Sinar mentari pagi menyilaukan mata, membuat Dika terbangun dari tidurnya. Dengan badan masih lemas dan baju basah oleh keringat, Dika terbengong akan mimpi yang di alaminya semalam, bahkan terasa begitu nyata untuk sebuah mimpi.
"Maaaak," ucap Dika tanpa semangat melihat Mak Jum sedang menyapu halaman depan warung.
"Dengaren tas tangi, Le, (tumben baru bangun)" jawab Mak Jum yang melihat Dika sudah duduk di depan warung dengan selimut yang masih melilitnya.
"Opo dek kene akeh Demite yo, Mak?" lanjut Dika semakin merapatkan lilitan selimutnya.
Mak Jum tersenyum mendengar pertanyaan Dika, tanpa menjawab Mak Jum tetap sibuk dengan sapu lidi di tangannya.
"Wes kono ndang adus cek ketok seger. Cek gak ketok koyok seng biasane gelantungan," kata Mak Jum sambil menepuk pundak Dika.
Dika tak mengacuhkan perkataan Mak Jum bahkan enggan untuk bercanda.
Alarm di gawainya sudah berbunyi dari tadi, tapi bergerak pun rasanya Dika malas.
Akhirnya Mak Jum terpaksa memaksa Dika untuk cepat mandi lalu mengantarkan sarapan untuk Fanny dan Mbak Wiwit.
Dengan langkah gontai mirip orang mabuk, kakinya di paksa menyusuri jalan setapak yang biasa dia lalui selama ini.
"Tumben lesu, Mas. Habis begadang semalam?" suara gadis yang tiba-tiba muncul di belakangnya. Dika tahu siapa pemilik suara ini meski hanya tadi malam mereka mengobrol.
"Mbak Fanny sudah nunggu sarapan ya?" kata Dika, wajah yang tadinya kusut masam sekarang terlihat cerah. Ketika melihat senyum manis Fanny di pagi hari.
"Aku perhatiin dari tadi Mas Dika lesu, ada masalah, kah?" tanya Fanny yang memang dari tadi memperhatikan Dika dari atas pulau. Dari atas pulau kalau melihat ke arah utara maka akan nampak warung penduduk yang berjejer.
"Nggak, Mbak. Kurang tidur aja kok" jawab Dika memberi alasan.
"Sudah, nggak usah di fikirin, semuanya bakalan selesai besok" kata Fanny lalu mengambil botol air mineral yang Dika bawa.
"Besok?" tanya Dika yang masih nampak bingung.
Fanny membalas dengan anggukan cepat, sembari meminum air dalam botol.
"Jadi kapan Mas Dika mau ngenalin Aku sama calon Mertua?" kata Fanny enteng.
Dika tampak kaget bercampur kebingungan.
Fanny tersenyum melihat tingkah Dika yang tampak kebingungan, lalu berjalan di ikuti Dika di belakangnya.
'Siapa juga yang nggak mau punya istri cantik,' batin Dika yang berjalan di belakang Fanny.
"Besok malam adalah hari terahir kita di sini. Aku harap Mas Dika tak keberatan dengan keputusanku dan Mbah Sasmita." Fanny berkata sambil tangannya sibuk memainkan dedaunan di sela-sela perjalanan mereka menuju Rumah Persinggahan.
"Aku tak keberatan dengan itu, -yang Aku fikirkan malah sebaliknya, aku takut...."
"Takut aku keberatan? takut Aku tak bahagia bersamamu nanti? atau takut karena Aku berbeda dari gadis lain?" belum sempat Dika menyelesaikan ucapannya Fanny sudah menyela dengan menekan kecemasan Dika.
Kali ini Dika hanya menundukan kepala.
"Mungkin Mas lupa kalau dulu kita pernah bertemu," lanjut Fanny dengan senyuman tipisnya.
"Kapan?" tanya Dika penasaran.
"16 tahun yang lalu," jawab Fanny enteng.
"Haaaah.. bagaimana bisa?" kata Dika tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BALUNG KUKANG Return
HorrorDika terseret dalam rumitnya perang santet antara keluarga besar trah Sastro dan Handoyo.