Angin bertiup pelan menembus sela-sela pepohonan.
Di tengah hutan dengan suasana gelap gulita, Aghata duduk bersila di depan sebuah patung besar berbentuk ganesa.
Suara binatang malam yang bersangkutan di tengah kegelapan tidak membuatnya merasa terusik.
Sedangkan di belakangnya Utari nampak memperhatikan Aghata saat itu, saat Aghata mulai menarik nafas panjang lalu menghembuskan nya secara pelan.
Tangan kanan Utari yang hendak memegang pundak Aghata terhenti. Utari sadar jika saat itu beban yang di hadapi oleh Aghata begitu besar, seluruh keluarganya sekarang telah meninggal hanya menyisakan dirinya seorang.
***
Tiga hari yang lalu, Utari bersama Reina Hamdan Sutawijaya telah memasang sebuah balak di rumah keluarga Nugroho tanpa di sadari oleh seluruh penghuni rumah.
Balak bangkai burung gagak yang sebelumnya sudah di jadikan tumbal darah perjanjian, membuat seluruh penghuni rumah tidak tenang selama tiga hari tiga malam.
Sementara tugas Aghata hanyalah menyempurnakan balak tersebut. Darah dari bangkai gagak yang di jadikan balak harus di campur dengan setetes darah Aghata, hanya dengan cara itu maka santet gagak hitam bisa bekerja secara sempurna.
Sementara di tengah alas Ketonggo Utari masih senantiasa menemani Aghata selama hampir tiga hari. Rencana mereka tidak berjalan mulus, karena Bagus Nugroho belum sepenuhnya meninggal.
Bukan karena Aghata yang setengah-setengah dalam menjalani ritualnya. Tetapi, seorang Bagus Nugroho sangat kuat untuk mereka lawan.
Meski sekarang ini pria paruh baya tersebut tengah tergeletak di lantai kamarnya, ia belum sepenuhnya mati. Tubuhnya memang tidak bisa bergerak, namun nafas dan matanya masih tetap terjaga selama tiga hari.
Perang dengan saling kirim santet, menjadi sangat alot memasuki hari ketiga. Tubuh Aghata sendiri mulai lemas saat itu, begitu juga dengan Utari gadis dengan gaya rambut di kuncir kuda tersebut beberapa kali harus berjuang melindungi Aghata dari serangan balik santet yang entah datangnya dari mana.
Tepat di hari ketiga pada pukul tiga dini hari, Aghata mulai memuntahkan darah dari mulutnya. Gadis itu sudah tidak bisa menahan rasa sakit lagi yang menjalar di tubuhnya.
Setelah mengeluarkan banyak darah, tubuhnya limbung kemudian jatuh tersungkur di tanah.
Langit yang selama 3 hari tiga malam tidak pernah menampakkan kemerlap cahaya bintang, saat itu mulai memperlihatkan ribuan bintang di langit setelah awan hitam yang semula menutupi perlahan mulai menghilang.
Utari memapah Aghata menyusuri jalan setapak menuju tempat awal mereka datang. Utari sampai tidak habis karena Bagus, ayah Aghata belum juga meninggal. Bayangan tentang sosok Bagus mulai berputar di pikiran Utari saat itu, sebenarnya, seberapa kuat seorang Bagus Nugroho sampai di keroyok banyak orang termasuk Reina yang notabene anak angkat ke tiga trah Suryono pun, tidak mampu menumbangkan seorang Bagus Nugroho.
Setelah sampai di gubuk tempat awal mereka datang, anak Jack, dan beberapa rekan-rekannya mengambil alih Aghata saat itu. Jika Bagus tidak mati, maka, mereka harus menjalankan rencana ketiga.
Rencana ketiga itu tidak di ketahui oleh Aghata, dan tanpa sepengetahuan Aghata karena saat itu ia sedang tidak sadarkan diri. Utari memberikan kabar lewat gawainya kepada dua keluarga besar yang saat itu berdomisili di Jawa Tengah.
Dua keluarga itu juga mempunyai dendam pribadi kepada Bagus Nugroho, dan kedua keluarga itu adalah. Keluarga Darmawan dan Sudibyo.
Langkah cepat harus di ambil Utari saat itu, karena jika kepala keluarga Nugroho itu sampai pulih dari kondisinya. Kehadirannya akan menjadi momok bagi kelompoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BALUNG KUKANG Return
HororDika terseret dalam rumitnya perang santet antara keluarga besar trah Sastro dan Handoyo.