Enam Belas

97.9K 9.1K 83
                                    

Tak banyak yang tahu, bahwa seorang dokter Lanisa telah memberikan banyak pengaruh untuk kehidupan sang pebisnis bertangan dingin, bernama Reymond Wiraditama. Rey memiliki pengalaman berkencan dengan banyak wanita bahkan beberapa kali. Tapi tak satupun dari mereka berhasil membuatnya tertarik. Dengan Lanisa, semua terasa berbeda. Ia ingin menaklukkannya. Memilikinya. Menjadikan Lanisa selalu di sisinya.

Perempuan cantik keras kepala namun berhati lembut itu, membuat Rey yang jarang merasa gagal, saat itu juga menentukan pilihan. Ia tak boleh kalah. Ia harus memenangkan hati Lanisa.

Ketika ikrar lamaran terucap untuk ketiga kalinya, di depan anak-anak, dia semakin merasa yakin bahwa Lanisa akan menyerah kala itu. Tapi tidak. Tak satupun jawaban terlontar dari mulut Lanisa. Hanya rona malu dan bingung yang ia tampakkan, saat kalimat yang begitu diidam-idamkan para perempuan pengagung sang konglomerat, meluncur dari mulut Rey.

Lanisa justru berusaha menghindar dengan kabur mendekati anak-anak.

"Eh anu ... mmm ... saya belum selesai bikin istana buat Al. Saya ke sana dulu ya, Pak?"

Lanisa meninggalkan Rey. Rey masih saja berdiri di tempat. Terpaku dengan debaran maha dashyat dan terus meneguhkan hati karena berkali-kali ditolak. Tapi saat itu juga, Rey sudah kehabisan waktu untuk merengek sedikit lagi agar Lanisa menjawab 'ya'. Meeting mega proyek yang juga tak kalah penting, sedang menunggunya.

"Tante beneran mau jadi Mama Al sama Dek Ga? Al boleh panggil Mama gak?"

"Sst! Tunggu Papa pergi dulu ya?" Lanisa menyeringai jahil. Bi Wati dan sang babysitter sudah meninggalkan mereka berdua ke dapur, menyiapkan makanan.

"Kok nunggu aku pergi? Aku juga mau denger jawabannya sekarang!"

"Saya mau mikirin dulu, Pak. Jangan diburu-buru dong." Lanisa menyipitkan matanya agar Rey menurut dan bersabar.

"Kalo Al sama Dek Ga mau panggil Tante 'Mama' juga boleh kok." Lanisa menatap tajam mata Rey. "Tapi, bukan berarti saya sudah terima Bapak. Saya butuh waktu. Bapak katanya banyak acara? Dah gih berangkat!"

Rey mengerucutkan mulut dan berjalan menuju kamar. Tak ada yang menyangka, lamaran pagi ini pun gagal walaupun dengan dukungan penuh para suporter.

Bi Wati masih belum beranjak dari dapurnya dan meninggalkan anak-anak dengan Lanisa. Sang babysitter baru bernama Sari, juga sedang menyuapi Rangga. Lanisa ijin menyempatkan diri menuntaskan dulu keinginannya yang ia tahan sedari tadi, demi agar momen lamarannya tidak rusak oleh panggilan alam.

Kembali dari kamar mandi, Lanisa tertegun. Rangga sedang menangis keras. Itu terjadi karena ulah sang pengasuh yang secara paksa menyodok-nyodokkan sendok ke mulutnya. Dia juga menggoyangkan Rangga dengan keras, yang malah makin membuat bayi itu semakin tersakiti. Al hanya terbengong melihat tingkah kasar Sari.

Lanisa berlari secepat mungkin dan merebut Rangga dari gendongannya.

"Mba, apa-apaan kamu!"

"Rangga gak mau makan Bu. Susah banget nyuapinnya."

"Tapi gak gitu juga caranya. Dia bisa muntah! Al, sini sama Tante. Saya bisa aja laporin Mba ke Pak Rey. Mba bisa dipecat hari ini juga sama dia, kalo kasar sama anaknya!"

Sang pengasuh tidak terima. Ia berdiri dan menantang dengan beraninya. Lanisa masih berusaha mendiamkan Rangga dengan mengusap kepala dan menimangnya.

"Silakan kalo berani. Hah! Apa hak Ibu? Saya mau ketawa rasanya. Tantenya, bukan! Mamanya, juga bukan! Istri Pak Rey, juga bukan! Jangan sok udah jadi nyonya deh, Bu. Baru juga dilamar sekali. Hah .. Haha pake sok-sokan nolak. Pecat aja kalo bera ... "

Dalam Genggaman (Doctor-Billionaire) TAMAT KBM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang