"Azrael," ucapku sambil menatap anak yang berada di hadapanku ini. Seharusnya pria tersebut hanya terpaut usia satu tahun di bawah kakakku, tapi dikarenakan malnutrisi yang di alaminya tubuhnya menjadi mungil dan begitu kurus.
Aku mengambil surat adopsi yang telah di siapkan oleh ayahku atas namaku dan memberikannya kepada pria tua tersebut. "Ini surat yang kau inginkan bukan? Ambil!" ucapku.
Tepat setelah pria tua itu mengambil kertasnya, Nina meraih koper yang berisi barang Azrael, dan kami berjalan keluar dari ruangan tersebut menuju ke taman.
Dan dari bawah paparan sinar matahari tersebut akhirnya aku dapat melihat sosok wajahnya dengan jelas.
Azrael, sosok anak yang di masa depannya akan menjadi begitu luar biasa dengan segala pencapaiannya dan kekuatannya, hingga membuat banyak orang takut dan takluk terhadapnya.Aku membalikkan badan dan menatap wajah Azrael. Oh, Tuhan...
"Betapa sempurnanya ciptaan-Mu ini."
Surai terangnya yang nyaris transparan dibawah cahaya sang mentari ditambah dengan kulit putih pucatnya yang juga hampir transparan. Sosok di hadapannya ini nyaris sama seperti hantu jika buka karena beberapa kotoran tanah di beberapa bagian kulitnya.
Tidak! Jika hantu maka wajahnya tak akan sesempurna ini, berarti dia tak lain dan tak bukan adalah...
DEWA!!!
Ah, pemikiran gila macam apa yang sedang kupikirkan saat ini dasar otak bodoh. Sudahlah yang penting sekarang adalah tahap pertama bagi seorang ibu untuk melakukan 'Pendekatan' terhadap anaknya!
"E-Eum, begini..."
"Apa kau mengadopsiku menjadi anakmu?"
Aku mengangguk.
"Lalu apa kau yang akan merawatku mulai sekarang?"
Aku mengangguk.
"Apa kau lebih mudah dari ku?"
Aku mengangguk.
"Dan apakah kau akan menyiksaku?"
Aku mengangg--! Eh, tunggu!
"Begitu rupanya, lagi-lagi untuk hasrat duniawi, padahal kau masih muda, menyedihkan sekali," ucapnya.
"Tunggu! TUNGGU! Apa maksudmu hasrat duniawi? Anak sekecil diriku memiliki hasrat duniawi padamu? Hei, yang benar saja!"
"Memangnya tak boleh?"
"YAH SUDAH PASTI TIDAK BOLEH!"
"Oh, begitu."
'Oh, begitu' katanya. Apakah begini sifat asli Azrael? Ya, memang semenjak aku masuk ke dalam dunia novel ini banyak karakter tokoh yang berbeda dari sebagaimana digambarkan di dalam novel.
Tapi aku tidak percaya bahwa ternyata kau juga seperti itu Azrael. Seharusnya di dalam novel sifatmu itu bijaksana, pintar, sopan, dan berbudi baik. Bukan yang polos, blak-blakan dan rada bego seperti ini, astaga!
Aku mulai penasaran bagaimana kau bisa menjadi begitu hebat hanya dalam waktu empat tahun hingga dapat memperoleh gelar Archduke dan hidup abadi. Atau, apa jangan-jangan aku salah membawa anak lagi! Tapi tak mungkin, ciri-ciri fisik semuanya sudah sangat cocok dengan apa yang kubaca pada deskripsi novel mengenai karakter Azrael.
Sudahlah, bagaimana pun aku harus menyelesaikan kesalahpahaman ini lagi.
"Dengar ya, aku tidak tertarik pada tubuh dan tampang mu itu. Aku tidak ada niatan menyiksa mu karena aku bukan tipe orang yang seperti itu. Lalu, aku mengangkatmu untuk menjadi anakku, jadi sekarang aku adalah ibu angkatmu dan aku yang akan mengurus segala keperluanmu!" ucapku.
"Kau? Anak sekecil kau mau merawatku? Bukankah yang akan terjadi adalah kebalikannya?" ucap Azrael yang meremehkan ku.
Aku membalasnya dengan seringai. Sial! Anak yang lebih tua dari ku tiga tahun ini cukup tinggi juga meskipun malnutrisi, sulit sekali untuk memandang remeh dia dan mendeklarasikan perang kepadanya dengan perbedaan tinggi seperti ini.
"Heh, kau meremehkanku anakku, kita lihat nanti siapa yang akan merawat siapa!"
Dan begitulah bagaimana awal pertemuan kami terjadi.
=====
Semenjak kembali dari panti asuhan kamu tidak berbicara satu sama lain, tampaknya memang akan sulit untuk membuka hati anak yang sering tersiksa. Bahkan, setelah menjadi ibu angkatnya pun tetap susah sekali untuk dapat mengerti apa yang dipikirkan anak itu.
"Mandikan dia," ucapku pada para pelayan.
"Apa yang mau kau lakukan! Kau akan melecehkan ku!" ucapnya yang lagi-lagi begitu blak-blakan hingga membuatku sedikit malu setelah di dengar oleh beberapa pelayan.
"Baik! Aku tidak akan menyuruh mereka memandikan mu, mereka akan mempersiapkan bak mandimu dan kau pergi mandilah sendiri! Jangan bilang kalau kau tak mengerti caranya!" ucapku yang cukup kesal.
Wajah Azrael berubah menjad merah padam. "A-Aku mengerti caranya kok!" ucapnya gugup. Entah kenapa aku mendapat feeling yang tidak baik mengenai hal ini.
Dan...
Inikah yang dinamakan kalau perasaan seorang ibu selalu benar?
Aku tak menyangka kalau aku akan merasakannya secepat ini.Belum lima menit semenjak Azrael masuk ke dalam kamar mandi dan mandi sendiri, rupanya kamar mandi milikku itu nyaris rusak karena di kotak katik oleh anak angkat yang lebih tua beberapa tahun dariku ini.
Benar-benar tiada akhlak!
Aku menggeret sebuah kursi kayu ke tengah kamar mandi besar milikku dan duduk di atasnya sambil mengikatkan sebuah kain yang akan menutupi mataku.
"Kau mandilah! Aku akan menutup mata dengan kain dan duduk di sini sambil memberimu instruksi bagaimana cara menggunakan kamar mandi dengan 'baik' dan 'benar'. Apa kau mengerti!" ucapku dengan penuh penekanan pada kedua kata tersebut.
Azrael menundukkan kepalanya dan mengangguk.
"Pertama ambil botol yang ada di atas meja itu lalu tuang ke dalam bak! Pilihlah satu yang mana menurutmu harum, lalu tuang," ucapku memberi aba-aba.
Sebuah suara air yang di tuang kedalam bak terdengar di telingaku di susul oleh suara Azrael. "Sudah, lalu berikutnya apa!"
"Heum, tabur kelopak bunga yang ada di bakul kayu," ucapku.
"Warna?"
"Kau ingin warna apa? Masukkan saja sesuka hatimu, lalu berendamlah sampai aku menyuruhmu selesai."
"Baiklah."
=====
Melelahkan sekali merawat bayi raksasa seperti Azrael, terlebih lagi dengan sifatnya itu. Benar-benar pengalaman baru di seumur-umur aku hidup.
"Nona, waktunya makan malam."
Aku bangkit dari tempat tidurku dan mengikat rambutku. "Sekarang adalah waktunya untuk mengenalkan Azrael pada mereka."
=====
Halo... Kembali lagi bersama author!!!
Terima kasih buat kalian yang sudah meluangkan waktu membaca cerita ini, jangan lupa vote dan commentnya ya.Sampai jumpa!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Villainess [END] [KUBACA]
Roman d'amour[Réincarnation Series #1] #1 - Humor dan 1# - Fantasi Kalian membenci peran pelakor, penjahat, pembunuh, dan seseorang licik yang menghalalkan segala cara demi mencapai tujuannya? Iya, karakter novel seperti itu memanglah seperti sampah yang mengang...