Chapter 3

119K 18.4K 1.3K
                                    

Makan malam pun akan segera di mulai, tampaknya aku benar-benar harus menyelesaikan semua kesalahpahaman ini. Aku tidak menyangka bahwa akan aneh untuk mengadopsi anak di usiaku ini.

Suara ketukan pintu terdengar dan disusul oleh suara yang tak asing di telinga ku. "Elynia, ini kakak, bisakah kau mengijinkan aku untuk masuk?" ucapnya lembut.

Aku menaikkan salah satu alisku. Tumben-tumbennya kakak Elynia yang notabenenya dingin dan tenang itu tiba-tiba saja ingin bertemu dengan sosok adik yang baginya adalah hama, hm.

"Masuklah."

Suara pintu yang terbuka pun akhirnya terdengar. Di susul oleh seorang pria bersurai gelap yang masuk dan mendekat kearahku, entah apa tujuannya datang kemari. Semoga saja dia tidak berniat untuk mengangguku atau mengusiliku, ya walaupun aku yakin sosok kakak yang dingin sepertinya tak akan mela-!.

"Hei Elynia! Adik gila! Apakah kau ingin mati! Sudah berani kau mempunyai suami di usia mu yang baru dia belas tahun!"

Leherku terasa seperti di cekik oleh rangkulan dari seseorang yang merupakan kakakku. Gila, apakah ini yang dinamakan sifat asli yang tak ditulis dalam novel?

"Kak! Kakak! Lepaskan, aku tak dapat bernafas!" Aku memukul dada kakakku berulang kali hingga akhirnya pria tersebut melepaskan rangkulannya yang mencekik itu. Sifat aslinya memang benar-benar luar biasa, aku tidak percaya dia bisa-bisanya mengkhianati Elynia.

Aiden duduk di atas ranjangku dan melipat kedua kakinya dengan santainya. "Astaga! Dimana sopan santunmu sebagai anak berusia enam belas tahun kakakku tercinta!" ucapku kesal.

Aiden tiba-tiba saja terdiam, pandangan matanya kosong dan tampak terkejut. "Kak? Kakak?" panggilku sambil mengguncang tubuh Aiden dengan kencang.

"Ka-Kakak Tercinta?" ucapnya tanpa sadar. Tiba-tiba seluruh wajah Aiden berubah menjadi merah jambu dan dia langsung berlari kearah pintu kamarku. "Ce-Cepatlah bersiap-siap, ayah dan ibu menunggumu!" tegasnya.

"Ah~ Tsundere boi!" ucapku gemas melihat sosok Aiden yang malu-malu, dan akhirnya setelah mengatakan hal tersebut aku pun mengikutinya ke ruang makan.

=====

Suasana di ruang makan tampak masih cukup canggung, ditambah lagi wajah merah Aiden yang begitu lucu jika dilihat terus menerus, yah walaupun dia kakakku tapi entah kenapa saat ini tampak seperti akulah kakaknya.

"Ekhem! Ja-Jadi, keinginanmu adalah men-mengadopsi a-anak," ucap ayahku sambil tergagap-gagap.

Aku hampir melupakan hal yang ingin kukatakan sebelumnya, untunglah ayah mengungkit masalah ini sehingga aku dapat kembali ingat.

"Jadi nak, cepat katakan. Siapa pria yang kau sukai hingga kau ingin mengadopsi anak bersamanya itu?" tanya ibuku.

Ah, salah paham ini lagi.

Aku berdiri dari kursiku dan menarik perhatian semua anggota keluargaku. "Jadi begini, maksudku sebenarnya bukan begitu ayah, ibu, kakak. Aku hanya ingin mengadopsi dan merawatnya tanpa ada niatan untuk bersuami," ucapku.

Entah kenapa setelah aku mengatakan hal tersebut, beban seberat seribu ton bagaikan lepas dari ketiga anggota keluargaku ini. Apa sebegitu parahnya situasi sebelumnya hingga semuanya menjadi seperti ini?

"Ah, begitukah. Kalau begitu apakah kau sudah mengerti siapa yang ingin kau adopsi menjadi anakmu?" tanya ayahku.

Hohoho! Waktu ini lah saat dimana aku tidak menyesali pilihan untuk membaca buku itu berulang kali sehingga aku menghafal setiap detail yang dimiliki oleh masing-masing latar belakang tokohnya.

Dengan senyum bangga aku berkata, "Tentu saja, aku akan mengadopsi seorang anak dari panti asuhan Riste, dan aku akan pergi kesana sendiri untuk menemukan anak itu."

"Baiklah, lusa ayah akan menyiapkan kereta untukmu pergi kesana. Cukup berikan namanya dan ayah akan mengurus surat-suratnya atas namamu."

Aku tersenyum senang dan memberi hormat kepada ayahku. "Terima kasih ayah," ucapku. "Kalau begitu aku pamit kembali ke ruanganku terlebih dahulu."

"Rupanya putri kita sudah dewasa sehingga ingin mengetahui rasanya menjadi seorang ibu," ucap ibuku. Aku tersenyum menanggapinya.

Ayahku tertawa. "Ya, walapun itu adalah pemikiran yang sedikit aneh untuk mengadopsi anak di usia dua belas tahun, tapi selama itu adalah keinginan Elynia maka kami tidak akan menolaknya."

Dan, reaksi kakakku. Rupanya wajahnya sudah kembali seperti semula yaitu, dingin dan tenang.

=====

Dua hari pun berlalu tanpa sadar, ayah sudah memberikanku sebuah surat adopsi dengan nama yang tepat tertulis di atasnya. Dengan begini langkah ku menuju kehidupan tentram tanpa gangguan mulai akan tercapai.

Sebuah suara ketukan terdengar dari arah luar kamarku.

"Nona, ada tamu yang mencari anda," ucapnya.

Di pagi hari seperti ini? Apakah orang tersebut benar-benar tidak memahami jam bertamu yang benar sehingga ia bertamu di pagi hari seperti ini.

Dan benar saja, tamu tak bertata krama yang tiba-tiba masuk tanpa mengetuk pintu, terlebih lagi kenapa ada si kakak gila itu di sebelahnya.

Eh, tunggu sebentar! Dia kan--

"Putra mahkota, Castiel Kane Terrence telah tiba."

Hah, tiba-tiba aku merasa bahwa perjalananku untuk hidup dengan tentram semakin menjauh.

=====

Halo semuaa... Terima kasih karena sudah membaca cerita ini.
Jangan lupa vote dan commentnya ya

Sampai jumpa di Chapter selanjutnya!!!

I'm The Villainess [END] [KUBACA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang