Episode 9

295 46 15
                                    

#ODA POV#

“Bos… Apa anda yakin ingin terus mengekangnya?”

Perkataan Kunikida-kun masih saja terngiang di otakku. Beberapa hari sebelum [First Name]-san pergi dari rumah, Aku, Kunikida-kun dan Dazai sempat menghabiskan waktu luang bersama di ruang VIP sebuah restoran seafood. Mereka berdua memberikanku banyak masukan untuk pernikahanku dan [First Name]-san. Karena wanita itu terus saja memberontak dan tidak menyukai keputusan yang kubuat. Yah… begitulah. Terlebih mereka berdua semakin bersemangat saat aku mengatakan kalau aku tidak ingin berpisah dari [First Name]-san.

“[Last Name]-chan itu wanita yang bebas. Semakin keras Odasaku memaksanya dan membatasinya, gadis cantik itu akan semakin liar.”

“Aa… entah kenapa aku setuju padamu. Kurasa ada baiknya jika Bos memberikan kelonggaran pada [First Name]-san. Dilihat dari sikapnya yang lebih liar dari maniak ini---“

Chotto, Kunikida-kun siapa yang kau maksud maniak?”

“Tentu saja kau.”

“Kunikida-kun kau jahat sekali.” Dazai dan Kunikida-kun sempat berdebat untuk beberapa saat sampai akhirnya mengatakan padaku untuk membujuk [First Name]-san baik-baik.

Yah, bagaimanapun juga mereka sangat dekat dengan gadis itu sejak kuliah dulu. Terutama Kunikida-kun yang merupakan teman SMA gadis itu. Jelas saja dia mengetahui semua sifat terpendam [First Name]-san. Jadi aku tidak akan membantah perkataan mereka. Aku bahkan sempat terkejut saat baru menikahinya dulu dan mengetahui fakta kalau dia suka sekali menyiksa diri. Bahkan ia sempat melakukan percobaan bunuh diri beberapa kali karena tertekan dengan keadaan keluarganya. Sungguh kenyataan yang luar biasa. Saking menariknya gadis itu sampai membuatku tidak mampu berkata-kata.

“Aku akan menyerahkan keputusan padanya. Kalau dia masih ingin pergi dariku, bukankah itu lebih baik?”

Kalimatku ditanggapi dengan tatapan tidak percaya dari mereka berdua. Mereka pasti mengira kalau aku akan menyerah pada [First Name]-san. Yah… aku tidak punya pilihan lain. Karena aku tidak mau melihat gadis itu terluka lebih banyak lagi. Aku ingin dia hidup bahagia meski bukan bersamaku.




Ah bagaimanapun juga keputusanku waktu itu sangat mudah kukatakan.




“Tapi sulit sekali melakukannya.” Gumamku seraya menatap langit-langit rumah. Rasanya hatiku hancur berkeping-keping saat melihat ekspresi bebasnya saat mendengar keputusanku. Apa dia sangat menderita karena menikah denganku?

Hal ini membuatku gila…

Aku tidak menyangka kalau semuanya menjadi semakin rumit setiap waktu. Jika ditanya apakah aku menyukai gadis itu, jawabannya adalah ‘Iya’. Karena itu aku tidak pernah bilang kalau aku membencinya. Hanya saja memang sikapku yang seperti ini. Aku mengetahui keberadaannya dulu saat ayah angkatku datang ke klinik ayah mertuaku untuk berobat. Alasan kenapa ayah lebih memilih berobat ke klinik sederhana adalah karena Mori Sensei adalah sahabat baiknya……. meski mereka sering sekali bertengkar bahkan lebih terlihat seperti musuh abadi. Selain karena pertemanan, Mori Sensei adalah dokter jenius meski kliniknya tidak terlalu ramai. Ia hidup sederhana dengan seorang istri, satu anak kandung dan dua anak adopsi. Tentu saja sangat sulit saat hidup dengan 3 orang anak yang bersekolah. Mori Sensei tidak punya pilihan lain selain berhutang. Saat itu aku sering menemani ayah untuk datang kerumah Mori Sensei dan meminjamkan uang. Disanalah aku melihatnya…. dan diam-diam memperhatikannya.

Ayah selalu bilang kalau semua uang itu tidak perlu dikembalikan. Ia bahkan menanggung biaya kuliah dan memasukkan gadis itu sebagai pegawai di perusahaan setelah [First Name]-san lulus. Tetapi, suatu waktu, saat harga saham sedang turun drastis. Ayahku datang menemui Mori Sensei di kliniknya. Aku jadi lebih sering menemaninya karena ayah mulai kesulitan berjalan. Stroke ringan yang dideritanya membuatku naik menjadi CEO baru menggantikannya. Kuakui menangani kedua hal itu sangat sulit. Terutama krisis di perusahaan membuatku semakin kesulitan. Ayah pun menceritakan itu pada Mori Sensei saat [First Name]-san juga berada disana untuk berkunjung. Gadis itu mengira kalau ayah sedang menagih hutang…. Yah, karena kesalahpahaman itu, [First Name]-san memutuskan untuk menerima perjodohan dengan alasan untuk menebus hutang.

Padahal ayahku mengusulkan perjodohan karena tahu kalau aku menyukai gadis itu…

Siapa yang akan menolak gadis sempurna seperti [First Name]-san? Orang bodoh saja ingin bersamanya karena kehidupan rumah tangga yang baik pasti terjadi jika menikah bersama [First Name]-san.

Kehidupan rumah tangga yang baik….

Yah... itu hanya akan terjadi jika saja sejak awal aku belajar untuk bersikap lembut dan lebih terbuka padanya sejak awal. Harusnya aku bersikap jujur dan mengatakan kalau aku menyukainya sejak pertemuan pertama kami dulu. Bukannya terus diam dan membuatnya semakin membenciku setiap waktu.

Karena itu aku berusaha membuatnya terbebas. Setidaknya dia bisa menjadi dirinya sendiri setelah berpisah denganku. Disisi lain aku harus menderita karena melepaskan orang yang diam-diam kucintai.




Mau tidak mau aku harus melupakannya...




Tapi sebelum perpisahan itu terjadi, aku akan berusaha mencintainya dengan baik. Aku akan lebih jujur dan terbuka padanya. Kalau dia tetap tidak menyukainya, saat itulah aku harus menyerah dan meninggalkan semuanya.




*




*




*

#END POV#




Hari pun berganti. Kamu terbangun dari tidur yang entah mengapa terasa sangat nyenyak setelah sekian lama. Perlahan kamu bangkit dari ranjang dan mulai membuka tirai kamar, membiarkan cahaya mentari masuk ke dalam rumah. Kamu juga membuka tirai ruang keluarga tempat Oda tertidur dengan pulas di sofa.

Sebuah erangan kecil terdengar tepat saat kamu membiarkan cahaya masuk ke dalam rumah. Si pemilik suara itu terbangun dan melihat kalau gadis yang diam-diam dicintainya tampak lebih semangat hari ini. Penyesalan pun datang menghampiri pria bersurai merah itu. Seharusnya ia tidak bersikap egois dan melarangmu sesuka hatinya.

"Ohayou... istriku."

"Eh---? O-Ohayou, Oda-san."

Kalian terdiam satu sama lain sambil bertukar pandang sampai alarm ponselmu berbunyi, memecah kesunyian yang ada.

"Ah. Umm... Saya permisi dulu." Tanpa menunggu lagi, kamu pergi mematikan alarm lalu ke dapur untuk membuat sarapan. Sebenarnya kamu merasa risih dan aneh karena suamimu memberikan panggilan baru yang menurutmu… sangat tidak biasa.

'Dia memanggilku... istrinya.’ Pikirmu seraya memotong daging ikan.

Dengan cepat kamu menggelengkan kepala, berusaha menyingkirkan pikiran aneh dan mulai fokus pada daging kakap putih yang berada di depanmu saat ini. Meski itu mustahil kamu lakukan karena pria yang sedang kamu pikirkan menyusulmu ke dapur untuk mengambil minum.

"Kau butuh bantuan?" Tanya pria itu setelah menghabiskan segelas besar air hangat.

"Ti…dak."

"Kau yakin?"

"Oda-san bersiap saja di kamar."

“Baiklah…”

Setelah itu tidak ada lagi yang bicara. Kamu menyibukkan diri dengan urusan dapur, sementara Oda mulai berjalan menuju kamar. Hanya beberapa langkah sebelum kembali ke dapur dan mencium pipimu tanpa permisi.

Yoroshiku naa… istriku.”


Bersambung...
______________________

Yok, kebut yoook... besok posting lagi/gak nih? Tergantung permintaan kalian.

Terima kasih sudah membaca. Silahkan tinggalkan krisar n berikan vote.

Sampai nanti, semoga hari kalian menyenangkan.



WildWolf0303 🐺

A Perfect Wedding [ODASAKU X READER] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang