chapter twelve

52 19 1
                                    

Chapter twelve
Second Crown

—00—
24-25 Juni 2020

SETELAH acara jurit malam, malam selanjutnya Eunbin berkata bahwa dirinya demam ringan, jadi sebagai teman yang baik serta pengertian, malam itu pukul sepuluh seusai kegiatan terakhir yakni merenung--entah apa tujuan jelasnya Nakyung terlanjur bodo amat--Heejin dan Nakyung sepakat untuk menuju tenda sos yang dikhususkan untuk merawat siswa yang cedera atau sakit dan untuk tenda persediaan obat saat camping berlangsung.

Awalnya Heejin berinisiatif menyuruh Eunbin untuk tidur saja di tenda sos supaya guru lebih mudah mengawasi, tapi Eunbin menolak, masih trauma dengan kejadian jurit malam.

"Ck, sepi banget anjir." Nakyung mendesis tajam, tampak benar-benar tidak nyama dengan keadaan sekitar yang hening mencekam dengan pemandangan temaram.

"Realistis ajalah Kyung, udah jam sepuluh terus agenda udah abis, ya pada molor. Terus kita ini juga di tengah hutan, kalo berharap rame, nanti kita ajuin buat minta camping selanjutnya di club aja sekalian clubbing." Nakyung merapatkan tubuhnya pada Heejin lalu berdecak, "ternyata circel pertemanan sangat berdampak pada kata-kata lo."

"Hah?"

"Keseringan main sama Renjun sih lo, ucapannya jadi nggak ke kontrol." Mau tidak mau, Heejin terkekeh atas ucapan Nakyung, tapi hanya sebentar, sebab gadis itu juga masih merasa ngeri.

"Kalian kok belum tidur? Mau kemana?" Nada Heejin dan Nakyung kompak menegang, bulu kuduk mereka mendadak meremang. Dengan ragu-ragu keduanya berbalik dan langsung menemukan eksistensi Suho dengan setelan rapi seperti biasanya, yang malah tampak aneh. Kenapa berpakaian rapi sekali?

Heejin dan Nakyung menunduk dan menatap separuh Suho. Menapak tanah. Bagus, keduanya kompak menghela napas lega. Suho memandang keduanya lalu mendengus kecil. "Tenang, bapak beneran Pak Suho kok." Keduanya kontan menyengir garing dengan wajah pucat, jelas masih trauma.

"Kejadian yang kalian alami sudah menyebar ke telinga para guru-guru. Mental kalian pasti masih berantakan, jadi segeralah istirahat setelah ini."

"Siap pak."

"Kalian belum menjawab pertanyaan bapak, kalian mau kemana? Bukannya sudah waktunya untuk istirahat?"

"Eunbin demam ringan pak, ini saya sama Heejin mau minta obat penurun panas ke tenda sos."

"Eunbin-nya ada di tenda? Kenapa tidak dibawa saja ke tenda sos?"

"Eunbin-nya tidak mau pak."

"Oh, yasudah, segera kembali setelah selesai mengambil obat."

Heejin memperhatikan tampilan Suho, "bapak sendiri mau kemana? Tampilan bapak terlalu rapi apalagi untuk digunakan di jam sepuluh malam."

Suho menatap Nakyung dan Heejin bergantian sebelum kemudian berdehem, "bapak mau menjelaskan, tapi terlalu banyak telinga. Bapak pergi dulu." Suho berlalu begitu saja, meninggalkan Heejin dan Nakyung yang dihinggapi tanda tanya. Keduanya sempat bertukar pandang sebelum kemudian meneruskan langkah menuju tenda sos.

Sesampainya di tenda sos, Heejin dan Nakyung melihat adanya eksistensi lain di dalam tenda putih besar tersebut.

"Eh, Nancy? Gowon kenapa?" Heejin melangkah mendekat sementara Nakyung memilih menuju kotak obat dan mencari sendiri obat penurun panas sebab tidak ada guru maupun dokter disana.

"Nggak tau, dia keringet dingin terus, pas gue tanya perutnya kram katanya."

"Datang bulan?"

"Harusnya belum, Gowon sama gue selalu barengan." Nakyung mendekat ke arah tiga eksistensi lain, "panggilin dokter coba."

[(1. Exousìa : Murdered soul)] ✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang