa setiap detiknya.

“Um… ayo makan.. bersama.” Ujarmu seraya menunduk, berusaha menyembunyikan semburat merah itu.

Aa…”

Untuk pertama kalinya setelah menikah, kalian berdua bisa makan malam bersama. Meskipun tidak saling bicara satu sama lain, sebisa mungkin kamu bersikap tenang seolah tidak mengharapkan apapun. Tapi di dalam hatimu, tentu kamu sangat ingin dicintai seperti wanita pada umumnya. Walaupun kamu menyadari kalau hal seperti itu mustahil terjadi padamu. Tentu saja karena kalian menikah bukan atas dasar cinta.

Selesai makan, Oda Sakunosuke kembali ke kamar sementara kamu merapikan bekas makan dan menonton televisi sampai tertidur di sofa tanpa bantal empuk ataupun selimut yang hangat seperti hari-hari sebelumnya.

Keesokan paginya, Kamu terbangun karena seseorang terus saja menepuk-nepuk pipimu.

“Hei, bangun.”

“Mn? …Oda-san butuh sesuatu?” Tanyamu.

“Cepat bersiap. Kemarin ayah menyuruh kita datang hari ini.” Suamimu terlihat sudah rapih dengan setelan kemeja merah yang dibalut dengan jas dan dasi hitam.

Kalau boleh jujur, itu bukanlah cara yang baik untuk membangunkan seorang istri. Tentu saja kalimat singkat itu menghancurkan pagimu dengan mudah. Jika Fukuzawa Yukichi – ayah mertuamu itu meminta kalian datang kemarin, kenapa orang di depanmu ini tidak bicara saat makan malam? Hasrat ingin memarahi si surai merah sempat terpikirkan olehmu. Tapi kamu mengurungkannya mengingat orang di depanmu saat ini adalah seorang CEO yang bisa menceraikanmu kapan saja. Kamu pun duduk dan memilih untuk menurut sambil memperhatikan pesona dari suamimu dalam diam.

“Apa yang kau tunggu?”

Ha’i ha’i. Saya bersiap sekarang.” Sahutmu seraya berjalan ke kamar untuk mandi dan bersiap. Kamu menarik pikiranmu untuk mengagumi ketampanan pria itu karena sifat dinginnya.

‘Yang bagus darinya hanya penampilan saja.’ Pikirmu seraya memilih baju yang cocok. Toh mertuamu akan senang jika melihatmu dan anak angkatnya terlihat kompak dari baju sampai sikap. Meski semua yang kalian tunjukan pada orang tua itu hanya sandiwara.

A Perfect Wedding [ODASAKU X READER] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang