Episode 8

287 46 13
                                    

#ODA POV#
Perjalan menuju rumah orang tua [First Name]-san cukup jauh. Karena hari sudah sore, banyak kendaraan yang berlalu lalang. Tentu saja itu membuatku menghabiskan waktu lebih lama di perjalanan.

Saat terjebak di kemacetan, Dazai tiba-tiba menelponku.

Yaa, Odasaku. Kau sedang ke rumah mertuamu ya?”




Darimana dia tahu…. Ah, pasti Kunikida-kun yang bilang.




“Iya. Aku terjebak macet. Ada apa, Dazai?”

“Ah, tidak. Bukan apa-apa kok. Aku hanya ingin bilang untuk menahan amarahmu di depan orang tua [Last Name]-chan. Aku takut kalau [Last Name]-chan menceritakan semua hal pada orang tuanya. Kau bisa terkena masalah nanti.” Jelasnya panjang lebar. Aku tidak heran kalau Dazai menasehatiku. Karena dia tidak ingin hal buruk terjadi padaku atau pada [First Name]-san. Meski saat ini emosiku meluap-luap karena dia seenaknya pergi dari rumah, mau tidak mau aku harus mengikuti saran Dazai.

“Aku akan berusaha.”

“Odasaku…”

Nan da?”

“Semoga berhasil berbaikan dengan [Last Name]-chan ya.”

“Terima kasih, Dazai.”




Semoga saja aku berhasil menahan emosiku.


 

Hari sudah cukup gelap saat aku memarkir mobilku dan berjalan kedepan pintu rumah mertuaku. Kalau dipikir-pikir, aku tidak pernah berkunjung kesini setelah menikah. Bermodalkan beberapa kotak dessert dan camilan, aku pun menekan bel rumah itu. Tak lama kemudian seorang gadis membukakakn pintu dan tersenyum manis setelah melihatku.

“Kakak ipar… masuklah.”

Aku mengikutinya. Suasana rumah itu sangat ramai. Penuh dengan perbincangan dan bahkan pertengkaran ringan. Dari ruang tamu aku bisa mendengar suaranya yang sedang memarahi adik laki-lakinya.

“Apa kondisi kakakmu sudah membaik?” tanyaku. Ah, aku bahkan melupakan nama adik iparku sendiri…

“Tidak juga. [Last Name] Nee-chan sering menangis saat malam.”

Aku heran mengapa dia sampai bersikap seperti itu hanya karena perdebatan ringan denganku. Dia bersikap seperti yang paling menderita di dunia ini. Padahal aku sudah bilang kalau aku tidak membencinya. [First Name]-san juga mengaku tidak membenciku. Tapi sikap wanita itu selalu tidak terduga dan membuatku terkejut. Saking terkejutnya aku sampai meninggalkan pekerjaanku untuk mencari keberadaannya.

“[Last Name] Nee-san, kakak ipar datang!” Ujar gadis itu seraya menarik tanganku ke ruang makan. Namanya Akutagawa Gin, dia adalah salah satu dari 2 anak yang di adopsi oleh Mori Sensei – Ayah mertuaku.

Ara, menantuku. Tidak biasanya kau datang ke rumah ini.” Oozaki Kouyou, ibu mertuaku yang selalu terlihat anggun akhirnya berhenti melakukan aktifitasnya menata meja dan menyambutku.

“Oda-kun, kau datang ingin menjemput [Last Name]-chan? Ayo kita makan malam bersama dulu.”

Ayah mertuaku juga terlihat biasa saja. Itu artinya [First Name]-chan tidak menceritakan masalah apapun pada mereka. Tentu saja hal itu memudahkanku untuk membawanya pulang.

“Baik ayah.”

“Hei, kakak ipar. Pulanglah! [Last Name] Nee-san itu punyaku!” Seru si anak laki-laki sambil menatapku dengan tatapan mengerikan.

Nii-san jangan begitu…”

“Kenapa kau datang kesini?” Gadis yang sejak tadi diam setelah melihat kedatanganku akhirnya bicara. Aku bisa melihat jelas getaran di tangannya. Meski ekspresinya tidak berubah sedikitpun, tapi kau yakin kalau dia takut padaku.

A Perfect Wedding [ODASAKU X READER] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang