Chapter fourteen
Doppelt—00—
Seoul, 25 Juni 2020EUNBIN benar-benar dalam keadaan yang tidak baik. Heejin tau benar, Eunbin tidak akan menangis jika tidak sangat tertekan. Melihat Eunbin yang menangis membuat sudut hatinya bergetar.
Setelah dibujuk selama sepuluh menit penuh, Eunbin baru mau keluar dari kamar mandi. Setelah membuka pintu, gadis itu langsung menghamburkan diri pada Heejin. Eunbin sesegukan hebat, jadi Heejin menyimpan rapat-rapat pertanyaan yang sudah diujung mulutnya dan memilih menunggu Isak tangis Eunbin mereda.
Chaeyoung yang mengerti situasi memutuskan untuk mengungsi menuju kamar sebelah.
Heejin mengelus pundak Eunbin, masih dalam posisi berdiri, berjarak satu kaki dari kamar mandi. Lima menit terlewati begitu saja, tapi Isak tangis Eunbin tidak mereda padahal Heejin mulai lelah berdiri.
"Bin, nggak mau cerita?" Tanyanya dengan nada lirih. Eunbin masih sesegukan, tangisnya makin kencang. Cewek itu menjawab terpatah, "gu--gue juga ngga--nggak tau ke-napa gu--gue na-nangis kayak gini."
Punggung Heejin mendadak terasa dingin, rautnya mendadak tegang. "Lo lupa sama apa yang dibilang Pusat? Saat emosi mulai nggak stabil atau tiba-tiba lo kesakitan artinya apa?" Heejin meneguk ludahnya kasar, gugup sekaligus cemas.
Belum sempat Eunbin menjawab, Heejin mendadak merasakan beban berat bertambah dan tubuh Eunbin melemas. "Bin? Eunbin?"
Tidak ada sautan.
Keadaan Nakyung beda lagi. Gadis itu marah, tidak mau bicara pada Renjun dan Jeno, sepenuhnya mengabaikan atensi dua anak Adam itu. Jeno dan Renjun kompak membuang napas pasrah, "istirahat ya Kyung--"
"MANA BISA GUE ISTIRAHAT DI KEADAAN YANG KAYAK GINI?!" Ledaknya, matanya yang sembab menatap Renjun dan Jeno dengan nyalang.
"Kenapa kalian nggak mau ngerti gue?! Gue nggak mikirin gue sendiri! Gue nggak mau ada banyak korban lagi! Kenapa kalian malah ngebelah Eunbin yang jelas nggak mau karena alasan individunya?!"
Renjun mengurut batang hidungnya, pusing sekaligus lelah. "Kyung, lo lupa sama pelajaran yang diajarin di Pusat waktu itu? Ada kalanya lo nggak boleh terlalu egois untuk tim lo."
Jeno mengiyakan, "kadang langkah yang terburu-buru juga nggak bagus." Nakyung menahan hasratnya melempar botol kaca kecil di tangannya.
"Keluar, biar gue selesein misi ini sendiri kalo kalian beranggapan kayak gitu. KELUAR!" pegangan Renjun pada kertas mengerat, dia menatap Nakyung dengan datar.
"Terserah lo lah!" Ujarnya sengit sebelum kemudian menutup pintu dengan kasar, membuat Jeno dan Nakyung berjengit.
Jeno menghela napas lelah, tolong ingatkan dia bahwa sumbu kesabaran milik Renjun tidak sepanjang miliknya. Matanya menatap Nakyung yang sibuk menatap pintu dengan nanar, mata nya berkaca-kaca. Renjun tidak membentak, tapi ucapannya menajam, membuat Nakyung tidak habis pikir.
"Hei, jangan dimasukin ke hati ya, Renjun kan emang kayak gitu, gampang meledak." Nakyung mulai terisak sementara Jeno bingung bersikap. Dia bukan Han ataupun Hyunjin yang akan langsung merentangkan tangannya lebar saat melihat seorang, apalagi perempuan menangis di depan mata.
Jadilah dia hanya menatap Nakyung tanpa ada sedikitpun niatan untuk menenangkan cewek itu lewat tindakan. Biarkan dulu Nakyung menangis sampai emosinya menurun.
Drttt
Exousìa cabang Adeelar (7)
Heejin
Eunbin pingsan
Perasaan gue nggak enak
Tadi waktu gue tanya dia kenapa nangis, dia juga nggak tau apa penyebabnya. Gue takutnya itu ada hubungannya sama ikatan batin antar Doppelt sedarah
KAMU SEDANG MEMBACA
[(1. Exousìa : Murdered soul)] ✓✓
Fanfic{Exousìa series✨} Satu mahkota....dua mahkota....tiga mahkota Satu iblis....dua kesatria.... tiga penasehat Keluar dan temukan aku, lalu ku bunuh kalian atau, kubunuh mereka. -mr. Second- jadi, siapa pembunuh nya? -- Start : 1 Agustus 2020 Finish :2...