Chapter 4

113K 18.5K 1K
                                    

Bisa-bisanya aku lupa bahwa sosok Aiden yang merupakan kakakku ini adalah sahabat karib dari sang putra mahkota, Castiel.

Dan beginilah sekarang, dimana aku terjebak di antara dua orang yang sedang asik bercanda gurau. Sebentar lagi hari menjadi semakin siang, aku harus cepat-cepat pergi menuju panti asuhan dan meninggalkan dua orang ini. Lagipula, tak berguna juga aku mendengarkan pembicaraan mereka.

"Permisi, tampaknya saya tidak begitu diperlukan saat ini, dan saya masih ada urusan lain. Jadi, bolehkan saya pamit undur diri yang mulia putra mahkota?" tanyaku dengan sopan dan tentunya dengan tata krama yang tepat.

Castiel tampak terkejut saat aku memasang sikap sopan dan meminta untuk pamit undur diri, apakah ada hal yang salah dari perilaku tata krama ku sehingga rautnya menjadi seperti itu.

"Ah! Iya, silahkan nona Elynia, anda boleh pergi?"

Eh, kenapa malah dia yang balik bertanya padaku. Entahlah, peduli amat aku padanya, semakin cepat aku menjauh dari sini maka akan semakin lama aku dapat bertahan hidup.

"Kalau begitu saya pamit," ucapku lalu pergi meninggalkan Aiden bersama dengan Castiel.

=====

"Aiden, ada apa dengannya?" tanya Castiel yang kebingungan. "Biasanya jika aku datang dia akan betah berlama-lama bersama kita demi bisa bersama ku, dan sekarang dia malah tampak ingin cepat-cepat pergi dari ku," lanjutnya.

Aiden menggidikkan bahunya. "Entahlah, beberapa hari ini gadis itu memang menjadi sangat aneh," sahut Aiden. "Bahkan sekarang ini dia sedang pergi untuk mengadopsi anak."

Castiel mengangguk-anggukkan kepalanya sembari menikmati teh yang dihidangkan. "Selamat ya, sebentar lagi kau akan mendapat adik," ucap Castiel.

"Eh, apa maksudmu? Elynia pergi untuk mengadopsi anaknya sendiri, bukan anak ibu kami."

Secangkir teh yang berada di tangan Castiel tiba-tiba saja terjatuh dikarenakan keterkejutan dari sosok penilik tangan yang sedang memegangnya.

"A-APA? ADOPSI! A-ADOPSI ANAK DIA SENDIRI!"

=====

Entah sudah berapa lama kereta kuda yang kutumpangi ini berjalan. Jika menurut ucapan dari kusir keluarga kami, ia mengatakan bahwa lokasi panti asuhan sudah tak jauh lagi.

Hah, melelahkan sekali. Awas saja kau penyihir agung, aku mencarimu dengan susah payah dan menguras otak bodoh ini habis-habisan, jika kau tidak membalas budi nantinya, awas saja kau! Kukutuk menjadi batu nanti.

Mungkin setelah dua jam kemudian semenjak kusir berkata sudah dekat, barulah aku sampai di lokasi tujuanku. "Ini yang katanya sudah dekat," geramku.

Di depan gerbang panti asuhan, terlihat sang pemilik yang sudah menyambut kedatanganku dengan senyuman di wajahnya itu. Hmph! Jika bukan karena aku sudah membaca novelnya mungkin aku akan menganggap pria tua tersebut baik hati.

Namun, siapa sangka pria tua yang sedang tersenyum manis tersebut merupakan seorang tokoh antagonis yang menyiksa anak-anak di panti asuhan ini dan mengkorupsi setiap dana yang di sumbangkan untuk panti.

Sang penyihir agung adalah salah satu dari sekian banyak anak yang di siksa dengan parah olehnya. Para anak-anak di suruh untuk membersihkan panti asuhan dan mengurus banyak hal, sebagai gantinya masing-masing mereka diberikan sepotong roti yang sudah busuk untuk di makan.

Yap, tak heran mengapa di novelnya sang penyihir agung tampak begitu membenci pria tua ini.

"Kami menyambut kedatangan anda nona Elynia," ucapnya masih dengan senyuman memuakkan yang sama.

Aku memasang muka sinis yang sangat tak enak dipandang untuk diberikan kepadanya. Tata krama benar-benar tidak diperlukan kepada pria tua sepertinya, walaupun tidak sopan sih.

"Ehh... Nona, boleh saya minta surat adopsinya?" tanya pria tua tersebut.

Aku membuang muka. "Tidak akan kuberikan, pertemukan dulu aku pada anak itu," ucapku dengan sangat ketus.

Pria tua tersebut terkejut dan terkekeh pelan sambil menggaruk belakang kepalanya pelan. "Ah, iya baiklah nona. Silahkan masuk ke dalam ruanganku dan menunggu di sana," ucapnya.

Aku mendengarkan perkataannya dengan masuk ke dalam ruangannya dan menunggu di sana. Nina, pelayan yang setia melayaniku itu menemaniku hari ini. Setidaknya aku tidak bosan karena ada teman bicara saat ini.

Kemudian, pintu ruangan tersebut perlahan terbuka dan masuklah sesosok anak yang membuatku benar-benar kebingungan saat menatapnya.

"Nona, ini adalah anak yang kau cari," ucap pria tua itu.

Aku terkekeh dalam hati, anak di hadapanku? Kalian menganggap pria dewasa ini anak? Apakah mereka berniat untuk bermain-main denganku. Tak kusangka novel tersebut benar-benar detail sekali saat menceritakan masa lalu.

Di dalam novel di tuliskan, bahwa pria tua ini sangat suka menyiksa anak demi kepuasannya, ia bahkan tak membedakan jenis kelamin saat menyiksa mereka, dan penyihir agung adalah salah satu anak yang paling ia sukai sehingga ia tidak akan rela membiarkan orang mengadopsinya.

"Benar-benar menjijikkan," ucapku tanpa basa-basi. "Aku tak tahu kalau sekarang seorang rakyat seperti kau berani membantah perkataan seorang putri bangsawan, bahkan mencoba menipunya."

"Ma-maksud nona a-apa, sa-saya tak mengerti," ucap kakek tua tersebut tergagap.

"Hem, bagaimana menurutmu hukuman bagi seorang rakyat yang berani berbohong pada bangsawan berstatus Marquees? Pancung? Cambuk? Atau lebih buruk?" ucapku dengan nada bicara tenang dan sedikit mengancam mungkin.

Pria tua tersebut langsung berlutut di hadapanku. "Ma-maafkan saya nona! Saya akan segera membawanya kemari! Maafkan saya nona!" ucapnya yang kemudian langsung berlari keluar ruangan.

Aku menghela nafas berat, dan menatap kearah pria dewasa yang entah siapa di bawa oleh pria tua itu. "Ah, kau boleh kembali," ucapku padanya. Pria tersebut menunduk dan berterima kasih padaku lalu segera pergi.

Tak lama kemudian semenjak ruangan menjadi sunyi, pintu akhirnya kembali terbuka. "No-nona! Saya sudah membawanya kemari! Saya sudah membawanya!"

"Mana dia?"

"Ma-masuklah Azrael!"

=====

Halo! Kembali lagi bersama author, hohoho! Terima kasih banyak buat kalian yang sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini.
Jangan lupa vote dan commentnya

Sampai jumpa!

I'm The Villainess [END] [KUBACA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang