TANAH HARAM RAMLAN (PERKEBUNAN KOPI 2)

1.5K 81 17
                                    

Kisah ini sedikit panjang serta rumit dan sukar untuk di nalar oleh akal sehat!

Untuk mempersingkat waktu, aku akan menceritakannya lewat sudut kecil yang kuketahui.

***
Lima remaja tiba di sebuah villa yang tidak terlalu besar dengan pagar besi berkarat.

Candy bersama empat temannya tiba di villa dengan papan nama di gerbang bertuliskan 'D Vride' tersebut saat malam.

Villa yang di beli oleh keluarga Candy tersebut masih nampak kokoh meski memakai bangunan bergaya kuno.

Frans, yang mengemudikan minibus yang di tumpangi bersama kawan-kawannya memarkir mobilnya di depan Villa.

"Bangun! Kita udah sampai," ucap Candy pada ketiga temannya yang terlelap saat perjalanan menuju Villa milik keluarganya.

Lulu, dan Emeli mengerjab setelah tangan Candy menggoyangkan badan mereka. "Ini Villa yang kamu bilang Can?" Tanya Emeli setelah kedua matanya menatap pada bangunan Villa di depan mereka.

Candy hanya mengangguk pelan, "Rik, kamu nyalain lampu, sakelarnya ada di sisi kiri tembok yah." Ucap Candy malam itu, wajahnya terlihat letih setelah menempuh perjalanan jauh.

Candy lebih memilih langsung tidur malam itu. Sedangkan ke empat teman-temannya terlihat mengobrol di depan Villa sebelum mereka memasuki bangunan yang tidak terlalu besar tersebut.

Di sisi kiri Villa, tepatnya di luar pagar, terdapat satu jalan tanpa penerangan lampu. Jalan tersebut masih mengunakan bebatuan yang ditata rapi sepanjang bagian jalan.

Setelah istirahat sebentar ke empat remaja tersebut terlihat sibuk di ruang depan bagian Villa. Obrolan panjang beserta minuman beralkohol menemani mereka membunuh waktu.

Malam semakin panjang, hisapan demi hisapan serbuk narkotika yang mereka bawa dari tempat asalnya, membuat kesadaran mereka perlahan hilang.

Erik berjalan sempoyongan keluar dari Villa, pemuda tersebut nampak menurunkan resleting celananya setelah sampai di pinggir pagar.

Saat pemuda tersebut sedang buang air kecil di pinggir pagar, telinganya mendengar suara lonceng dari kejauhan namun terdengar sangat jelas.

Dari ujung jalan di tengah kegelapan malam, matanya melihat sebuah cahaya kuning yang berjalan ke arahnya. Beberapa kali Erik mengucek kedua matanya saat melihat sebuah api yang semakin mendekat.

Derap langkah suara kuda yang sedang menyeret delman di malam hari membuat Erik bertanya pada dirinya sendiri. 'jaman apa ini?' batinnya, beberapa saat kemudian andong tersebut berhenti di luar pagar Villa.

Seorang gadis dengan rambut hitam di sanggul memakai gaun merah yang mengemudikan delman, menghentikan kudanya lalu menyapa Erik yang masih terbengong melihatnya dengan senyuman manis malam itu.

"Ha ... Hai." Sapa Erik terbata, matanya seolah takjub oleh kecantikan kusir delman.

Tidak berapa lama Erik dan gadis berparas cantik yang belum ia kenal itu terlibat obrolan kecil.

Saat Erik bertanya pada gadis yang mengaku bernama Seruni itu akan kemana, gadis itu berkata. "Aku akan menghadiri acara pernikahan besar di desa sebelah, tepatnya di dalam perkebunan kopi itu. Tapi sayangnya aku tidak bersama pasangan." Jawabnya sambil menunjuk ke suatu arah yang gelap tanpa cahaya dengan muka murung.

Di dalam Villa.

Karena Erik tidak juga kembali memasuki Villa, Frans dan Lulu menyusulnya keluar. Mereka berdua mendapati Erik yang tengah mengobrol dengan seorang gadis yang duduk di atas delman.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BALUNG KUKANG ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang