chapter fifteen

52 19 8
                                    

Chapter fifteen
doppelt problem

—00—
Seoul, 25 Juni 2020

Angin berhembus membelai wajah Jeno yang lelah. Cowok itu menarik napas dalam-dalam sampai paru-parunya terasa sesak lalu menghembuskan nya perlahan. Langit sore itu sejuk sekali, berbeda dengan perasaan Jeno yang terasa sesak.

"Jen, maaf, gue sama yang lain bener-bener minta maaf."

Tangan Jeno tergerak untuk mengacak rambutnya sendiri hingga makin berantakan lalu memukul batas rooftop dengan keras sampai tangannya memerah.

"Jen, maaf,"

"Maaf."

"Anjing!" Jeno mendesis kesal, benci saat kenangan yang tersimpan rapat-rapat itu kembali terbuka dengan sendirinya dan membuat perasaan Jeno berantakan.

Nyatanya perasaannya ikut kacau. Nyatanya luka yang Jeno kira tinggal bekas saja itu kembali menganga lebar. Jeno kira, dia bisa menjadi penengah, dia ingin mengedepankan tim nya, tapi perasaannya lebih kacau dari Eunbin sekalipun.

"Jen, maaf."

Jeno mendengus remeh, "sejak kapan maaf bisa ngebuat waktu berputar?" Sekali lagi tangannya memukul batas besi dengan keras. Kedua tangannya memegang batas besi lalu mendongakkan kepalanya dan menarik napas dalam-dalam, tenang Jen, jangan gini, bisiknya dalam hati seraya menghela napas.

"Jen, maaf." Jeno meluruskan kepalanya lalu berbalik dan mendapati Han serta Hyunjin yang berdiri tegap terpaut satu meter darinya. Ah, kacau sekali perasaannya sampai tidak menyadari dua sosok itu menghampirinya.

"Gak papa, udah cukup istirahatnya?" Han dan Hyunjin menelan ludah kasar, pertanyaan Jeno membuat dua tampilan itu makin merasa bersalah, padahal Jeno sendiri tidak bermaksud menyindir. Kalau istirahat dua temannya itu cukup, setidaknya mereka bisa mengendalikan situasi saat yang lain bahkan dirinya tidak mampu mengendalikan situasi.

"Maaf, karena kita tidur, kita nggak bisa ikut ngebantu suasana yang memanas."

Jeno menggeleng, "nggak papa."

"Tapi lo marah." Han menunjuk tangan Jeno yang merah, Jeno terkekeh lirih dengan raut tidak terbaca, "nggak papa. Hari ini libur dulu ya, yang lain kayaknya masih kacau sama perasaan mereka sendiri."

Hyunjin dan Han mengangguk, "Eunbin udah sadar, tapi Heejin ngambek, padahal gue sama Han mau lihat keadaan Eunbin secara langsung." Jeno mengangguk lalu bernapas lega, "syukur kalo begitu, berarti nanti malem bisalah kita rundingan."

"Ayo balik kalo gitu, gerah, pingin mandi." Han dan Hyunjin mengangguk lalu berbalik dan berjalan mengapit Jeno.

"Kebetulan banget ketemu kalian disini, langsung bertiga lagi." Tiga pasang mata itu menatap sosok baru yang berdiri di depan pintu rooftop yang tertutup. Langkah ketiganya serempak berhenti.

"Lo, Jeno kan? Masih inget gue? Yang ehmm, beberapa hari lalu nggak sengaja nabrak Heejin? Inget?" Sosok itu memasukkan kedua tangannya dalam saku hoodie lalu berjalan mendekat dengan langkah lebar.

"Oh, terus kalian berdua ngapain lagi disini?" Tanyanya pada Hyunjin dan Han, "ah iya, kan temenan ya." Jawabnya monolog.

"Lo sendiri ngapain disini Woo?" Sunwoo terkekeh, "gue kan pernah jawab pertanyaan itu Jin, apa perlu gue ulang?" Tanyanya dengan nada skeptis.

Sunwoo bersiul saat tidak mendengar jawaban apapun. Dia menyeringai lalu tangannya keluar dari saku seraya memegang pemantik dan rokok. Dia menyalakan rokoknya lalu mengapitnya di antara celah bibir. Sunwoo menghisap kuat-kuat rokok itu lalu menghembuskan asapnya di udara.

[(1. Exousìa : Murdered soul)] ✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang