Part 3

1.3K 95 1
                                    

Malam tiba.

Luna menyandarkan punggung nya di kursi kemudi.
Jemari kedua tangan nya bergetar malam ini seakan beban berat sedang di pundaknya. kemudian ia mencengkeram kemudi sangat erat. Setelah beberapa saat Luna terdiam ia mencari lagu di audio mobil nya Jari telunjuk nya menekan cepat mencari cari lagu favoritnya. Setelah lagu berputar Luna membesarkan volume sampai garis digital volume memanjang.

Dan....bila esok...datang kembali
Seperti sedia kala dimana kau bisa bercanda
Dan...perlahan kaupun lupakan aku
Mimpi burukmu...dimana t'lah ku tancapkan duri tajam
Kaupun menangis...menangis sedih
Maafkan aku

Dan...bukan maksudku...bukan inginku
Melukaimu sadarkan kau di sini kupun terluka Melupakanmu...menepi­­kanmu
Maafkan aku....

Lupakan saja diriku
Bila itu bisa membuatmu
Kembali bersinar dan berpijar
Seperti dulu kala

Caci maki saja diriku
Bila itu bisa membuatmu
Kembali bersinar dan berpijar
Seperti dulu kala

Dan...bukan maksudku...bukan inginku
Melukaimu sadarkan kau di sini kupun terluka Melupakanmu...menepi­­kanmu
Maafkan aku....

Suara alunan musik yang Luna putar membuat kaca jenda mobil nya bergetar.

"AAAAAARRRRGGGGHH...­" Luna berteriak seiring lirik lagu yang di nyanyikan band asal jogya itu terus berputar.

"Duk... Dukk.. Duk.." Kali ini suara Luna sedang membenturkan kepalanya di kemudi.

Perasaan aneh terus menerus menekan setiap Luna akan mengotori tangannya dengan ilmu terkutuk itu.
Saat mulai tenang Luna menghidupkan mesin mobilnya dan melaju pelan.

===

Sebuah kamar gelap hanya diteranghi cahaya lilin di rumah Luna.

Di atas meja kecil berbahan kayu nampak bukhur mengepulkan asap berbau kemenyan.
Bunga 7 rupa di taburkan di permukaan meja 23 batang dupa Luna bakar dengan mulut merapalkan suatu mantra aneh.
Setelah itu ia nampak mengambil ancang-ancang suatu gerakan khas penari tanpa diiringi alunan gamelan tubuh Luna sudah menari dengan gerakan lemah gemulai serta sorot mata tajamnya.

====

Malam di kediaman Keluarga Purnomo.

Amat dan Sakur adalah centeng keluarga Purnomo yang memiliki bisnis pengolahan kayu.

"Mat beli kopi sana" Kata sakur setengah membentak menghampiri Amat.

"Bukan nya tadi habis ngopi?" Amat menyela karna kesal.

Sakur tak menghiraukan tubuh gempal yang berbalut jaket kini sibuk berbalas pesan wa dengan janda pujaan hati melalui gawai nya.

"ASU KEEJAAN NYA NYURUH NYURUH TERUS" Umpat Amat kesal menuju warung depan komplek depan perumahan yang sedikit Jauh.

"Woy Mat jangan lupa gorengan sama rokoknya" Teriak Sakur yang berada di pos penjaga rumah purnomo.

"TAEK" Sekali lagi Amat mengumpat.

Sedangkan di dalam rumah, Adji Purnomo dan Istrinya Ika sudah terlelap begitu juga dengan dua anak mereka.
Sendang kan si sulung Anton sedang bersenang senang di tempat hiburan malam.
Bahkan Mbak Sari pembantu baru rumah mereka sudah tidur dari sore.

"Hooooaaammm.." Berkali kali Sakur menguap.
"Tumben hawanya bikin ngantuk malam ini" kata sakur pada dirinya sendiri senyuman bahagia menghiasi wajah kantuk nya membayangkan janda pujaan hatinya.

"Bruukk..."

Suara benda jatuh tepat di samping Sakur yang sedang tiduran telentang memainkan gawai nya tak mempedulikan suara benda jatuh di sekitarnya.

"Bruuukk"

Sekali lagi suara benda jatuh mirip karung berisi beras kali ini dengan bau busuk.
Kali ini Sakur terpaksa bangun dari posisi wenak nya dengan menutupi hidung nya ia mencari sumber bau busuk itu berasal.

"HOEEEEEKKK.." Sakur memuntahkan isi dalam perutnya.
Tubuh kekar nya langsung menggigil tak karuan.
Di depan nya saat ini berjejer bangkai pocongan berbau busuk bahkan nampak sangat menjijikan di pandangan nya daging yang telah membusuk dan wajah rusak parah sampai terlihat tulang tulang nya serta cairan kental yang mengalir dari tubuh berbalut kain putih lusuh itu.

Belum sempat kekagetan Sakur hilang

"Bruuukk..."

Kali ini tubuh sakur tertimpa bangkai pocong dari atas.
Sakur roboh dengan badan tertindih pocong.
Mulut Sakur berteriak keras tapi suaranya sama sekali tak terdengar badannya tak bisa ia gerak kan. Lalu puluhan belatung merayap ke wajah Sakur yang sudah menangis.
Puluhan belatung keluar dari lubang telinga Sakur berserta darah bercampur nanah.
Sedangkan di dalam rumah kamar kedua anak Adji sudah dihiasi darah tubuh mereka seperti tersayat benda tajam yang merobek kakak beradik itu.

Ika istri adji nampak matanya melotot tubuh nya pun sama tak bisa di gerakan wanita cantik ini di paksa merasakan kesakitan dalam keadaan sadar.
Ika tewas dalam keadaan kepala terbalik.

Begitu pun Adji meski sempat melakukan perlawanan pada ahirnya ia juga tewas dengan semua tulang di badanya patah.

Lalu di kamar Mbak Sari.
Wanita yang baru menikah 2 bulan yang lalu ini harus meregang nyawa gantung diri.

Di tengah jalan nampak mayat Amat dengan badan membiru.

Sementara Anton anak sulung Adji Purnomo di temukan tewas mengenaskan dengan kepala hancur.
Anton yang dalam perjalanan pulang merasa mobil sport nya melaju sendiri tanpa dapat ia kendalikan lalu menabrak bangunan rumah warga sekitar.
==

"Aku sudah mengingat kan mu agar kau urungkan niatmu." Wanita berambut pirang sepundak di depan luna memulai percakapan sebelum mereka terlibat saling kejar.

"Cih.. Darah banten rupanya" umpat Luna dengan mulut mulai mengeluarkan darah.

"Kau mulai bertingkah rupanya" kata wanita pirang ini dengan senyum menyerigai.

Badan Luna seperti di tusuk besi panjang dari belakang sampai Luna sedikit sempoyongan menyanga badanya.

"Aarggh.." Luna mengerang seperti menahan rasa sakit itu semakin menjadi.

"Kumala" Suara Luna amat Lirih.

Seketika itu Tubuh wanita bernama Kumala terpental ke belakang lalu di tarik ke atas dan di henpaskan di bawah.

"Lari lah, Lari cobalah lari dari ketakutan mu menjelang kematian mu" Ucap Kumala saat menyadari Luna telah hilang dari pandangan nya.

Luna terus berlari di pekat malam dengan memegangi dadanya yang terasa hancur.

BALUNG KUKANG ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang