십구

3.9K 529 55
                                    

JAEMIN mengikuti Hyunjin dengan langkah malas. Ia baru membuka suara ketika mereka tiba di lapangan futsal, "Apa yang akan kau lakukan di sini?"

"Ayo main futsal sekali." Hyunjin meletakkan bola yang sedari tadi dibawa olehnya ke atas rumput, "Jika kau bisa mengambil bola dariku, aku akan mengabulkan satu permintaanmu, tapi jika kau tidak bisa mengambilnya, kau harus mengabulkan satu permintaanku. Deal?"

"Aku tidak ada keinginan untuk melakukannya." jawab Jaemin lesu sembari berjalan meninggalkan Hyunjin.

Lelaki yang lebih tinggi tak menyerah. Ia berlari-lari kecil menyusul Jaemin sambil menendang bolanya. Si manis baru berhenti berjalan ketika Hyunjin menghalangi jalannya. Pemuda Hwang itu melakukan atraksi hebat dengan bolanya mulai dari menggunakan kaki hingga punggungnya. Hal itu membuat Jaemin tersenyum dan bergumam kagum.

"Ketika aku melihatmu kemarin, aku tahu bahwa kau adalah pelari yang baik. Kau benar-benar ingin langsung menyerah bahkan ketika kau belum mencobanya?" Hyunjin menantang Jaemin.

"Baiklah! Ayo main sekali! Kau tidak boleh menarik kata-katamu nanti."

Dan mereka berdua mulai bermain dengan gembira. Hyunjin sangatlah sulit dikalahkan, bahkan Jaemin sampai terjatuh. Untung saja ia tak terluka dan masih bisa mengejar Hyunjin sambil tertawa.

"Hei, kau! Apa-apaan ini?!" jerit Jaemin saat Hyunjin menendang bolanya ke antara kedua kaki Jaemin, tetapi ia tetap tak bisa menangkapnya.

"Apa?" tanya Hyunjin tak berdosa.

"Serahkan!" Jaemin menarik-narik baju Hyunjin hingga membuat pemuda itu memberontak.

"Serahkan apa? Lepas!"

Mereka terus saling menarik dan memberontak hingga akhirnya kehilangan keseimbangan dan jatuh telentang di atas rumput. Senyuman lebar menghiasi wajah kedua pemuda yang kini berbaring bersebelahan sembari menatap langit malam.

"Hei. Bagaimana? Kau kalah."

"Itu tidak adil."

"Hahaha."

"Hehehe."

"Baiklah." Hyunjin mengeluarkan ponsel dari sakunya dan membuka aplikasi kamera, "1... 2... 3!"

Jaemin tersenyum manis sedangkan Hyunjin tersenyum sambil menampakkan gigi-giginya. Pemuda Hwang itu langsung meng-upload foto mereka di media sosial.

Persahabatan seperti trapping (salah satu teknik bola) pada pukul 11 malam. Ini bukan sekadar permainan. Ini persahabatan.

"Ini sungguh menyenangkan!" Jaemin tersenyum sembari menggoyang-goyangkan kepalanya. Detak jantung Hyunjin mulai tak beraruran. Ia melihat Jaemin tersenyum seperti malaikat yang dipenuhi oleh bunga di sekelilingnya.

🦜

Pagi itu cerah. Jaemin melangkahkan kakinya dengan santai hingga seorang wanita menghentikannya dan mengajaknya berbicara di mobil.

"Saya Jung Jinsoul, reporter dari World Sports. Anda teman sekamar Lee Jeno, bukan? Saya yakin Anda lebih kenal Jeno daripada orang lain mengenalnya."

"Lalu?" tanya Jaemin malas.

"Saya sedang mempersiapkan berita khusus tentang Jeno. Saya harap Anda bisa sedikit membantu saya. Karena ini jelas bukan kerugian bagi Anda, maka tolong dengarkan saya.

🦜

Lee Minhyung memasuki ruang UKS dan meletakkan benda yang dititipkan Ten kepadanya di atas meja. Ia sudah akan keluar dari sana ketika map-map bertuliskan nama beberapa siswa menarik perhatiannya. Matanya mencari-cari nama seseorang. Begitu menemukan map yang dicari, ia melihat sekeliling dan mulai memotret semua isinya.

🦜

"Reporter Jung, apa Anda benar-benar ingin bertemu saya di pengadilan? Bagaimana Anda bisa membuat berita khusus dengan cara seperti ini? Dari mana Anda mendapatkan riwayat kesehatan Jeno? Ini ilegal! Apa Anda tidak tahu jika ini ilegal?" Doyoung mengoceh di telepon.

🦜

Mobil mewah milik Lee Donghae melesat di jalanan. Di dalamnya ada pria itu yang sedang mengerutkan dahi sembari membaca judul berita tentang anaknya yang tersebar di internet.

"Telepon Jeno dan bawa ia pulang ke rumah."

"Ya, Direktur." jawab asistennya yang sedang menyetir mobil.

🦜

"Tidak apa-apa." Jeno mengehela napasnya. Berita yang sedang ia lihat dan pembicaraan yang melibatkannya di telepon cukup membuatnya pusing, "Anda tidak perlu merasa bersalah pada saya. Ini pasti bukan perbuatan Anda, Dokter Ten."

Pikiran Jeno seketika melayang pada kejadian yang baru saja dialaminya. Tadi ia melihat keranjang pakaian begitu berantakan dan ia baru akan merapikannya sembari mengeluh. Saat itu secara tak sengaja ia menemukan kartu nama reporter Jung Jinsoul yang tampak kusut di tengah tumpukan pakaian Jaemin. Ia langsung menyembunyikannya di belakang punggung ketika pemuda Na itu keluar dari kamar mandi, meminta maaf, dan berjanji merapikan keranjang pakaian itu.

"Saya pun kurang tahu siapa yang melakukannya. Baiklah. Saya tutup teleponnya."

Beberapa detik kemudian, Jaemin berjalan menghampiri Jeno yang sedang duduk di kursi belajarnya, "Kau bisa mandi sekarang. Oh ya. Aku tadi menggunakan sedikit shampoomu."

"Apa itu alasannya?" gumam Jeno yang masih bisa didengar oleh Jaemin.

"Apa? Shampoonya?"

"Untuk alasan seperti itu..." Jeno bangkit dan sedikit menendang kursinya, "Apa itu alasannya?"

"Apa yang kau bicarakan?" tanya Jaemin polos.

"Apa kau mendekatiku agar bisa menjual informasi tentangku kepada para reporter?!" Nada suara Jeno meninggi.

"Para reporter?"

Jeno mendengus, "Kau tidak tahu tentang hal ini?"

Kini Jaemin menatap berita yang terpampang di iPad milik Jeno. Tatapan polosnya berpindah pada sang pemilik iPad yang memandangnya penuh amarah.

"Alasan apa lagi yang akan kau berikan?"

"Memangnya apa masalahnya?" cicit Jaemin. Ia langsung bangkit berdiri dan berkata dengan keras, "Itu tidak ada hubungannya denganku!"

Jeno tersenyum miring dan mengangguk-angguk, "Itu jawaban yang lebih memuakkan dari yang kuperkirakan. Lupakan saja. Minggir."

Mata bulat Jaemin menatap Jeno yang baru saja menabraknya dengan penuh keheranan.

🦄

to the beautiful you | nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang