tw; major character death.*
"Like a flowing wind, forever. I won't be able to catch you, through the gap of my five fingers, you escaped. Flowing away, somewhere, far, far away."
*In another life, I would be your girl.
"Kamu sedang apa?"
Mahesa menoleh begitu mendengar sebuah tanya terlontar dari gadis bersurai kelabu yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Sedari tadi aku perhatikan kamu hanya berdiri di sini, menatap lurus ke depan." Gadis itu berjalan menghampiri lelaki yang kini sudah kembali menatap lurus ke arah depan. "Kamu bahkan sudah berdiri sejak dua puluh lima menit yang lalu."
"Kamu ingin berkunjung bukan?"
Mahesa mengangguk kecil. "Iya."
"Lantas, kenapa hanya diam berdiri di sini?"
"Aku sedang menunggu."
"Menunggu apa?" Gadis itu bertanya penasaran.
Dari balik tubuhnya, Mahesa tersenyum, sekilas. Sebelum akhirnya melirik pada gadis yang tengah menatapnya penuh rasa penasaran.
"Boleh minta tolong?"
Gadis itu mengerjap. "Minta tolong apa?"
Mahesa lalu menoleh, menatap langsung pada gadis yang menjadi lawan bicaranya. "Boleh tolong temani aku ke sana?" tunjuk lelaki itu pada apa yang sejak tadi menjadi arah pandangnya.
"Mmm ... b-boleh."
Mahesa tersenyum lagi, perlahan mulai melangkahkan kakinya, sedikit terseok.
Mereka berjalan dengan keheningan. Lagi-lagi lelaki itu tersenyum tipis saat merasakan tatapan dari arah belakang tubuhnya. Kendati demikian, ia tau jika gadis itu tetap mengikuti langkahnya.
Senyum tipis itu masih tersemat tatkala maniknya mulai beralih ke arah depan. Sepersekian detik, raut lelaki itu berubah, seiring dengan langkah kaki yang semakin dekat dengan tujuan.
Gadis di belakangnya masih mengikuti dengan pandangan tak lepas dari tubuh lelaki bersurai cokelat yang melangkah lebih dulu. Hawa tak enak terasa begitu mereka semakin mendekati tempat tujuan. Rautnya perlahan berubah tak terbaca.
Tuk.
Bunyi perpaduan antara batu dengan keramik, menjadi tanda bahwa mereka kini telah sampai di tempat yang dituju. Ada hening cukup panjang, membuat gadis yang berada di belakang tubuh lelaki itu, memilih untuk memperhatikan sekeliling ketimbang membuka suara terlebih dahulu.
"Mau sampai kapan?"
Gerakan kaki yang diketukan pada tanah, terhenti. Manik nya mengerjap, lemparkan tatapan bingung pada lelaki yang lontarkan tanya-masih dengan membelakangi tubuh.
Mahesa secara mendadak memutar tubuh, membuat gadis bersurai kelabu itu refleks memundurkan tubuhnya.
"Mau sampai kapan?" Lelaki itu kembali mengulang tanya.
Gadis itu mengerjap, sebelum kembali menatap Mahesa dengan pandangan penuh tanya. "Maksudnya?"
Lelaki itu menghela napas, perlahan ia geser tubuhnya sedikit, sehingga terlihat dengan jelas sesuatu yang sedari tadi tertutupi oleh tubuh tingginya.
Sebuah tulisan tak asing tertangkap jelas oleh penglihatan, membuat gadis berambut kelabu itu termangu seketika.
"Ini sudah hari ke empat puluh, tetapi kenapa kamu masih terus ada?"
KAMU SEDANG MEMBACA
away | ksm, hyj [✓]
Short StoryMahesa berharap dirinya tak pernah terlambat, perihal apapun menyangkut Anja. © name eskalokal & itzyslokal