22 September 2017

457 71 14
                                    


Ini flashback dari awal mereka ketemu, ya. Jadi gaya bahasanya juga beda. Anyway tadinya mau dijadiin satu tapi ini panjang banget, literally panjang banget jadilah terpaksa di pisah :(

*

"I would hold you so you won’t be apart from me. For even a moment. I would give you my everything."

*


One more time, back to that day. Just one more day, back to that time.

22 September 2017, Jembatan Kali Biru.

Semburat jingga pada langit senja kala itu terlihat begitu menawan, membuat siapa saja yang melihat pasti akan merasa tertawan.

Tapi tidak dengan sosok gadis bersurai kelabu—dalam balutan sweater polos yang sedikit kusut. Wajahnya bahkan tak kalah kusut dengan sweater yang ia kenakan.

Langit sore itu sangat menawan, tapi tak mampu membuat hatinya mengawan. Apa yang di alaminya hari ini sudah terlampau sering, namun mungkin hari ini, ia sudah sampai pada puncak terlelah, hingga tak lagi peduli akan keindahan lukisan favoritnya.

Gadis itu menghela napas. Matanya tertuju pada aliran sungai yang mengalir di bawah jembatan tempat ia berdiri. Airnya mengalir sedikit cepat dari biasanya, kendati cuaca hari ini memang tidak terlalu bersahabat.

Sudah pasti akan hanyut. Pikirnya.

Suara-suara lain bermunculan, di susul dengan potongan-potongan kenangan yang menerobos masuk ke dalam ingatan.

Gadis itu memeluk tubuh. Menghela napas. Sebelum akhirnya memantapkan hati.

Kakinya hampir terangkat, hampir benar-benar terangkat—saat suara seseorang terdengar, disusul munculnya sosok pemuda bersurai cokelat dari arah barat.

"Apa-apaan si ini!" Seruan kesal membuat gadis bersurai kelabu itu berjengit kaget. Refleks mengumpat. Mengutuk pemuda yang baru saja menggagalkan rencananya hanya karna sebuah seruan mengagetkan.

"Shit!" Gadis itu memukul ruang hampa.

"Sial banget! Badan gue jadi penuh busa gak jelas begini." Pemuda itu masih menggerutu dengan tangan sibuk membersihkan tubuhnya dari sisa-sisa snow spray, tanpa menyadari adanya sosok lain tengah menatapnya dengan amarah tertahan.

"Ini hari ulang tahun gue, kenapa gue malah jadi sial begini coba."

Gadis itu mengernyit. Amarahnya seketika menguap, digantikan dengan raut penasaran saat tatapannya tertuju pada pemuda bersurai cokelat itu.

"Sial banget. Hari ulang tahun tuh seharusnya dirayakan dengan bahagia, bukan malah disambut sama semprotan busa gak jelas yang bikin mata gue perih."

Busa? It's snow spray isn't? Pikir gadis itu.

"Gue tuh udah gede anjir. I'm fucking twenty one right now dan mereka masih aja kasih kejutan dengan nyemprot gue pake busa-busa gak jelas itu???"

Tawa gadis bersurai kelabu itu refleks menyebur begitu melihat ekspresi menggelikan dari pemuda yang masih menggerutu tanpa menyadari sekitar.

"Kalo gak kena mata si it's okay. Tapi ini kena mata. Kena! Mata! Perih banget sial mata gue berasa kena badai shook banget."

"Hahahahahaha"

"Kalo cuma sampai situ si gak apa ya. Masalahnya gara-gara itu gue jadi gak bisa liat dan berakhir gegulingan di tangga. Sakit banget broooo!"

away | ksm, hyj [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang