DARAH TERAKHIR Part 4

1.2K 102 1
                                    

Luna terus berlari di kegelapan malam sampai pandangan nya terasa rabun hingga tubuh nya jatuh tak sadarkan diri.
Dua sosok manusia yang sedari tadi mengawasi nya dari jauh mulai berjalan mendekati tubuh Luna yang terkapar di tanah.

"Kau berniat menolong Keturunan Handoyo, Pricillia?" suara pria di samping gadis bernama Pricillia Madrais

"Aku harus tau kebenarannya, meski harus menentang keluarga Haryo. jawab Pricillia dingin.

"Keluargamu akan bernasib seperti Sastrowardoyo dan keturunan nya" Pria di samping Pricillia mulai serius.

"Apa paman berfikir seluruh Sastrowardoyo tewas?" Pricillia mulai memandang pria di samping nya dingin.

"Aku hanya mengingatkan mu nduk" Pria itu tampak menunduk.

"Semula aku berfikir diam akan membuat semua baik-baik saja. Tapi apa Paman lupa, Kakek memiliki ikatan erat dengan keluarga Sastro sebelum Haryo datang memonopoli seluruh kepala keluarga" jawab Pricillia

Mbah Man yang mengasuh Pricillia dari kecil sangat paham dengan sifat anak asuhnya.
Pria tua jangkung ini hanya takut jika hal yang tak di inginkan terjadi pada Pricillia.

"Paman tolong bantu angkat, karna sebentar lagi Basuki Haryo Kusuma akan datang kesini" Ujar Pricillia kepada Mbah Man yang sudah di anggap sebagai paman nya sendiri.
====

Luna mulai tersadar dari pingsan nya tubuh nya masih terasa nyeri akibat serangan Kumala.

"Lebih baik kau beristirahat" kata Pricillia yang mengetahui Luna berjalan menyusuri lorong rumah dengan tangan menopang di dinding kayu menyanggah tubuhnya yang masih lemas.

"Cih.. Madrais" Luna berkata dengan nada kebencian

"Orang yang akan mati seperti mu masih bisa berkata sombong" Pricillia menanggapi dengan santai.

"Aku menolong mu dengan imbalan jawaban. Atas pertanyaan yang akan ku ajukan" Lanjut Pricillia.
"Haryo tak suka dengan penolakkan Sastro atas perluasan dan penggusuran secara sepihak tanah pabrik gula di jawa timur. karena penggusuran secara sepihak di nilai merugikan pihak lain. Haryo tak peduli akan hal itu" kata Luna sebelum Pricillia sempat memberi pertanyaan.

"Lalu apa keluarga Sastrowardoyo semuanya mati?" tanya Pricillia mulai berdiri.

Luna hanya menggelengkan kepala pelan.

"Fanny masih hidup" Ucapnya lirih.
.
Mbah Man menghampiri Pricillia dan Luna dengan dua teh panas di nampan.

"Paman apa kematian kedua orang tua ku ada sangkut pautnya dengan keluarga Haryo?" Pricillia bertanya pada Mbah Man yang menunduk sambil menaruh dua gelas teh di meja.
Agak lama Mbah Man terdiam seperti memikirkan sesuatu.

"Sebenarnya bukan keluarga Sastro yang pertama kali menjadi korban kekejian Haryo. Orang tua mu menolak keputusan Haryo atas tanah rampasan yang akan di jadikan pabrik Lalu..." Mba Man tak melanjutkan pria tua jangkung ini nampak berfikir sebelum melanjutkan kata katanya.

"Lalu apa Paman?" Pricillia mendesak Mbah Man karna rasa penasaran oleh kematian kedua orang tua nya.

"Keluarga Madrais juga mendapat teror kematian seperti Sastrowardoyo. Kakek mu datang menolong tapi sedikit terlambat hanya kau yang tersisa dari generasi Madrais" Mbah Man nampak berkaca kaca

"Kenapa Paman tidak pernah menceritakan semuanya" kata Pricillia dengan deraian air mata.

"Sebelum kakek mu meninggal beliau berpesan agar merahasiakan ini dari mu. agar kau aman, Nduk" jawab Mbah Man pelan.

Luna mengambil dua gelas teh di meja lalu berjalan ke arah pintu lalu menuangkan tepat di depan pintu yang tertutup.
Pricillia dan Mbah Mun heran dengan kelakuan Luna barusan.

BALUNG KUKANG ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang