% Get To Know More Adhisty %

35 9 4
                                    

Kilas balik Adhisty's Story

Adhisty Kanna,
Grade 10.

"Heh! Tas pink!" Aku menatap lelaki didepanku ini, bingung. Karena aku nggak kenal dia sama sekali. Pemuda dengan rambut sedikit gondrong ini melangkah maju ke arahku.

"Anna, kan? Tetangganya Bang Mahes?" tanya pemuda didepanku ini.

"Iyaa, kenapa?" Jawabku pada pemuda ini.

"Kenalin gue Yunan," Kata dia sambil menyodorkan tangannya padaku.

"Sorry kak, kalau lo mau nanya soal Talenka. Gue hari ini belum ketemu dia, lo tanya temen kelasnya aja. Permisi, gue duluan," Kataku sambil melewati lelaki ini, tanpa ada niat ingin menjabat tangannya.

"Eh bentar," Astaga, lelaki berambut gondrong yang mengenalkan diri sebagai Yunan ini menahan lenganku. Tindakannya ini benar-benar keterlaluan. Dan aku tidak suka situasi ini.

"Lepas," ucapku tanpa menoleh ke arahnya.

Pemuda berambut gon--- maksudku Yunan ini, malah memposisikan dirinya didepanku, lalu menyeringai. "Kenapa sih jutek banget? oh iya, by the way, gue seangkatan sama lo, tapi gue jurusan IPA."

Aku melepas paksa cekalannya, "Oh sorry, Yunan. gue terlalu sopan." Lalu melangkah pergi menjauhi lelaki itu.

"Eh bentar dong, Anna." Yunan kembali menghalangi jalanku, aku memutar mata malas, tidak suka berada di posisi seperti ini.
Dia mau apalagi sih? Apa dia tidak bisa lihat kalau aku kurang nyaman?

Aku baru ingin menyahuti si pemuda gondrong ini, kalau saja temannya dengan tinggi menjulang ini tidak menghalangi. Merangkul pemuda bernama Yunan, sambil meminta lelaki itu berhenti menggodaku.

"Nan, udah. Mau abis lo sama Bang Mahes?" Kata pemuda tinggi ini sambil menarik Yunan.

"Ah John, Ganggu aja lo," Ucap Yunan merengut kesal pada lelaki jangkung didepanku.

"Yaudah, Anna. Gue sama Yunan duluan yaa, Sorry buat yang tadi," Pemuda jangkung didepanku berpamitan sambil tersenyum tipis, tapi entah kenapa aku terpaku melihatnya. Senyuman itu mendebarkan jantungku. Untuk pertama kalinya, aku merasakan perasaan ingin melihat senyum seseorang terus-menerus.

>>>>>

Adhisty Kanna,
Grade 11.

Ini sudah beberapa bulan sejak aku bertemu dengan 2 pemuda itu, ternyata mereka satu komplotan dengan Mahesa. Aku tidak habis pikir, bagaimana bisa lelaki kalem seperti Mahesa memiliki teman semacam Yunan. Lelaki yang satu angkatan denganku alias kami baru kelas 10 kemarin, tapi pemuda itu sudah di cap menjadi playboy No.1 di SMA Astrawiraguna.

Singkatnya, Yunan masih saja menggangguku, masih meminta secara terus-menerus nomor Whatsapp atau Id Line milikku. Aku risih sekali, jujur saja. Aku tidak tertarik dengan Yunan. Pemuda itu tampan, tapi terlalu pemaksa dan keras. Dan aku tidak suka tipe lelaki yang seperti itu. Jujur saja, aku hanya tertarik pada satu orang saat ini, Johnatan Hadri. Pemuda jangkung itu, sangat baik, ramah, dan menjadi kebanggaan semua orang. Senyum dan cara bicaranya bisa membuat tersipu.

Johnatan masih satu komplotan dengan Mahesa, bahkan aku tahu namanya karena Mahesa menunjukan foto teman-temannya padaku.
Aku masih belum menceritakan perihal perasaan suka ku ke Johnatan pada Mahesa dan aku juga tidak mempunyai teman dekat lainnya selain lelaki itu, sampai lelaki itu mengenalkan aku dengan pacarnya, Asna. Barulah aku mempunyai orang lain selain Mahesa yang bisa ku bilang sebagai teman dekat.
.
.
.
.
Waktu terus berjalan sebagaimana mestinya, setelah UTS semester 1 diadakan aku menjadi dekat dengan Yunan, si pemuda gondrong itu terus-terusan menerorku di sekolah sampai akhirnya aku merasa lelah dan memberikan lelaki itu Id Line ku. Kami menjadi teman. Ya, ternyata lelaki itu tidak buruk juga. Dia perhatian akan hal kecil dan yang paling penting dia bisa menjaga rahasia soal perasaanku pada Johnatan. Yunan adalah orang pertama yang menyadari perasaanku pada Johnatan, katanya aku terlalu kentara sekali.

TAKIKARDIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang