Chapter 6

110K 18.7K 2.3K
                                    

"Azrael, ayo kita makan malam!" panggilku.

Tak lama, Azrael keluar dari kamarnya dan menatapku. "Apa kau akan mengenalkanku pada ayah angkatku?"

Aku tersedak oleh air liurku sendiri seketika saat mendengar pernyataan spontak anak polos tersebut. "Apa maksudmu ayah angkat!" ucapku tak terima dengan perkataannya.

Azrael menunduk guna menyetarakan tingginya dengan tinggiku. "Bukankah kau mengadopsi ku, berarti aku seharusnya memiliki ayah angkat dong," ucapnya

Aku memalingkan wajah. "Tidak, kau tak punya," sahutku menjawab rasa penasaran Azrael. "Aku masih dua belas tahun kau mengerti, dua belas, bertunangan saja tidak!" lanjutku.

Azrael mengangguk mengerti dan mulai berdiri normal lagi. "Ah, mengecewakan, berarti kau memang ingin memonopoli ku dengan hasratmu," ucap Azrael lalu berjalan begitu saja melaluiku.

"Memonopoli mata kau!" umpatku. Apa-apaan sifat buruk dari second male lead ini. Demi apa aku akan mengutuk Author yang menulis novel 'The Lilac and King' karena tidak mendeskripsikan sifat asli Azrael yang seperti ini.

Sabarlah Elynia, kau hanya perlu menahan sampai Azrael jatuh cinta pada Milly di usia dua puluh tahun, maka hidupmu akan lebih lega dan tentram dibandingkan dengan yang sekarang. Tugasmu sekarang sangat mudah, hanya menjinakkan singa gila.

=====

Dan tibalah saatnya jam makan malam keluarga. Aku mengajak Azrael untuk makan bersama dan meminta para pelayan untuk memberikan Azrael porsi lebih banyak untuk mengatasi malnutrisi yang dialami olehnya.

"Ayah, ibu, kakak, ijinkan aku memperkenalkannya, dia adalah Azrael anak yang ku adopsi dari panti asuhan Riste. Dan mulai saat ini dia akan menjadi anak angkatku," ucapku dengan sopan.

Aku menepuk pundak Azrael mengisyaratkan padanya untuk menunduk hormat. Azrael menatapku sinis dan aku membalasnya dengan tatapan yang lebih sinis, hingga akhirnya Azrael mengalah dan menundukkan kepalanya.

"Saya Azrael," ucapnya singkat.

Aku tertawa kecil untuk menutupi kecanggungan pada perkenalan Azrael sambil berharap agar anggota keluargaku mau menerimanya sebagai anak angkatku, atau cucu mereka mungkin (?).

"Elynia, bukankan dia nyaris seusia kakakmu?" tanya ibuku sambil menggaruk pipi dengan jari telunjuknya.

"Dia berusia lima belas tahun ibu, satu tahun di bawah kakak dan tiga tahun di atasku," ucapku menjelaskan.

Aiden berulang kali menatap ku dan Azrael. "Aku tak pernah melihat ibu yang lebih muda dari pada anaknya," ucap Aiden.

"Sekarang kau melihat satu," jawabku dengan senyuman puas.

Ayahku berdeham pelan. "Ba-Baiklah, mari kita mulai makan malamnya. Dan sekaligus menyambut kedatangan cu-cucu kita?"

Hei, apa-apaan dengan nada bertanya di akhir kalimatnya itu.

=====

Langit semakin gelap dan menggelap. Dan, aku masih tidak bisa tidur. Sebuah pemikiran menjanggal dipikirkanku sekarang, aku membutuhkan kertas dan tinta untuk memikirkan kembali apa yang harus kulakukan sekarang.

Berdasarkan cerita, Azrael memang berbakat dalam bidang sihir, dia sudah mempelajari sihir diam-diam semenjak dia masih berada di dalam panti asuhan, dan setelah berhasil kabur dari panti asuhan, ia akan bekerja di perpustakaan kota sambil mempelajari buku sihir.

"Hem, berarti seharusnya tak lama lagi dia ak--."

"Elynia, apakah kau ada di dalam?"

Suara ini, tak lain dan tak bukan adalah suara Azrael. Hm, mau apa dia malam-malam kemari. Jangan bilang kalau dia ingin di dongengi atau dinyanyikan lagu pengantar tidur karena sudah memiliki ibu sekarang.

Ah, apalah yang kupikirkan ini.

"Masuklah."

Suara pintu terbuka terdengan dan menampilkan sosok Azrael yang mengenakan pakaian tidurnya. Kalau bukan karena status ibu-anak kami, mungkin orang-orang akan mulai berpikiran yang tidak-tidak karena saling mengunjungi dengan pakaian tidur seperti ini.

"Apa maumu? Kau tak akan memintaku untuk mendongeng atau menyanyikan lagu pengantar tidur kan?" ucapku ketus.

"YA MANA MUNGKIN!" teriaknya yang tampak sangat kesal, heh.

Aku terkekeh pelan melihat reaksi lucunya itu. "Jadi kau ingin apa?" tanyaku lagi yang kali ini mungkin sedikit lebih serius.

"Aku ada permintaan."

"Apa?"

"Aku menginginkan buku sihir."

Aku menaikkan sebelah alisku saat mendengarnya. "Kau, menginginkan buku sihir?" Azrael menganggukkan kepalanya dengan cepat.

'Ah, tampak seperti anjing.'

Abaikan pemikiran itu! Tapi, memang dia begitu mencintai sihir, namun siapa sangka kalau hal ini akan terjadi secepat ini. Yah, tak apa-apa sih.

"Aku akan memberikanmu kunci perpustakaan pribadiku, carilah buku sihir di sana. Ah, dan tolong jangan membaca buku yang ada di rak paling belakang perpustakaan, kumohon!" ucapku sambil menyodorkan kunci kepada Azrael.

Azrael tampak tersenyum sekilas, namun rautnya itu tiba-tiba kembali normal lagi seperti tak pernah terjadi apa-apa.

"Hmm, apakah ibu angkatku ini ada rahasia di daerah tersebut, apa jangan-jangan ibu angkatku yang 'polos' ini diam-diam menyimpan buku..."

BANG**T!!! Terkutuklah kau menjadi batu sekarang juga Azrael, bisa-bisanya kau berkata seperti itu pada ibu angkatmu yang masih muda ini dasar anak kurang ajar nan durhaka!

"Azrael," ucapku dengan nada suara manis. "Sebaiknya kau dengar kata-kata ibu angkatmu ini sebelum aku belajar bagaiamana cara menyihir anak durhaka mejadi sebuah bongkahan batu." Rasakan ini! Ku hadiahkan kau senyum termanisku anak durhaka!

Azrael bergidik ngeri dan segera pergi dari ruanganku, tapi sekilas aku dapat mendengar kekehan pelannya. Awas saja kau, suatu saat akan kubuat kau taat dan patuh pada ibu mu ini.

Untung saja aku masih muda sehingga darah tinggiku tidak akan naik dengan cepat, tapi tetap saja jika begini terus maka dalam waktu lima tahun sebelum Azrael menemukan cintanya, bisa-bisa aku mati duluan karena darah tinggi.

=====

Halo semua, kembali lagi!!! Terima kasih karena sudah membaca cerita ini dan jangan lupa vote commentnya ya...

Sampai jumpa!!!

I'm The Villainess [END] [KUBACA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang