Carmilla tanpa Cecillion

239 30 12
                                    

Seorang wanita vampire tak mampu lagi memperdayai tubuhnya. Ia berlutut seraya memegangi dadanya di mana ia merasakan detak jantung itu seakan justru melemahkan segala kekuatan yang ia miliki, terlebih, Cecillion tak bersamanya. Tak ada pilihan baginya selain berubah menjadi seekor kalalawar dan kemudian terbang melintas di atas tebing-tebing yang menjulang, melalui kabut-kabut yang menambah hawa magis bersamaan langit yang mendung juga tak kunjung berkilat.

Ia sekalipun tak mengira beberapa saat selanjutnya akan terbebas dari kejaran makhluk-makhluk penyandra yang kejam, karena ia tau naga milik mereka telah dilepaskan dari sangkarnya dan kini sedang mengejarnya dengan Gerakan yang memburu. Jilatan api yang keluar dari mulut hewan itu berkali-kali hampir menyambar tubuh mungil kalalawarnya, tetapi ia hanya sedikit terkena percikan. Tiba tiba tubuhnya oleng, sayapnya tak mampu melayangi karena percikan api itu ternyata mengandung sihir sebagaimana racun yang dapat melumpuhkan.

Tubuhnya segera mendarat bebas ke tengah hutan. Naga itu terus berusaha meraih tubuhnya tapi agaknya kesulitan, karena begitu tubuhnya perlahan berubah menjadi wujud manusia lalu mengeluarkan asap hitam dengan butiran debu berapi dingin yang menyala-nyala dan bertebaran mengiringinya, asap itu membuat naga itu berkali-kali terpental, seakan ada kekuatan pelindung yang terkandung dan bereaksi.

*****

Seketika, Kelopak mata Dyrroth terbuka dari keterpejaman, sesuatu telah mengenai kepalanya begitu keras tapi ada hal yang luar biasa membuatnya terkesiap sampai-sampai ia harus segera menggunakan kecepatan intuisi gerakan semacam teleportasi kecil demi menghindari benda-benda bermacam ukuran yang sedang terlempar juga kecepatan arus angin yang mampu menyeretnya. Ledakan angin yang begitu besar mampu menerbangkan segala sesuatu sekalipun benda terberat.

Beberapa saat angin besar mulai mereda, ia sangat ingin tahu dari mana muasal gelombang dahsyat arus udara barusan. Lalu ia putuskan untuk segera memanjat salah satu pohon yang masih lebih bertahan utuh di dekatnya. Ia memang begitu lihai soal panjat-memanjat secepat primata, ia biasa melakukannya terlebih Ketika ia masih berada di pihak jurang kegelapan yang lalu. Detik-detik Ketika ia hampir sampai di puncak pohon ia mulai berhenti, ia mendapati sosok makhluk yang secara samar-samar ia yakini merupakan seorang wanita bergaun merah.

*****

Silvanna berdiri termangu di dalam ruang sakral yang biasa ia datangi untuk bermeditasi, kecuali bila akan terjadi peperangan yang membuatnya harus datang ke Imperial Sanctuary.  Ruangan itu begitu luas, dipenuhi ornamen yang artistik dan tak banyak berisi benda-benda besar, cahaya dan sinar menerobos dari luar dan masuk melalui jendela-jendela besar berornamen dan kapel-kapel di sekitarnya. Ia sampai saat itu tidak bisa menangkap apa yang sedang dirasanya, juga kenapa adiknya menghilang Kembali secepat itu.

"Yang mulia, saya mendengar kabar buruk tentang pangeran,"

Suara berat milik Granger mengejutkannya. Silvanna tak lagi terheran-heran mengenai kedatangan Granger yang selalu tiba-tiba, pemuda tersebut sebelumnya juga sering seperti itu jika menghampirinya dengan perintah maupun tidak, ia juga tidak peduli apakah itu tindakan yang sopan ataupun kurang pantas untuknya, jika Granger yang melakukannya tentunya ia memakluminya. Sang putri mahkota tersebut lalu berbalik dan melangkah mendekati pemuda itu hingga jarak keduanya menjadi dekat dan berhadap-hadapan. Pemuda itu membungkuk memberi tanda penghormatan meski agaknya ia terlambat melakukannya.

"Kau datang juga akhirnya, aku sudah menantimu sedari tadi."

"Maaf, membuat anda menunggu yang mulia."

"bukan masalah."

Tangan kiri Silvanna berubah posisi memegangi tangan hasta kanan di belakang tubuhnya.

"Saat ini juga, aku mengangkatmu menjadi pembimbing pribadi adikku, tuan Tigreal telah menyampaiakan pendapat para petinggi prajurit mengenai ketepatan dalam pengawalan untuk adikku, dan aku memilihmu, bukan sekedar sebagai pengawal tetapi juga menjadi contoh atau guru pembimbing yang baik."

Silvanna menghirup nafas kecilnya untuk beberapa saat seraya menatap orang dihadapannya yang belum juga memberi tanggapan, orang itu memberikan tatapan padanya yang sulit untuk dimengerti.

"Aku tak habis pikir, adikku itu keras kepala jika aku yang menasehatinya, tapi aku sering memergokimu ketika kau memberikan nasehat untuknya diapun begitu mudah untuk luluh, kaupun tahu padahal akulah saudara perempuannya dan sangat pantas untuk didengarnya."

"Anda kurang halus memperlakukannya, dan terkesan memaksa," Granger akhirnya Kembali bersuara.

"Saya akan mencarinya sampai dapat, bukan semata-mata untuk anda, tetapi juga karena saya menyayangi pangeran seperti anda menyayangi pangeran, dan itu terlalu Panjang penjelasannya."

Ia tak menyangka, bahkan pemuda itu sudah terlebih dahulu bertekad tanpa diperintah olehnya. Di antara detak jantungnya yang bekerja lebih cepat, Silvanna tersenyum dan menghangat sampa-sampai bulir bening dari matanya terasa akan keluar karena perasaan haru. Ia benar-benar menyadari sebelumnya tidak ada seorangpun yang berkata semacam itu sebagai ungkapan rasa kasih yang mendalam terhadap adik yang dikasihinya itu.

Entah kenapa, melihat kedua mata lawan bicaranya membuat Granger serasa ingin memeluk tuan putri dihadapannya itu, namun akal sehat telah benar-benar terlebih mendahului, ia mengerti secara jelas perbedaan tingkatan posisi antara ia dan perempuan dihadapannya tersebut.

*****

Di sebuah tengah hutan asing seperti telah terjadi kehancuran, di mana kondisi alami di dalamnya sudah lumayan lama menjadi tenang. Carmilla mulai dapat Kembali membuka matanya secara perlahan. Ia bingung, seorang remaja laki-laki dengan kisaran umur enam belas an tahun atau lebih tengah memandanginya dengan mimik muka yang sulit dimengerti olehnya. Ia kemudian mencoba bangkit untuk duduk dibantu anak itu dengan segera.

"Siapa kau?"

Carmilla melakukan tatapan peyelidikan, tetapi anak remaja itu malah tersenyum padanya.

"Aku Dyrroth, anak..."

Carmilla tiba-tiba mencekik lehernya, membuat Dyrroth tak dapat melanjutkan perkenalannya.

"Aku takkan terjebak ke dalam taktikmu, nak! wahai bocah Abyss!"

Dyrroth berusaha melepaskan cekikan itu dari lehernya, tetapi cekikan wanita itu begitu kuat.

"Per-cayalah padaku, aku-juga berada di pihak-Moniyan, Nona Carmilla!" jelasnya, sambal berusaha menahan cekikan itu.

Carmilla kian merasa bingung, jika memang Dyrroth bermaksud jahat padanya harusnya anak itu telah berbuat kasar sedari tadi dan juga harusnya ia tidak berada di sini. ia ingat, sewaktu ia tak lagi dapat bertahan untuk terbang, tubuhnya terjun bebas begitu saja menuju daerah tengah hutan. Tetapi, Ia juga cemas, bagaimana jika anak itu punya rencana lain. Carmilla secara hati-hati mulai melepaskan cengkramannya dari leher Dyrroth dan anak itu terbatuk sesaat seketika. Ia lalu memperhatikan penampilan Dyrroth yang memang tampak familiar layaknya orang penting dari sebuah kerajaan, tapi ia masih belum mempercayainya.

"Atas dasar apa, kau mau menerima kenyataan kalau kau merupakan bagian dari kebangsawanan Moniyan?" Carmilla seakan mencoba mengetes.

"Merenung," anak itu menjawab begitu singkat.

Wanita vampire tersebut menggumpalkan telapak tangannya, seakan mau berbuat sesuatu pada bocah yang berada di sisinya tersebut. Namun beberapa saat, terdengar dentuman besar. Jauh dihadapan mereka, tanah sedang membelah secara paksa bagai kain berlumpur kering yang dirobek oleh sebuah tangan kosong. Retakan itu semakin mendekat ke arah mereka, menghamburkan debu-debu juga bebatuan di dalamnya.

"Naiklah ke punggungku, nona!"

Dyrroth telah dengan sigap mempersiapkan dirinya untuk menggendong Carmilla, Carmilla sedikit ternganga beberapa saat, lalu cepat-cepat berusaha berada di gendongan seorang bocah bertubuh lebih mungil darinya itu. kemudian mereka berduapun segera melesat menghindari pergerakan alami di hadapan mereka.

***** 

Terima kasih untuk kalian yang membaca bagian ini dan bagian-bagian sebelumnya. Semoga hari kalian menyenangkan!😊😊

Gold Bird and Late PoetryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang