*28 September 2017
"Sorry bisa tolong geseran dikit gak?"Yang di beri tanya menoleh. "Kenapa?"
"Bisa tolong ge—loh Anja?!" Gadis yang namanya disebut tadi mengerjap kaget. Sepersekian detik kemudian, ada senyum yang ditampilkan begitu menangkap dengan jelas potret sang pemilik suara.
"Oh hai, Esa." Anja menyapa.
Mahesa melangkah menghampiri, mendudukkan diri tepat di sebelah Anja. "Hai! Lagi ngapain di sini?"
Gadis itu menoleh lalu tersenyum. "Nyari ketenangan."
Mahesa manggut-manggut. "Gak ngampus?"
Gadis itu menggeleng.
"Libur?"
Gadis itu menggeleng lagi, membuat Mahesa mengeryit. "Oh udah pulang?"
Gadis itu lagi-lagi menggeleng seraya tersenyum tipis. "Gue gak kuliah, Sa."
Mahesa terdiam, sedetik kemudian mengangguk paham.
"Lo sendiri? Gak kuliah?" Anja balik bertanya pada pemuda yang kini kembali sibuk memotret entah apa.
"Baru pulang. Ini lagi ngerjain tugas."
"Oh iya, tadi lo minta gue buat geser kan?"
"Eh, gak usah." Mahesa buru-buru menahan pergerakan Anja yang bergeser sedikit menjauh. "Sini-an lagi."
"Loh, bukannya lo mau motret bangau itu?" Anja menunjuk sepasang bangau cantik di sebrang danau tempat ia duduk. "Bakal lebih bagus kalo lo ambil gambarnya dari sini, Sa."
Mahesa menggeleng. "Gak usah. Udah kelar kok ambil gambarnya."
Anja menatap heran.
"Geser lagi sini." Mau tak mau gadis itu menuruti.
"By the way, kita udah tiga kali ketemu gak sengaja kaya gini. Jangan ... jangan .... "
"Apa?"
Mahesa tersenyum kecil. "Jodoh."
Gadis itu tersentak kecil, lalu terkekeh. "Ngaco." tapi ada kata amin yang diam-diam ia rapal dalam hati.
Mahesa terkekeh. "Bercanda."
Anja tersenyum tipis.
"Oh iya, lo bilang gak kuliah, udah lulus atau gimana?" Mahesa melirik sebentar sebelum kembali fokus pada kameranya.
"Gue kerja."
"Oh ya??" Pemuda itu menoleh antusias. "Kerja apa? Di mana?"
Gadis kelabu itu terkekeh. "Cuma pelayan kasir biasa kok. Di Midzy & Stay Coffe shop."
"Di mana tuh?"
"Tau jembatan kali biru kan?" Mahesa mengangguk. "Setelah jembatan itu ada jalan menuju pertigaan, nah tempatnya di deket pertigaan itu."
"Ah, sebelah toko aksesoris bukan si?"
"Iya."
"Oh itu!" Mahesa manggut-manggut. "Gue baru tau kalo namanya Midzy & Stay Coffe shop. Padahal pernah beberapa kali mampir."
"Oh ya??"
Mahesa mengangguk. "Iya. Itu café punya mantannya temen gue."
"Serius?"
"Serius. Pemiliknya cewek, masih muda kan? Sepantaran kita juga kok."
Anja mengangguk. "Omong-omong ... dia yang pernah gue omongin waktu itu."
"Ah ... I see." Pemuda itu mengerjap. "Eca emang sebaik itu. Dan gue yakin dia juga punya anggapan yang sama perihal hubungan kalian berdua."
Anja tersenyum kecil lalu mengangguk.
"Anyway hari ini lo keliatan beda," Anja memperhatikan Mahesa yang kembali sibuk mengotak-atik kameranya.
"Oh ya?" Mahesa bertanya tertarik. "Beda gimana?"
"Lo lebih banyak diam, beda banget waktu kita pertama kali ketemu. Waktu itu lo terlihat lebih ... konyol."
Mahesa lagi-lagi merengut mendengar gadis itu mengungkit kembali sikapnya pada pertemuan pertama mereka. "Jangan diungkit please, gue malu banget."
Anja terkekeh. "Tapi serius lo beda banget. Malam itu dan sekarang lo lebih kalem. Jauh banget sama sikap konyol lo waktu itu."
Mahesa tersenyum. "Gue emang begini aslinya."
"Oh ya?" Mahesa mengangguk. "Padahal gue lebih suka sikap lo waktu itu."
"Sayang sekali Anjani, sikap gue yang itu cuma muncul di waktu dan di depan orang-orang tertentu aja."
"Sayang banget ..., " gadis itu bergumam. "But I'm glad your silly ass came around that time. Gue jadi punya kesempatan buat liat sisi Mahesa yang satu itu."
Mahesa tertawa. "Berarti lo udah menjadi bagian dari orang-orang tertentu dan ada di waktu tertentu itu."
Anja mengangguk semangat. "Yash. That's why i'm glad."
*
KAMU SEDANG MEMBACA
away | ksm, hyj [✓]
Short StoryMahesa berharap dirinya tak pernah terlambat, perihal apapun menyangkut Anja. © name eskalokal & itzyslokal