chapter six

52 19 23
                                    

Chapter six
Third crown

—00—
Seoul, 21 Juni 2020

"TIDAK bisa nak, ini bukan penyelidikan polisi, bapak tidak bisa memberikan ijin kepada kalian untuk mewawancarai orang asing diluar asrama. Apalagi kasus ini sudah di tutup hari ini." Heejin menggigit bibirnya sementara Renjun hanya menatap lurus ke arah Suho, sorot matanya mengatakan bahwa dia tau jawaban bahkan sebelum Suho berbicara. Sudah tertebak, begitu pikirnya.

Jeno berdehem, berusaha menerima jawaban Suho, "baik pak kalau begitu, saya minta data rekap absen saja untuk satu minggu ke belakang." Suho mengangguk lantas berbalik dan mencari rekap absen diantara banyak data lain.

Eunbin dan Hyunjin berkontak mata, "terus gimana ini?" Tanya Eunbin tanpa suara. Hyunjin menggeleng tidak tau dengan raut suram. Jeno menepuk paha Renjun pelan lalu berbisik tanpa suara.

"Kita wawancara Sunwoo, harus." Renjun mengangguk samar. Tak lama setelahnya Suho berhasil menemukan rekap absen siswa dan langsung memberikannya pada Jeno.

"Kalian bisa mewawancarai murid disini, tapi berhati-hatilah, jangan sampai mereka curiga." Ketujuhnya mengangguk saja.

"Tentang mahkota kedua bagaimana pak?" Suho menggeleng untuk menjawab pertanyaan Nakyung lantas berujar, "mahkota kedua benar Kyla Massie, tapi suruhan bapak masih belum bisa menemukan letak dimana pelaku menyembunyikan korban."

"Baik pak, kami permisi, istirahat akan selesai lima belas menit lagi." Suho mengangguk saja lalu membiarkan ketujuh anak didiknya itu keluar dari ruangannya.

Drttt...drttt

"Ada apa?"

"Aku ingin meminta bantuan, apakah bisa?"

"Jika kamu meminta bantuanku, aku bisa, jika meminta bantuan para Exousìa, sepertinya tidak. Memangnya ada apa?"

"Ah, para Exousìa sibuk? Tidak jadi kalau begitu."

Sebelah alis Suho tertarik ke atas, "apa para exousìa Deilf tidak mampu menangani kasusnya, Joy?"

"Dua diantara mereka hilang."

"Oh shit!" Suho memijat pelipisnya frustasi, "bagaimana dengan Leeuw?"

"Key tidak bisa dihubungi."

"Maaf, tapi sepertinya exousìa disini tidak bisa membantu, mereka diancam pembunuh dan pembunuh itu berkeliaran di sekolah."

"Ah tidak apa-apa, aku tutup telponnya. Maaf menganggu."

"Ah, tidak apa--"

Tuttt...tuttt

—00—

"Gimana? Nemu sesuatu gak di rekapan absenya?" Tanya Han seraya menggaruk alisnya. Jeno mengerutkan kening, "nggak ada apapun. Selama satu minggu belakang nggak ada siswa yang ijin keluar dari asrama, bahkan sekedar keluar ke minimarket aja nggak ada."

"Nanti jadi wawancara Sunwoo?" Eunbin bertanya seraya memasukkan satu suap nasi dalam mulutnya.

"Sunwoo peringkat dua pararel kalo kalian lupa, apa kalian nggak khawatir kalo dia bakal cepet baca kedok kita apalagi sementara ini dia kita anggap jadi pelaku?" Han mengaduk es teh miliknya dengan gerakan malas.

"Han ada benernya, mungkin pas kena ilusi sama manipulator dia nggak akan sadar, meskipun nanti dia dibuatin ilusi sesudahnya gue yakin dia bakal dengan cepet sadar dan malah nyurigain kita."

"Gue ada cara." Hyunjin menjentikkan jari. "Nanti malem Hakmin ngajak gue mabar. "

"Hakmin anak kelas sebelah itu? Terus? Emang dia ada hubungan sama Sunwoo?"

[(1. Exousìa : Murdered soul)] ✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang