9.4K 1.4K 55
                                    

TEN sedang mengamati sesuatu di komputernya ketika Jeno tiba-tiba saja datang ke UKS dan duduk di hadapannya. Ten langsung mematikan komputernya dengan cepat dan mengamati Jeno.

"Lebih lanjut aku melihatnya, kelihatannya itu begitu cantik."

"Maaf?" Jeno kebingungan.

"Bukan kau, tetapi bagian otot tendonmu."

Jeno tidak menjawab.

"Kau tidak tahu, tetapi semua otot juga terlihat berbeda." Ten mengubah posisinya menjadi lebih santai, "Tidak ada sesuatu yang spesial untuk diberitahukan padamu. Kau akan dites jam 6 sore ini. Jadi, bersiap-siaplah."

"Apa aku benar-benar harus pergi?" tanya Jeno, "Kau bilang aku sudah sembuh."

"Aku tak tahu. Kulihat kau sudah sembuh, tetapi kau masih membutuhkan segel persetujuan dari rumah sakit besar bahwa kau telah sembuh."

Jeno bangkit dari kursinya dengan ekspresi pasrah dan malas setelah itu.

🦜

Mendudukkan diri di kursi tunggu rumah sakit, Jeno mendesah malas karena ia terpaksa melakukan ini. Ponselnya berdering. Jeno mengeluarkannya dari saku dan melihat nama sang penelepon sebelum menjawab panggilan itu.

"Ya, direktur."

"Kau harus melakukan adegan lompat tinggi untuk iklanmu." kata Doyoung di seberang sana.

Jeno menghela nafas, "Anda bilang Anda tidak akan mengeluarkan adegan itu. Aku tidak akan melompat."

"Pada akhirnya, kau akan melompat. Apa kau tahu siapa yang kubujuk untuk datang pada syuting kali ini?"

"Siapa pun yang akan datang, aku tidakー"

"Pelatih Horton. Ia bilang ia datang untuk menemuimu."

Jeno terdiam sehingga Doyoung melanjutkan kata-katanya.

"Aku mencarinya dan menemukannya di Jepang, jadi aku memanggilnya kemari. Apa yang kau pikirkan? Bukankah alasan ini cukup kuat untukmu melompat? Pikirkan saja ini awal mulamu dan lakukanlah. Tanggung jawabku berakhir di sini dan mulai sekarang semuanya terserah padamu."

"Jeno."

Yang dipanggil menoleh pada Ten yang muncul dari meja resepsionis.

"Masuklah."

"Aku mengerti." kata Jeno pada Doyoung di seberang telepon sebelum berjalan mengikuti Ten.

🦜

Jaemin memasukkan pakaian dan peralatan-peralatannya ke dalam lemari. Ia menutupi peralatan-peralatannya yang berwarna merah muda dengan selimut tebal berwarna putih dan ia tersenyum puas. Jaemin juga membereskan mejanya dan memutuskan untuk menempel foto Jeno yang ia bawa. Setelah itu, ia bergegas mandi. Sayangnya, Jaemin terlalu ceroboh hingga pintu kamar mandinya tidak terkunci dengan rapat.

"Aku sangat lelah hari ini." Jaemin meregangkan tubuhnya di depan cermin, kemudian memasuki box shower dan mulai mandi sambil tersenyum gembira, "Sudah berapa lama aku tidak mandi?"

🦜

Lelaki tampan itu memandangi kalung di tangannya. Di tengah kegelapan malam, ia hanya berdua dengan anjing putih besar yang duduk di hadapannya.

"Apa yang harus kulakukan?" gumam Jeno, lelaki tampan itu. Ia menggenggam kalung itu erat-erat dan memandang sekilas ke arah Sangchu sebelum dering telepon menginterupsi pikirannya. Jeno menghela nafas ketika melihat nama sang penelepon. Itu ayahnya.

"Ya." kata Jeno setelah menekan tombol hijau dan mengangkat ponsel ke telinganya.

"Ini aku. Direktur Kim memberitahuku bahwa besok kau akan melompat."

"Aku tidak pernah memberitahunya demikian." Setelah mengatakan itu, Jeno dapat mendengar sang ayah memukul meja di seberang sana.

"Tegakkan kepalamu! Dasar! Semua rekormu baru-baru ini.... Pikirkan saja rekormu itu lenyap selama kau istirahat dari cederamu. SM juga bicara mengenai dirimu. Besok mereka juga akan datang. Jangan melakukan kesalahan dan lakukanlah dengan benar."

Jeno menjauhkan ponselnya dari telinga ketika sang ayah memutuskan sambungan tanpa ingin mendengar apa-apa darinya. Jeno menghela nafas sebelum bangkit berdiri dan berjalan menuju kamarnya dengan langkah gontai.

Sesampainya di kamar, rasa kecewanya digantikan oleh keterkejutan ketika melihat desain mejanya sedikit berbeda. Ia merasa semakin heran ketika fotonya tertempel di kamarnya. Jeno mencabut foto itu dengan kesal. Ia sempat berpikir kamarnya dimasuki penguntit hingga tatapannya tak sengaja mengarah pada koper berwarna biru muda di tempat tidur bagian atas.

"Apa itu?" tanya Jeno heran.

Sementara itu, Jaemin baru saja selesai mandi. Laki-laki manis itu menjadi sangat panik ketika menyadari ada orang di luar kamar mandi. Ia segera mengambil handuk dan menutupi tubuhnya dari atas hingga bawah.

"Siapa itu?" Jeno yang mendengar ada suara-suara aneh di kamar mandinya memutuskan untuk memeriksa ke sana dan terkejutlah ia ketika mendapati seorang laki-laki berwajah manis hanya dibalut oleh sebuah handuk.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

🦄

to the beautiful you | nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang