chapter ten

51 19 4
                                    

Chapter ten
uncovered one

—00—
23 Juni 2020

SORE menjemput dengan cepat kala kaki para siswa Adeelar mengijakkan kaki di hutan. Sebentar lagi waktunya sang surya beristirahat dan bulan akan mengantikan perannya dibantu bintang yang berkilauan.

"Nggak ada yang liat nih? Beneran?" Heejin melihat ke sekitar, para siswa lain sibuk menyusun tenda, terkecuali regu miliknya. Nakyung dan Eunbin tampak kelelahan akibat terlalu lama duduk. Jeno menyibak rambutnya, kurang suka ide yang dicetuskan Han beberapa detik lalu mengenai tenda yang sekarang masih tergeletak di tanah.

"Iya udah buruan, gue bagian ngawasin." Han berkata tidak sabaran. "Buruan, gue bagian ngawasin dah, ngikut Han."

Eunbin ikut mengangguk, "remuk rasanya badan gue, pingin rebahan. Gue ikut ngawasin juga dah." Nakyung menguap, "udah gapapa Jin, biar cepet juga anjir, gue mau tidur bentaran."

Heejin mengangguk dan tidak sampai sepuluh detik, dua tenda sedang yang tadinya masih tergeletak di tanah dalam keadaan belum jadi, dalam sekejap sudah berdiri tegak.

"Kok udah jadi?" Renjun yang baru saja sampai setelah mengambil peta untuk jurit tengah malam nanti langsung mengerutkan keningnya. Kedua pasang matanya menatap Jeno meminta jawaban.

Eunbin dan Nakyung langsung saja masuk ke tenda sebelah kiri, sepenuhnya menghiraukan pertanyaan Renjun. Alis Renjun makin tertekuk tajam, "jangan bilang pake kekuatan?"

Hyunjin dan Han nyengir lalu masuk ke dalam tenda sebelah kanan, meninggalkan Jeno dan Heejin yang di tatap tajam oleh Renjun. "Kenapa nggak lo larang sih Jen? Nanti kalo ada yang tau gimana?"

"Udah kalah suara gue, satu lawan lima. Males debat juga lagian." Ujar Jeno malas lalu menyusul masuk ke dalam tenda.

"Santai Njun, rilex, kalem." Heejin nyengir lalu melangkah lebar masuk ke dalam tenda. Renjun menghela napas gusar lalu menatap sekitar sebelum ikut masuk ke dalam tenda tanpa tau ada sosok lain yang menatap ke arah mereka sedari tadi dengan seringaian.

Bagus sekali, mereka lengah saat seharusnya mereka siaga.

—00—

Kegiatan mereka tidak banyak sore itu, setelah satu jam sampai, para siswa diberi materi tentang ke-pramukaan selama kurang lebih dua jam, lalu di lanjut dengan istirahat selama setengah jam untuk makan.

Sekarang, tepatnya pukul sembilam, para siswa di kumpulkan pada satu tempat untuk acara api unggun. Tadi, tiap regu sudah diberi tugas untuk mencari kayu untuk membuat api unggun dan sekarang  dua panitia tampak kesusahan membuat api menyala.

Han mendengus, "halah, anak pramuka gadungan, tadi aja semangat banget ngejelasin tentang buat api, malah sekarang nggak bisa mempraktekkan dengan benar, padahal udah pake korek sama minyak." Ujarnya nyinyir diikuti anggukan Hyunjin.

"Tadi aja sok-sok an nyuruh gue buat praktek, terus gue gagal malah diketawain, sekarang diri sendiri aja nggak bisa. Emang anjing!"

"Tau tuh! Mana tadi songong banget njing! Ikut nggak terima gue, sayang banget waktu itu gue males bacot."

"Alah, lo mah sengaja, suka banget ngelihat gue terbully." Han nyengir, "kapan lagi kalo nggak tadi, hehe tapi beneran nggak terima kok gue,"

"Tapi lo nggak ikut ngebela kayak Renjun! Temen gadungan!"

"Yaelah ngambek, gausah ngambek lah. Kek cewek lo ah."

"Anjing!"

Jika Han dan dan Hyunjin yang melempar sindiran pedas serta berdebat, lain halnya dengan Nakyung dan Eunbin yang berulangkali memaksa Jeno untuk turun tangan agar api cepat menyala sebab keduanya sudah mulai kedinginan terkena angin malam.

[(1. Exousìa : Murdered soul)] ✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang