Dyrroth x Guinevere ?

236 29 17
                                    

Di suatu ruangan yang teramat luas di antara guyuran air terjun buatan dua penyihir kepercayaannya, Silvanna memang sudah memutuskan bersemedi hingga tengah hari menjemput Malam. Dua penyihir air itu masing-masing berada di sisi kiri dan kanan putri Silvanna, terpisah dengan jarak yang tak teramat jauh juga tidak dekat. Keduanya sama-sama bersemedi seperti halnya Silvanna, mengangkat kedua tangan mereka juga mebuka telapak tangannya dan terus menurus menjalankan pengaktifan sihir mereka.

Ia berjalan di suatu ruangan yang memiliki pencahayaan secara penuh yang membuat matanya menyipit, tangannya berkali-kali bergerak menutupi matanya agar tak berdampak sesuatu karena silau cahaya yang begitu kuat menghampirinya secara tak beraturan.

“Selamat datang, calon pemimpin tertinggi Moniyan yang baru, tuan putri Silvanna.”

Silvanna sudah terbiasa menemui suara tanpa rupa seperti itu.

“Wahai lord of light, masalah-masalah rumit seolah tak ada habisnya, saya datang kemari adalah untuk menanyakan kunci atas penyelesaian dari semua masalah itu, saya yakin kuncinya hanya satu,” tentu Silvanna bertanya dengan serius.

“Ha,ha,ha…”
Lord of light tertawa yang dianggap oleh Silvanna hanya sebagai sebuah tanggapan sementara. Sesaat suasana menjadi senyap tanpa percakapan.

“Anda kurang tepat, kuncinya ada dua.”

Silvanna terkesiap. Suasana hening kembali.

“Pertama anda harus menguasai sepenuhnya sihir yang ada dalam grimoire perak yang saat ini anda simpan, kedua jangan sampai anda jatuh cinta kepada seorang lelaki manapun sampai salah satu dari dua lelaki yang saat ini sungguh-sungguh mencintai anda mati.”

“Dua lelaki…? Maksud anda…”

“Salah satunya jelas, adalah lelaki yang sering anda andalkan dan anda kagumi, sedangkan salah satunya lagi adalah orang yang tidak anda kenal dan baru saja berkenalan dengan adik anda di sebuah hutan di dunia lain yang menjadi tempat persembunyian dan pengembangan sihir bagi roh penyihir ruang, waktu, dan teleportasi.”

“Bagaimana dan sejak kapan orang itu mengenal saya sedangkan saya tidak, bagaimana bisa dia mencintai saya padahal saya tidak pernah melakukan apapun untuknya karena memang saya tidak mengenalnya, dan adik saya… oh… bagaimana bisa dia berada di sana, lalu bagaimana caranya agar dia bisa kembali pulang?” bertubi-tubi pertanyaan Silvanna pungkaskan, ia memang tak main paniknya.

“Mengenai orang itu, sekarang ini anda tidak perlu mengetahinya, tetapi salah satu dari kedua pria yang telah saya jelaskan tadi akan segera membewa adik anda pulang ke Moniyan.”

Silvanna terbangun dari semedi panjangnya, namun ia masih belum beranjak dari guyuran air terjun tersebut. Jiwanya belum seutuhnya kembali dari alam semedi.

Di luar sana, di salah satu puncak menara kastil, Alan si burung emas milik Silvanna tengah membawakan sebuah kertas yang entah berisikan tulisan apa.

*****


Dyrroth termenung di depan api unggun buatannya, kedinginan Malam di hutan itu semakin terasa menusuk. Ia sangat menyesali kegagalannya dalam melindungi dan menolong Carmilla yang kini ditangkap Kembali oleh yang benar-benar wanita itu hindari, hal ini berarti ia gagal menjadi seorang yang bisa diandalkan. Mungkin si keparat Maverick itu benar, ia semakin tak berkembang dalam mengasah kemampuan bertarungnya. Ia memang tak pernah bertemu pria itu sebelumnya, tetapi kata-kata pria itu cukup kuat untuk bisa dicamkan.

Tak lama, ia mendengar sayup-sayup suara nyanyian seorang gadis beserta langkah kaki yang semakin mendekat. Dyrroth mengabaikannya, ia tahu jika suara itu berasal dari manusia tentunya ia pasti berjalan ke arah api unggunnya. Sebenarnya ia sendiri merasa bingung lantaran bentuk hutan tak membuat adanya kemungkinan datangya manusia lain, kecuali manusia itu memiliki nasib sepertinya, yaitu membaca mantra secara sembarangan. Atau dengan alasan lain, mungkin saja seseorang telah berada di bagian wilayah hutan ini sejak lama, tidak, kekuatan sihir tadi benar-benar dahsyat, seharusnya orang itu muncul sejak tadi. Wilayah hutan ini nyaris kehabisan pohon dan bumi yang terhampar terlalu sempit jika dinamai sebagai hutan.

“Permisi, boleh saya menumpang api unggunnya?”

Boleh,” terlalu cepat Dyrroth menjawab permintaan gadis itu.

“Hello... , tetapi bukankah lebih sopan jika anda menoleh dan melihat lawan bicara anda?”

Tidak usah terlalu sensitif, duduklah!”

Kali ini Dyrroth benar-benar setengah tak ramah, ia sama sekali tak melihat ke arah gadis itu. Berjarak agak dekat dengan Dyrroth, gadis itu kemudian duduk dengan anggun dengan senyum tak puasnya.

Namaku Guinevere…”

Gadis itu mengulurkan tangannya, Dyrroth masih terlihat acuh kemudian tangan itu turun secara perlahan. Gadis bernama Guinevere itu menghela napas.

“Maaf, atas ketidaksopananku, kau bisa memanggilku Aurellius.”

Guinevere terperanjat, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

Pangeran Aurellius?”

Dyrroth kemudian untuk pertama kalinya memandang wajah gadis itu. Ia membuat senyum dengan kesan tak sempurna di wajahnya untuk setidaknya ada perlakuan yang lebih layak yang harus ia lakukan pada orang yang baru ia temui, sebentar, gadis itu seperti tak asing baginya akan tetapi ia lebih memilih mengabaikan itu.

Guinevere seperti terhinggapi perasaan rindu ketika ia melihat wajah itu menatap wajahnya meski tak terlalu lama. Tetapi ia sendiripun menyadari, ini pertama kalinya ia bedekatan secara langsung dengan Pangeran Moniyan, tidak mungkin anak laki-laki ini sebelumnya pernah ditemuinya. Namun perasaan itu mengingatkannya Kembali dengan laki-laki buruk rupa yang pernah ia temui karena menolongnya.

“Jadi, dengan alasan apa kau berada di hutan ini?”

Dyrroth mulai menatap Kembali wajah gadis itu.

Entahlah…, sejak saya membaca mantera yang tak saya kenal tiba-tiba saja saya berada di hutan ini, tetapi syukurlah dari kejauhan saya melihat api unggun anda”

Ha,ha,ha,ha!”

Dyrroth meledakkan tawanya, ia sudah menduga pasti karena alasan itu. Guinevere terkejut, suara tawa yang terdengar sangat tak merdu itu terdengar familiar.

Lihatlah, kau bahkan sudah memakai piama, ha,ha,ha… kasian sekali kau.”

Dyrroth menertawakannya kembali. Ia turut tertawa, ia dan Aurellius menertawakan kekonyolannya.

*****

Terimakasih bagi para pembaca setia dan yang baru. Saya tunggu komentar kalian bagi yang ingin komentar 😁😊





Gold Bird and Late PoetryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang